BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

BAB II SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN. A. Pengertian Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun akan menimbulkan berbagai macam problema. Salah satunya

PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

B AB I PENDAHULUAN. peraturan bank tersebut. Sebelumnya, calon nasabah yang akan meminjam

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. ini hampir seluruh kegiatan ekonomi yang terjadi, berkaitan dengan bank. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai investasi, mengingat nilainya yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka Pembangunan Nasional Indoinesia yang pada. hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

KEWAJIBAN PEMBUATAN AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN(APHT) SEGERA SETELAH DITETAPKAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT)

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

TINJAUAN MENGENAI PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN HAK TANGGUNGAN ABSTRAK. Keywords: Credit Agreement, Bail Right, Banking ABSTRAK

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pihak kreditur membuat perjanjian kredit dalam bentuk akta

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin maju,

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan kegiatan ekonomi regional dan internasional,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun. tertentu dengan pemberian bunga. 1

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB II. A. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan adalah kuasa yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

BERBAGAI PERMASALAHAN YANG BERKAITAN DENGAN TAKE OVER KREDIT & PENGIKATAN JAMINAN ATAS TANAH & BANGUNAN SERTA SATUAN RUMAH SUSUN

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

KOMPARASI ANTARA SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DENGAN AKTA NOTARIS

serta mengembangkan perangkat peraturan pendukung, serta pengembangan sistem pendanaan perumahan. Salah satu alternatif dalam pendanaan perumahan yang

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk. Inovasi yang berkembang akhir-akhir ini adalah. dikenal dengan istilah rumah susun.

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam meminjam telah dilakukan sejak lama oleh masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran yang sah. Pihak pemberi pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada yang memerlukan. Dalam masyarakat berkembang lembaga keuangan yang mempunyai fungsi untuk memberikan pinjaman uang salah satunya adalah bank. Bank sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai peran yang penting dalam masyarakat dengan memberikan kredit, dan jasa-jasa keuangan. Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas-fasilitas kredit bagi peningkatan usaha nasabahnya. Kredit berasal dari bahasa Romawi yang berarti percaya, kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas kepercayaan sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada nasabah, oleh karena pemberian kredit oleh bank dimaksudkan sebagai salah satu usaha bank untuk mendapatkan keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabah dalam bentuk kredit, jika bank benar-benar yakin bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui sebelumnya. Dalam memperoleh keyakinan bahwa nasabah mempunyai kesanggupan dan kemampuan membayar utangnya maka sebelum memberikan kredit, bank

2 harus melakukan penilaian dengan seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur. Dunia perbankan mengenal kelima faktor yang dinilai tersebut dengan sebutan the five of credit analysis atau prinsip 5 C s yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (modal), collateral (jaminan), dan conditions of economy (kondisi ekonomi). Dalam praktek perbankan, pemberian kredit umumnya diikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, sehingga pemohon kredit yang tidak dapat memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari bank. Salah satu faktor prinsip 5 C s yang keempat yaitu collateral (jaminan) dibutuhkan oleh bank, dimana fungsi jaminan adalah untuk memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari barang-barang jaminan tersebut bilamana debitur tidak dapat melunasi hutangnya pada waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Setiap bank dalam penyaluran kredit menginginkan kedudukan yang kuat (hak preferen) dalam penjaminan, yang mana akan mendapatkan hak yang didahulukan dari kreditur-kreditur lain dalam hal pelunasan kredit melalui penjualan benda-benda jaminan. Salah satu bentuk pengikatan jaminan adalah dengan hak tanggungan. Hak tanggungan merupakan jaminan yang ada karena diperjanjikan terlebih dahulu antara kreditur dan debitur dalam suatu perjanjian kredit. Jaminan yang diberikan debitur haruslah dibuat dalam suatu perjanjian antara kreditur dan pemilik jaminan (bisa debitur atau pihak lain bukan debitur) yang disebut sebagai perjanjian pengikatan jaminan. Semua perjanjian pengikatan

3 jaminan bersifat accesoir artinya perjanjian pengikatan jaminan eksistensinya atau keberadaannya tergantung perjanjian pokoknya yaitu perjanjian kredit atau perjanjian utang. Perjanjian pengikatan jaminan bukan merupakan perjanjian yang berdiri sendiri tetapi tergantung pada perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok sehingga perjanjian kredit harus dibuat lebih dahulu baru kemudian diikuti perjanjian pengikatan jaminan. 1 Pemberian hak tanggungan diatur dalam Pasal 10 ayat (1) Undang- Undang Hak Tanggungan yang menyebutkan bahwa : Pemberian hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang piutang yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut. 2 Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa sesuai dengan sifat accesoir dari hak tanggungan, pemberiannya haruslah merupakan ikutan dari perjanjian pokok, yaitu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang-piutang yang di jamin pelunasannya. Penjelasan angka 7 dalam Undang-Undang Hak Tanggungan, proses pembebanan hak tanggungan dilaksanakan melalui dua tahap yaitu tahap pertama adalah tahap pemberian hak tanggungan, dengan dibuatnya Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan tahap kedua adalah tahap pendaftaran oleh Kantor Pertanahan, yang merupakan saat lahirnya hak tanggungan yang dibebankan. 1 Sutarno, 2003, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Jakarta, hlm. 142-143. 2 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda- Benda yang Berkaitan dengan Tanah, pasal 10 ayat (1).

4 Dalam memberikan hak tanggungan, pemberi hak tanggungan wajib hadir dihadapan PPAT, jika karena sesuatu sebab tidak dapat hadir sendiri, pemberi hak tanggungan wajib menunjuk pihak lain sebagai kuasanya, dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang berbentuk akta otentik. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) merupakan akta pemberian kuasa khusus untuk membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan. Pada saat pembuatan (penandatanganan) APHT ini pihak pemberi hak tanggungan tidak perlu hadir kembali kehadapan PPAT karena sudah menunjuk pihak lain sebagai kuasanya untuk menandatangani APHT. Pada umumnya pihak lain yang menjadi kuasa dari pemberi hak tanggungan adalah pihak kreditur, sehingga APHT yang dibuat berdasarkan SKMHT pada umumnya ditandatangani oleh pihak kreditur yang mewakili pemberi jaminan sebagai Pihak Kesatu dan juga sekaligus sebagai Pihak Kedua yaitu pihak penerima jaminan. 3 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) mengenai hak atas tanah yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah diberikan, sedangkan SKMHT mengenai hak atas tanah yang belum terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah diberikan demikian bunyi pasal 15 ayat (3) dan (4) UUHT. 4 Dalam alinea terakhir penjelasan Pasal 15 ayat (4) UUHT disebutkan bahwa ketentuan dalam Pasal 15 ayat (4) berlaku juga untuk tanah yang sudah bersertifikat tetapi 3 Mustofa, 2010, Tuntunan Pembuatan Akta-Akta PPAT, Karya Media, Yogyakarta, hlm. 247-248. 4 UUHT, op.cit. pasal 15 ayat (3) dan (4).

5 belum didaftar atas nama pemberi hak tanggungan sebagai pemegang hak atas tanah yang baru, yaitu tanah yang belum didaftar peralihan haknya, pemecahannya atau penggabungannya. Pengecualian mengenai jangka waktu 1(satu) atau 3 (tiga) bulan ada pada pasal 15 ayat (5) yang menyatakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) tidak berlaku dalam hal Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan diberikan untuk menjamin kredit tertentu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengecualian mengenai jangka waktu SKMHT untuk Kredit sebagaimana dimaksud diatas antara lain diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 tahun 1996 tentang Penetapan Batas Waktu Penggunaan SKMHT untuk Menjamin Pelunasan Kredit-Kredit Tertentu, dalam pasal 1 menyatakan bahwa Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang diberikan untuk menjamin pelunasan jenis-jenis Kredit Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Direksi bank Indonesia No. 26/24/KEP/Dir tanggal 29 Mei 1993 sebagaimana tersebut dibawah ini berlaku sampai berakhirnya masa berlakunya perjanjian pokok, yaitu : 1. Kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil yang meliputi : a. Kredit Kepada Koperasi Unit Desa; b. Kredit Usaha Tani; c. Kredit kepada Koperasi Primer untuk anggotanya. 2. KPR yang diadakan untuk Pengadaan perumahan, yaitu :

6 a. Kredit yang diberikan untuk membiayai pemilikan rumah inti, rumah sederhana atau rumah rusun dengan luas tanah maksimum 200 m 2 (dua ratus meter persegi) dan luas bangunan tidak lebih dari 70 m 2 (tujuh puluh meter persegi); b. Kredit yang diberikan untuk pemilikan Kapling Siap Bangun (KSP) dengan luas tanah 54 m 2 (lima puluh empat meter persegi) sampai dengan 72 m 2 (tujuh puluh dua meter persegi) dan kredit yang diberikan untuk membiayai bangunannya; c. Kredit yang diberikan untuk perbaikan/pemugaran rumah sebagaimana dimaksud huruf a dan b. 3. Kredit produktif lain yang diberikan oleh bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat dengan plafond kredit tidak melebihi Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), antara lain : a. Kredit Umum Pedesaan (BRI); b. Kredit Kelayakan Usaha (yang disalurkan oleh bank Pemerintah). Dalam pelaksanaan pembuatan SKMHT tentu membutuhkan pencermatan terhadap hak atas tanah yang dijadikan jaminan dan jenis kredit yang diajukan oleh nasabah untuk menentukan jangka waktu SKMHT yang dapat digunakan dalam perjanjian kredit antara bank dan nasabahnya. Bank Negara Indonesia (BNI) merupakan salah satu bank pelaksana untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan fasilitas kredit yang diberikan untuk usaha produktif dalam bentuk kredit modal kerja maupun kredit investasi dengan jangka waktu kredit maksimal sampai 5 tahun.

7 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dengan jangka waktu pemberlakuan sepanjang perjanjian pokok sebagaimana tercantum dalam pasal 1 angka 3b dalam PMNA/Perkaban Nomor 4 tahun 1996 dapat dipergunakan dalam pelaksanaan penjaminan bagi perjanjian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Negara Indonesia, disamping SKMHT yang memiliki jangka waktu 1 dan 3 bulan. Pemberlakuan jangka waktu SKMHT ini wajib dilandasi oleh kriteria yang telah ditentukan oleh peraturan perundangan yang diatur dalam UUHT dan PMNA Nomor 4 Tahun 1996. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dalam pelaksanaannya memiliki jangka waktu tertentu, SKMHT merupakan surat kuasa yang diberikan kepada bank dan setelah SKMHT dibuat (ditandatangani oleh para pihak) maka bank berkedudukan sebagai pihak pemberi jaminan juga sekaligus sebagai pihak penerima jaminan dalam pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). Hambatan-hambatan apakah yang terjadi dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan untuk pengikatan APHT setelah pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. Hambatan-hambatan dan upaya mengatasi hambatan inilah yang menarik bagi penulis untuk diteliti lebih lanjut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas maka rumusan permasalahan yang diteliti oleh penulis adalah :

8 1. Hambatan apakah yang dihadapi setelah pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan pada pengikatan APHT, dalam perjanjian Kredit Usaha Rakyat PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. SKC Magelang? 2. Upaya apakah yang dilakukan untuk mengatasi hambatan setelah pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan pada pengikatan APHT? C. Keaslian Penelitian Setelah penulis menelusuri kepustakaan, kemudian diketahui bahwa penelitian tentang Tinjauan Tentang Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) Pada Perjanjian Kredit Usaha Rakyat PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. SKC Magelang sampai saat ini belum ada, meskipun demikian didalamnya terdapat kemiripan dengan penelitian lain, antara lain hasil penelitian tersebut : 1. Judul penelitian Pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dalam Perjanjian Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Sleman, yang ditulis oleh Tri Indarwati tahun 2008 pada Program Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada dengan pokok permasalahan penyebab SKMHT tidak segera diikuti oleh APHT dalam perjanjian kredit dan cara yang dilakukan pihak bank, Notaris dan atau PPAT dalam mengatasi permasalahan SKMHT yang telah habis masa berlakunya pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Sleman.

9 Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti, perbedaannya terletak pada : a. Permasalahan yang diangkat oleh peneliti sebelumnya berbeda dengan penelitian ini walaupun sama-sama meneliti mengenai Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) perbedaannya terletak pada penelitian ini meneliti permasalahan mengenai hambatan SKMHT dalam pengikatan APHT dan upaya penyelesaian hambatan setelah pembuatan SKMHT pada pengikatan APHT khusus pada Kredit Usaha Rakyat sedangkan pada penelitian sebelumnya adalah untuk mengetahui penyebab SKMHT tidak segera diikuti oleh APHT dan bagaimana mengatasi SKMHT yang telah habis masa berlakunya. b. Penelitian sebelumnya tidak meneliti secara khusus di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mana penelitian itu dilakukan, hanya menyatakan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di daerah Sleman dengan cakupan yang luas sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. SKC Magelang. 2. Judul penelitian Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai jaminan kredit pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Boyolali yang ditulis oleh Retno Indrawati tahun 2009 pada Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, dengan pokok permasalahan pada perlindungan hukum terhadap kreditur pemegang SKMHT terhadap kredit bermasalah dan kendala bagi kreditur dalam pengikatan hak tanggungan.

10 Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang diteliti oleh penulis, perbedaannya terletak pada : a. Permasalahan yang diangkat oleh penelitian yang sebelumnya berbeda dengan penelitian yang diteliti oleh penulis walaupun sama-sama meneliti mengenai Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, perbedaannya pada penelitian ini meneliti mengenai hambatan SKMHT dalam pengikatan APHT pada perjanjian kredit dan upaya penyelesaian hambatan setelah pembuatan SKMHT pada pengikatan APHT khusus pada Kredit Usaha Rakyat sedangkan pada penelitian yang sebelumnya meneliti mengenai perlindungan hukum SKMHT dan kendala dalam pengikatan hak tanggungan, dimana SKMHT digunakan sebagai jaminan kredit. b. Lokasi penelitian yang diteliti berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang diteliti oleh penulis dilaksanakan di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. SKC Magelang sedangkan penelitian yang sebelumnya dilaksanakan di Bank Rakyat Indonesia Cabang Boyolali. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul Tinjauan tentang Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) Pada Perjanjian Kredit Usaha Rakyat PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. SKC Magelang adalah untuk mengetahui :

11 1. Hambatan yang dihadapi setelah pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan pada pengikatan APHT, dalam perjanjian Kredit Usaha Rakyat PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. SKC Magelang. 2. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan setelah pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan pada pengikatan APHT. E. Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berfaedah dalam menambah semaraknya wacana dan wawasan hukum di Indonesia, sehingga memberikan nilai lebih tinggi bagi ilmu pengetahuan dan bagi penulis sendiri : 1. Secara Teoritis Memperkaya ilmu yang berkenan dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang dilaksanakan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. SKC Magelang. 2. Secara Praktis a. Bahan masukan dan kepustakaan bagi penelitian lebih lanjut yang ingin meneliti hukum perjanjian dan hukum perbankan khususnya. b. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi advokat, bankir, notaris dan atau Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) serta masyarakat luas umumnya, di dalam mengahadapi permasalahan-permasalahan yang ada hubungannya dengan pembuatan SKMHT pada perjanjian Kredit.