K. Budiraharjo dan A. Setiadi Fakultas Peternakan Univesitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETERNAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN USAHA TERNAK KAMBING DI KOTA SEMARANG

KAJI KOMPARATIF PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH BERDASARKAN SKALA PEMILIKAN TERNAK DI KABUPATEN REJANG LEBONG

B. Suryanto, K. Budirahardjo dan H. Habib Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Analisis Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Potong Di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

EVALUASI FINANSIAL USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS TITIK IMPAS AGRIBISNIS TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DI KECAMATAN SAMBONG KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

ANALISIS EKONOMI PEMBERIAN KREDIT SAPI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

ANALISIS KONTRIBUSI USAHA TERNAK SAPI POTONG TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

I. Pendahuluan. Yunilas 1

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

KAJIAN PROFIL SOSIAL EKONOMI USAHA KAMBING DI KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN

RINGKASAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

ANALISIS PROFITABILITAS PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL

ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Ara Condong, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat)

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan

B. Hartono, M.B. Hariyono, dan F. Rochman Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Sistem Pemeliharaan Intensif dan Konvensional di Kabupaten Sleman Yogyakarta

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

Yunilas Staf Pengajar Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA. Blakely, J dan D. H. Bade Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

D. Mardiningsih Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan...Rizka Diannika Syahrizal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH LOKAL DAN EKS-IMPOR ANGGOTA KOPERASI WARGA MULYA DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

ANALISA USAHA PETERNAKAN KAMBING DI KENAGARIAN SAOK LAWEH KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK SKRIPSI. Oleh : PRILLA AMEL

BAB III MATERI DAN METODE. Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati

III KERANGKA PEMIKIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

EFISIENSI EKONOMI USAHA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

KAJIAN ANALISIS USAHA TERNAK KAMBING DI DESA LUBANGSAMPANG KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO. Zulfanita

II. TINJAUAN PUSTAKA

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

Revenue Analysis Of Cattle Farmer In Sub District Patebon Kendal Regency

I PENDAHULUAN. dwiguna yang dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging dan susu.

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION. Dewi Hastuti

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN JUMLAH PAKAN TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT

I.M. Mulyawati, * D. Mardiningsih,** S. Satmoko **

Pedaging di Kabupaten Majalengka

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

ALOKASI WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS

Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga Petani di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah

KONSTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI POTONG TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETENAK (Studi Kasus di DesaSukolilo Kecamatan Jabung Kabupaten Malang)

Analisis Curahan Tenaga Kerja dan Pendapatan Keluarga...Yahya Rahman Lubis ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN KELUARGA PETERNAK SAPI PERAH

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

Putri Utami Pebryna dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): , September 2014

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK POTONG DI DESA HARJOWINANGUN KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS EKONOMI USAHATANI SAPI POTONG DI KELURAHAN PLALANGAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

POTENSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN mencapai ekor, tahun 2015 bertambah menjadi ekor

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN

EFISIENSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG EFFORT EFFICIENCY DAIRY CATTLE FARMING SEMARANG REGENCY

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SAPI POTONG DENGAN SISTEM PEMBIBITAN PADA ANGGOTA KTT TRI ANDINIREJO KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO YOGYAKARTA

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

Transkripsi:

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING DI KOTA SEMARANG BERDASARKAN SKALA PEMILIKAN TERNAK (Comparative Analyse on the Income of Goat Farming in Semarang City Based on the Scale of Livestock Ownership) K. Budiraharjo dan A. Setiadi Fakultas Peternakan Univesitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Suatu penelitian telah dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak kambing pada dua skala pemilikan ternak, yaitu diatas dan dibawah rata-rata pemilikan ternak. Penelitian ini juga bermaksud untuk memperbandingkan pendapatan diantara keduanya. Tujuh puluh lima orang peternak diambil sebagai sampel. Sampel dipilih dari wilayah-wilayah yang merupakan daerah potensial bagi pengembangan usaha ternak kambing di Kota Semarang. Sampel dikelompokkan ke dalam dua strata pemilikan ternak, yaitu 0,56 satuan ternak (strata I) dan > 0,56 satuan ternak (strata II). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan rata-rata usaha ternak kambing per tahun pada strata I sebesar Rp 589.654,00. Pendapatan ini mampu menyumbang terhadap penerimaan keluarga sebesar 10,01%. Pendapatan rata-rata usaha ternak kambing per tahun pada strata II sebesar Rp 1.368.619,00. Pendapatan ini mampu menyumbang terhadap penerimaan keluarga sebesar 19,%. Analisis komparasi pendapatan usaha ternak kambing diantara kedua strata pemilikan ternak menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,01). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa usaha ternak kambing pada strata II lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan strata I. Kata kunci : komparasi, pendapatan, usaha ternak kambing ABSTRACT A research was conducted to study the income of goat farming in Semarang city, on the basis on two scales of livestock ownership, that is above and under average of livestock ownership in this area. The study also compared the income between both scales. Seventy five goat breeders were selected from some locations in Semarang city. They represented for area those are having a potency for a development in goat farming in Semarang city. They were grouped into strata of livestock ownership : strata 1 for the ownership of livestock 0,56 animal unit and strata for the ownership of livestock > 0,56 animal unit. Results showed that average income per year of goat farming in strata 1 was equal to Rp. 589.654,00. This was equal to 10,01% to total family income. The average income per year of goat farming in strata was equal to Rp 1.368.819,00. This was equal to 19,% of total family income. A comparative analysis on income of goat farming between both strata showed a significant different (P< 0,01). The goat farming in strata was indicated by a higher income than that of goat farming in strata 1. Keywords : comparation, income, goat farming 44 J.Indon.Trop.Anim.Agric.9 (1) March 004

PENDAHULUAN Usaha peternakan kambing yang dikelola masyarakat pada umumnya hanya merupakan usaha sampingan yang bertujuan sebagai penghasil pupuk dan tabungan. Sistem pemeliharaan biasanya dilakukan secara tradisional. Pola usaha semacam ini pada umumnya belum memperhitungkan usaha secara ekonomis. Keadaan tersebut akan berakibat pada rendahnya produktivitas ternak dan pendapatan yang diperoleh peternak. Meskipun demikian ternyata usaha ternak kambing yang dilakukan masyarakat mampu memberikan arti penting sebagai pendapatan tambahan (Ditjen Peternakan, 1988; Devendra, 1993). Jumlah ternak kambing yang dipelihara pada skala keluarga umumnya relatif kecil antara 3-4 ekor (Suradisastra, 1980; Setiadi, 1996). Di Kota Semarang rata-rata tingkat pemilikan ternak kambing sebanyak 6 ekor (Budiraharjo, 00). Beberapa kelemahan yang muncul pada usaha skala kecil adalah ketidakmampuan memanfaatkan sumber daya ternak secara efisien dan peternak belum secara optimal dalam memanfaatkan alokasi waktu dan tenaga kerja keluarga yang terlibat, sehingga penerimaan yang diperoleh relatif kecil. Oleh karena itu tingkat pemilikan ternak yang mampu mengefisienkan pemanfaatan waktu, tenaga kerja, dan keuntungan yang diperoleh merupakan fenomena yang harus diketahui oleh peternak. Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam mencapai tujuan produksi dan pendapatan, skala usaha (jumlah pemilikan ternak) menjadi masalah yang perlu dipertimbangkan. Tingkat pemilikan ternak yang optimum dalam menghasilkan keuntungan yang memadai harus menjadi pertimbangan dalam menjalankan kegiatan usaha ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak kambing pada dua skala pemilikan ternak, yaitu diatas dan dibawah rata-rata tingkat pemilikan ternak, selain itu penelitian ini juga bertujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan pendapatan usaha ternak kambing yang diperoleh pada dua skala pemilikan ternak tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tingkat pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak kambing pada dua skala pemilikan ternak, selain itu dengan membandingkan pendapatan yang diperoleh pada dua skala pemilikan ternak tersebut diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada petani peternak mengenai skala pemilikan ternak yang optimum dalam menghasilkan keuntungan. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan dengan metode survai. Sampel sebanyak 75 petani peternak dipilih dari lokasi-lokasi yang merupakan daerah potensial pengembangan usaha ternak kambing di Kota Semarang. Pemilihan daerah-daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha ternak kambing didasarkan pada informasi dinas peternakan setempat. Sampel ditentukan dengan metode stratified random sampling berdasarkan rata-rata pemilikan ternak (Suradisastra, 1980; Setiadi, 1996) yang dikelompokkan ke dalam dua strata, yaitu strata I, dibawah rata-rata pemilikan ternak ( 0,56 ST) dan strata II, diatas rata-rata pemilikan ternak ( > 0,56 ST). Peubah yang akan diperbandingkan dalam penelitian ini adalah pendapatan usaha ternak kambing yang diperoleh petani peternak pada kedua skala pemilikan ternak. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t (Sugiyono, 00) dengan rumus : t = x 1 x n 1 n s 1 s ( n 1 x 1) s1 + ( n 1) s n + n 1 x 1 1 1 + n1 n = rata-rata sampel Strata I = rata-rata sampel Strata II = jumlah sampel Strata I = jumlah sampel Strata II = varians sampel Strata I = varians sampel Strata II The Income of Goat Farming Based on the Scale of Livestock Ownership (Budiraharjo and Setiadi) 45

Definisi Operasional 1. Pemilikan ternak kambing adalah jumlah ternak yang dipelihara oleh petani peternak dalam kurun waktu 1 tahun, digunakan satuan pengukuran ST (satuan ternak).. Ukuran satuan ternak: Anak kambing (< 6 bulan) Kambing muda (1/ 1 tahun) Kambing dewasa ( > 1 tahun) 3. Penerimaan Usaha Ternak Kambing adalah besarnya penerimaan yang diperoleh dari usaha ternak kambing, termasuk penerimaan tunai maupun yang diperhitungkan selama periode 1 tahun. Satuan pengukuran rupiah per tahun. 4. Biaya produksi/pengelolaan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam pemeliharaan ternak kambing, termasuk penerimaan tunai maupun yang diperhitungkan selama periode 1 tahun. Satuan pengukuran rupiah per tahun. 5. Pendapatan usaha ternak kambing adalah Penerimaan usaha ternak kambing dikurangi dengan biaya produksi/pengelolaan selama periode 1 tahun. Satuan pengukuran rupiah per tahun. HASIL DAN PEMBAHASAN : 0,035 ST : 0,070 ST : 0,140 ST Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Mijen berada pada ketinggian 8-53 meter di atas permukaan laut, dengan temperatur minimum 4 o C dan temperatur maksimum 30 o C. Kecamatan Gunungpati berada pada ketinggian 59-348 meter diatas permukaan laut, dengan temperatur minimum 3 o C dan temperatur maksimum 9 o C. Keadaan temperatur lingkungan di kedua kecamatan tersebut sesuai untuk pemeliharaan ternak kambing, sebagaimana pendapat Williamson dan Payne (1978) yang mengungkapkan bahwa comfort zone untuk ternak kambing berkisar 0 o C - 30 o C. Populasi ternak kambing di Kecamatan Mijen sebesar 15,6% dari seluruh jenis ternak yang dipelihara masyarakat, namun jumlah peternak yang mengusahakan sebesar 5,69% dari seluruh peternak, sedangkan di Kecamatan Gunungpati, populasi ternak kambing sebesar 8,7%, dengan jumlah peternak sebesar 7,10%. Identitas Responden Umur responden menunjukkan usia terendah 5 tahun dan usia tertinggi 81 tahun. Kelompok umur tersebut terdistribusi pada usia 5-60 tahun berjumlah 34 orang atau 89,47% untuk strata I dan berjumlah 33 orang atau 89,19% untuk strata II, sedangkan kelompok usia > 60 tahun berjumlah 4 orang atau 10,53% untuk strata I, dan berjumlah 4 orang atau 10,81% untuk strata II. Kondisi kelompok umur seperti ini sangat mendukung dalam melakukan kegiatan usaha termasuk kegiatan beternak, karena pada umur 30-60 tahun merupakan umur seseorang untuk melakukan segala sesuatu dengan berpikir dan bertindak secara hati-hati (Santosa et al., 1979; Hernanto 1996). Prayitno dan Arsyad (1987) berpendapat bahwa tingkat umur akan berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usaha tani maupun pekerjaan tambahan lainnya, namun demikian setelah melewati usia produktif, semakin tinggi umur seseorang maka kemampuan kerjanya relatif menurun. Tingkat pendidikan responden tergolong rendah jika dibandingkan dengan program pendidikan dasar 9 tahun yang telah dicanangkan pemerintah hingga saat ini, terlihat dari data yang menunjukkan bahwa hanya 10,5% pada strata I dan 5,4% pada strata II yang mempunyai tingkat pendidikan diatas SLTP. Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya akan menghambat masuknya suatu inovasi baru (Mosher, 1977). Pendapat senada diungkapkan Prayitno dan Arsyad (1987) bahwa pendidikan yang dimiliki oleh petani peternak mempunyai pengaruh terhadap kemampuan adopsi teknologi dan ketrampilan manajemen. Pengalaman beternak responden dalam mengelola usaha ternak kambing berkisar antara 1 hingga 30 tahun. Pengalaman dalam mengelola suatu kegiatan usaha akan sangat berpengaruh terhadap ketrampilan dalam mengelola usaha tersebut, yang pada akhirnya akan berpengaruh pula dalam pengambilan keputusan-keputusan manajemen, 46 J.Indon.Trop.Anim.Agric.9 (1) March 004

Tabel 1. Penerimaan Keluarga, Penerimaan Usaha Ternak Kambing, Biaya Usaha dan Pendapatan Rata-rata yang Diperoleh Peternak Parameter Strata I Strata II Penerimaan keluarga (Rp.) 5.879.59 7.10.510 Penerimaan Usaha Ternak Kambing (Rp.) 1.648.550 3.178.510 Biaya produksi (Rp.) 1.058.918 1.809.947 sebagaimana diungkapkan Samsudin (1977) bahwa bertambahnya tingkat ketrampilan diharapkan petani akan lebih dinamis, aktif dan terbuka dalam mengadopsi teknologi baru. Pemeliharaan Ternak Kambing Sistem pengelolaan usaha ternak kambing yang dilakukan responden masih dilakukan dengan cara tradisional. Ternak hanya diberi pakan seadanya, kandang dan teknologi yang digunakan masih sangat sederhana, namun demikian ternak berada di dalam kandang sepanjang hari tanpa digembalakan. Pengelolaan ternak sepenuhnya dikerjakan oleh tenaga kerja keluarga yang meliputi ayah, ibu dan anak-anak. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam mengelola ternak kambing meliputi: mencari pakan, memberikan pakan dan minum, serta membersihkan kandang sebagaimana pendapat Hartono et al. (1996). Jenis ternak kambing yang dipelihara responden seluruhnya adalah kambing lokal. Sistem reproduksi masih dikelola secara sederhana, yaitu mengawinkan ternak jantan dengan ternak betina secara alami. Jenis pakan utama yang diberikan umumnya rumput lapangan, namun pada saat ketersediaanya terbatas seperti pada musim kemarau, dapat diberikan hijauan lain berupa daun pepohonan ( ramban ) yang tersedia di sekitar lokasi. Beberapa jenis hijauan alternatif sebagai pengganti rumput yang umum diberikan antara lain: daun nangka, daun lamtoro, dan daun angsana. Hal ini sejalan dengan pernyataan Devendra (1993) bahwa kambing pada dasarnya adalah ternak pemakan semak. Jenis pakan konsentrat yang diberikan diantaranya bekatul, ketela pohon atau kulit ketela pohon. Penelitian Suryanto (1997) pada peternak kambing Peranakan Ettawa menunjukkan hasil yang sama bahwa pakan tambahan yang diberikan meliputi bekatul dan ketela pohon. Penerimaan Keluarga, Penerimaan Usaha Ternak, Biaya produksi dan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Penerimaan keluarga peternak meliputi seluruh penerimaan yang diperoleh peternak dari semua sumber yang dapat menghasilkan, baik dari usaha tani yang meliputi hasil usaha tani dan upah buruh tani, maupun penerimaan diluar usaha tani yang meliputi upah buruh industri, buruh bangunan, gaji pegawai negeri sipil, pensiun, hasil perdagangan, hasil kerajinan dan hibah yang diperoleh peternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan keluarga rata-rata sebesar Rp 5.879.59,00 per tahun (Rp 489.993,33 per bulan) untuk strata I dan Rp 7.10.510,00 per tahun (Rp 593.375,83 per bulan) untuk strata II. Angka tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan upah minimum regional Kota Semarang yang berlaku pada saat perhitungan yaitu sebesar Rp 400.000,- per bulan. Namun penerimaan keluarga yang diperoleh peternak dihasilkan oleh seluruh anggota keluarga. Hal ini sejalan dengan pendapat Mosher (1977) bahwa usaha tani yang dilakukan petani peternak di pedesaan merupakan usaha tani keluarga yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Mubyarto (1989) bahwa dalam kegiatan usaha tani sebagian besar tenaga berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak petani. Penerimaan usaha ternak kambing meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan usaha pemeliharaan ternak kambing. Penerimaan ini meliputi penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai usaha ternak kambing meliputi hasil penjualan ternak dan penjualan kotoran ternak. Penerimaan yang diperhitungkan meliputi kenaikan nilai ternak, anak yang dihasilkan dan kotoran ternak yang The Income of Goat Farming Based on the Scale of Livestock Ownership (Budiraharjo and Setiadi) 47

dimanfaatkan sendiri oleh petani peternak sebagaimana diungkapkan Legowo et al. (00) bahwa penerimaan usaha ternak kambing Peranakan Ettawa dapat diperoleh dari penjualan ternak, penjualan pupuk kandang, penjualan susu dan nilai tambah ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan usaha ternak kambing berkisar antara Rp 530.000,00 hingga Rp.00.000,00 per tahun dengan rata-rata sebesar Rp 1.648.550,00 per tahun untuk strata I dan berkisar antara Rp.35.000,00 hingga Rp 6.300.000,00 dengan rata-rata Rp 3.178.510,00 untuk strata II. Perbedaan penerimaan usaha ternak kambing ini dipengaruhi oleh jumlah pemilikan ternak kambing. Biaya produksi usaha ternak kambing meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani peternak dalam mengelola usaha ternak kambing, yang meliputi biaya tunai maupun yang diperhitungkan. Biaya tunai meliputi pembelian mineral (garam) dan pembelian obat-obatan. Biaya diperhitungkan meliputi biaya penyusutan kandang, penyusutan peralatan usia pakai lebih dari 1 tahun, biaya pakan dan tenaga kerja keluarga dalam mengelola usaha ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi ternak kambing per tahun berkisar antara Rp 49.160,00 hingga Rp 1.659.065,00 dengan ratarata Rp 1.058.918,00 untuk strata I dan berkisar antara Rp 843.030,00 hingga Rp 3.15.690,00 dengan ratarata Rp 1.809.947,00 untuk strata II. Perbedaan biaya produksi ini ditentukan oleh perbedaan waktu yang diperlukan untuk mencari pakan dan penggunaan tenaga kerja keluarga yang harus diperhitungkan sebagai pengeluaran serta perbedaan jumlah ternak yang dipelihara. Pendapatan usaha ternak kambing merupakan selisih antara penerimaan usaha ternak kambing dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usaha ternak kambing berkisar antara Rp 155.810,00 hingga Rp 1.53.000,00 per tahun dengan rata Rp 589.654,47 per tahun untuk strata I dan berkisar antara Rp 349.910,00 hingga Rp 3.71.65,00 per tahun dengan rata-rata Rp 1.368.819,00 per tahun untuk strata II. Pendapatan usaha ternak kambing pada strata I mampu menyumbang terhadap penerimaan keluarga sebesar 10,01%, sementara itu strata II mampu menyumbang sebesar 19,%. Hasil temuan Devendra (1993) di Jawa Barat menunjukkan bahwa sumbangan ternak kambing dan domba terhadap pendapatan usaha tani mencapai 17% untuk wilayah dataran rendah, 6% untuk wilayah sekitar perkebunan karet dan 14% untuk wilayah dataran tinggi. Analisis komparasi menggunakan uji t, menunjukkan hasil berbeda nyata (P < 0,01) sebagaimana diperlihatkan pada lampiran. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan usaha ternak kambing pada strata I (skala pemilikan ternak 0,56 ST) dengan strata II (skala pemilikan > 0,56 ST). Dapat pula diartikan bahwa usaha ternak kambing dengan tingkat pemilikan pada strata II lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan tingkat pemilikan ternak pada strata I, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa pendapatan usaha ternak kambing pada strata II lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan usaha ternak pada strata I. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pendapatan usaha ternak kambing pada strata I sebesar Rp 589.654,00 per tahun, sedangkan strata II sebesar Rp 1.368.619,00 per tahun.. Sumbangan pendapatan usaha ternak kambing terhadap penerimaan keluarga pada strata I sebesar 10,01%, sedangkan pada strata II sebesar 19,%. 3. Analisis komparasi menggunakan uji t menunjukkan hasil signifikan, artinya terdapat perbedaan antara pendapatan usaha ternak kambing pada strata I dengan strata II. 4. Usaha ternak kambing pada strata II lebih menguntungkan dibandingkan dengan strata I. DAFTAR PUSTAKA Budiraharjo, K. 00. Beberapa Faktor Sosial Ekonomi dan Teknis dalam Pengambilan 48 J.Indon.Trop.Anim.Agric.9 (1) March 004

Keputusan Manajemen Usaha Ternak Kambing Skala Peternakan Rakyat di Kota Semarang. Laporan Penelitian. Devendra, C. 1993. Kambing dan domba di Asia. Dalam: M. Wodzicka- Tomaszewska, I. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T. R. Wiradarya (editor). Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, Surakarta, Hal. 1-3. Direktorat Jenderal Peternakan. 1988. Peternakan Bagian Integral dalam Usaha Konservasi Lahan Kering. Buletin Teknik dan Pengembangan Peternakan, Jakarta. Hartono, B., U. W. Ningsih dan Hanifah. 1996. Analisis Tenaga Kerja pada Usaha Ternak Kambing Di Desa Kandang Tepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Media. 1 (4): 1-7. Hernanto, F. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Legowo, A. B., E. Prasetyo dan E. Rianto. 00. Penerimaan, keuntungan dan profitabilitas usaha ternak kambing Peranakan Ettawa pada anggota kelompok tani ternak di Kabupaten Purworejo. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 7 (4): 177-185. Mosher, A. T. 1977. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna, Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Samsudin, U. 1977. Dasar Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Binacipta, Bandung. Santosa, U. Kusnadi, K. Suradisastra dan S. Sitorus. 1979. Analisa usaha peternakan sapi perah di daerah jalur susu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Buletin Lembaga Penelitian Peternakan. 3: 1 -. Setiadi, B. 1996. Penerapan teknologi dan model pengembangan ternak kambing dan domba yang berwawasan agribisnis. Temu Informasi Teknologi Pertanian Sistem Usaha Peternakan Kambing dan Domba Berwawasan Agribisnis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Ungaran. Hal. 1-3. Sugiyono. 00. Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung Suradisastra, K. 1980. Beberapa variabel dalam usaha ternak kambing di Jawa Tengah. Lembaran Lembaga Penelitian Peternakan. 10 (): 16-19. Suryanto, B. 1997. Analisis Ekonomi Usaha Ternak Kambing Peranakan Ettawa. Media. (4): 6-11. Williamson, G. and W. J. A. Payne. 1978. An Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. Longmans, Green and Co. Ltd, London. Prayitno, H, dan L. Arsyad. 1987. Petani Desa dan Kemiskinan. Badan Penerbit Fakultas The Income of Goat Farming Based on the Scale of Livestock Ownership (Budiraharjo and Setiadi) 49