I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berkualitas yang mana menjadi subjek pencipta,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang mengarah pada pasar bebas, serta tingkat efisiensi dan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat. Pengaruh globalisasi ini dapat berdampak positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara dapat saling bertukar informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Persaingan yang terjadi pada era globalisasi ini menumbuhkan kompetisi antar bangsa, sehingga menuntut adanya perkembangan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Bagi Indonesia hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu sistem pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai bekal untuk masa depan.

2 Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 yang isinya adalah bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dilihat dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional, dapat dipahami bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan yang diharapkan bersama. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu menjadi insan yang beretika, bermoral, dan mampu berinteraksi dengan masyarakat. Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) saat ini selain rendahnya hasil belajar siswa adalah moral siswa yang juga masih tergolong rendah. Banyaknya tindakan amoral yang dilakukan peserta didik seperti mencontek, tawuran, membolos dan tindakan lainnya mengindikasikan bahwa pendidikan formal gagal dalam membentuk karakter peserta didik. Sjarkawi (2006: 45) menyatakan bahwa perilaku dan tindakan amoral disebabkan oleh moralitas yang rendah. Moralitas

3 yang rendah antara lain disebabkan oleh pendidikan moral di sekolah yang kurang efektif. Sekolah memiliki peranan penting dalam menyiapkan generasi bangsa, hal ini berarti akan menentukan kualitas warga Negara dalam menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang. Salah satu mata pelajaran di sekolah yang dapat digunakan untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, politik, antropologi, filsafat dan psikologi sosial. Mata pelajaran IPS Terpadu bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah social yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap menilai positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan melatih keterampilan untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa diri sendiri atau masyarakat. Selain itu, IPS Terpadu mempunyai tugu mulia dan menjadi pondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional, dan social peserta

4 didik, yaitu mampu mengembangkan cara berpikir, bersikap, dan berprilaku yang bertanggung jawab. Tujuan IPS Terpadu di atas secara garis besar dibagi kedalam tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut seharusnya menjadi perhatian dalam IPS Terpadu. Tetapi pada kenyataannya tujuantujuan tersebut sampai saat ini tampaknya masih belum tercapai sepenuhnya. Berdasarkan observasi di SMP Negeri 28 Bandar Lampung, dalam proses pembelajaran guru hanya mengembangkan aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotor belum dijamah oleh guru. Selain itu, guru hanya menilai prestasi belajar siswa dari aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif kurang diperhatikan oleh guru. Penilaian prestasi belajar yang mengutamakan penguasaan materi ajar seperti yang selama ini terjadi, cenderung mengabaikan nilai-nilai moral dan pengembangan karakter peserta didik.padahal sangat perlu menanamkan nilai-nilai moral padapeserta didik, supaya peserta didik tidak hanya berintelektual saja tetapi juga mempunyai moralitas yang baik. Menurutt Budiningsih (2004:24),moralitas merupakan sikap hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. Hanya moralitaslah yang bernilai moral. Berdasarkan pendapat di atas Seorang peserta didik dikatakan bermoral jika berprilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah tersebut.

5 Jika peserta didik berprilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah, berarti peserta didik tersebut memiliki moralitas yang baik. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru IPS Terpadu di SMP Negeri 28 Bandar Lampung, terdapat permasalahan moralitas siswa kelas VIII seperti datang terlambat, mencontek, membolos, mengeluarkan katakata tidak senonoh terhadap sesame siswa, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, berkelahi, suka membantah, bermuuhan, dan lain sebagainya. Banyaknya permasalahan moralitas siswa tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kemampuan guru yang belum menerapkan model pembelajaran yang dianggap tepat. Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan moralitas siswa yang baik adalah dengan mengubah cara mengajar guru. Guru sebagai bagian dari sistem pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengelola dan mengajar secara efektif agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Sistem pendidikan saat ini menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Sehingga guru dituntut tidak hanya sekedar menerangkan hal-hal yang terdapat dalam buku, namun mendorong, memberi inspirasi, membimbing siswa serta dapat memberikan motivasi agar siswa lebih semangat dalam usaha mencapai tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara terhadap guru IPS Terpadu di SMP Negeri 28 Bandar Lampung kelas VIII diketahui bahwa proses pembelajaran IPS Terpadu yang dilakukan oleh guru hanya

6 menggunakan metode ceramah atau metode langsung.penyampaian materi secara lisan membuat siswa lebih terlihat pasif dalam proses pembelajaran dan kurang menimbulkan semangat kreatifitas siswa. Hal ini yang memicu siswa untuk melakukan tindakan tindakan amoral seperti membolos dan tidak mengerjakan tugas. Model pembelajaran konvensional (ceramah) adalah model pembelajaran yang masih banyak diterapkan oleh guru. Model ini hanya berpusat pada guru (teacher centered). Model in selain sederhana juga sangat mudah diterapkan. Namun jika strategi seperti ini diterapkan terus menerus akan berdampak kurang baik bagi siswa, seperi siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang berani untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Penerapan metode pembelajaran tersebut dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa. Sehingga dalam pembelajaran siswa sering melakukan tindakan amoral seperti mengonrol dengan teman sebangkunya atau asik dengan imajinasinya sendiri. Portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui proses belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan, dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam pekerjaannya atau tugas tugasnya.

7 Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa siswa TK sampai dengan SMU untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah masalah dunia nyata atau masalah masalah yang disimulasikan. (University of Washington, 2001) dalam Trianto (2009) Model pembelajaran portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan panduan yang telah ditentukan. Panduan panduan ini beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa pembelajaran tersebut menitikberatkan pada aktivitas siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru dan dapat mencapai indikator dari kompetensi dasar serta hasil belajar siswa dapat memenuhi KKM (kriteria ketuntasan minimum) yang ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang judul Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio dan Model

8 Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Dengan Memperhatikan Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Moral Siswa SMP Negeri 28 Bandar Lampung masih tergolong rendah. 2. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) sehingga partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih tergolong rendah. 3. Guru hanya menilai prestasi belajar siswa dari aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif kurang diperhatikan. 4. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran masih tergolong rendah. 5. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat 6. Guru tidak atau kurang memperhatikan prilaku prilaku siswa dalam pembelajaran. 7. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan motivasi belajar siswa menjadi rendah. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini membatasi pada kajian perbandingan Moralitas siswa dalam

9 pelajaran IPS antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran contextual learning teaching (CTL) pada siswa kelas VIII semester genap di SMP N 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan memperhatikan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal siswa. Pada pokok bahasan Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penainggulangannya. D. Rumusan Masalah 1. Apakah ada perbedaan moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran CTL. 2. Apakah ada perbedaan moralitas siswa dalam pelajaran IPS Terpadu antara siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal. 3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal siswa pada pembelajaran IPS Terpadu. 4. Apakah moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

10 pembelajarannya menggunakan model pembelajaran CTL pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal. 5. Apakah moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran CTL pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal. 6. Apakah moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dengan menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio. 7. Apakah moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dengan menggunakan model pembelajaran CTL. E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perbedaan moralitas siswa yang pembelajaranya menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio dan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). 2. Untuk mengetahui perbedaan moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dan interpersonal.

11 3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu 4. Untuk mengetahui moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal. 5. Untuk mengetahui moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran CTL pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal. 6. Untuk mengetahui moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dengan menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio. 7. Untuk mengetahui moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dengan menggunakan model pembelajaran CTL. F. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis a. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori yang telah diperoleh sebelumnya.

12 b. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang menekankan pada moralitas siswa dan penerapan model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran IPS Terpadu. 2. Secara Praktis a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran. b. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran tentang alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu. c. Bagi siswa, sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara lebih optimal dan mengurangi prilaku prilaku yang tidak baik pada pelajaran IPS Terpadu. G. Objek Penelitian 1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah moralitas siswa dlam pembelajaran IPS Terpadu, model pembelajaran Berbasis Portofolio. dan model pembelajaran Contextual Teaching Learning 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap. 3. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 28 Bandar Lampung 4. Waktu Penelitian

13 Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 5. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan.