KOMITMEN JAKARTA DAN POSISI MASYARAKAT SIPIL Don K. Marut International NGO Forum on Indonesian Development (INFID)
Overview: Dari Aid Effectiveness ke Development Effectiveness 1. Keprihatinan CSOs berkaitan dengan Foreign Aid dan Deklarasi Paris: Sudah ada komitmen yang sedikitnya lebih besar untuk mereformasi sistem dan pemanfaatan bantuan Namun masih terstruktur secara sempit di dalam pemanfaatan bantuan daripada kerangka yang lebih luas mengenai pembangunan, gender equality, keberlanjutan lingkungan dan HAM Komitmen-komitmen ini tidak mempunyai sikap yang tegas tentang tied aid, kondisionalitas dan akuntabilitas donor.
2. Aspirasi Masyarakat Sipil: Kepemimpinan negara partner dalam kerjasama pembangunan Democratic ownership of development HAM, gender equality, lingkungan dan pembangunan untuk mengentaskan kemiskinan Diakomodasi dalam Accra Agenda for Action (AAA 2008) 3. Masyarakat Sipil dan Development Effectivess: Peranan MS sebagai salah satu pillar good governance Peran MS dalam melaksanakan program pembangunan yang efektif Peran CSOs dalam pemberdayaan sosial dari kelompokkelompok tertentu, pengarus-utamaan gender dan perwujudan HAM. Peran sebagai watchdogs bagi pemerintah dan donor Peran sebagai donor: penyalur bantuan
4. Proses-proses yang sedang berlangsung menuju Seoul HLF: Konsultasi nasional Konsultasi regional International Open Forum mendorong Konvensi PBB tentang Development Effectiveness. Inisiatif Kerjasama Selatan Selatan (eg. Indonesia Mali teknologi pasca panen). 5. Kegiatan-kegiatan i t yang berkaitan, yang dilaksanakan k UN: Development Cooperation Forum Tentang development effectiveness Dimulai pada bulan Juli 2007 di Geneva DCF di Roma, Mei 2008 HLF pada awal Juli 2008 di New York Monterrey FfD follow up di Doha, Desember 2008 Juli 2010: MDGs Overview September 2010: MDGs Summit
RESPONS NEGARA- NEGARA MITRA SELATAN Tiga kelompok: Donor darling countries: Vietnam Donor Orphan countries: Myanmar (Birma, Laos) Di tengah-tengah: donor enggan, pemerintah ragu-ragu. Indonesia masuk kelompok ketiga.
Komitmen Jakarta Muncul tiba-tiba : Januari 2009 Januari 2007, CGI dibubarkan. Januari 2009 muncul Jakarta Commitment. Ada apa? Komitmen Jakarta menjadi champion: secara konseptual menunjukkan tekad dan keinginan Pemerintah Indonesia sebagai leader dalam aid management dan aid coordination.
Respons Donor (observasi MS) Tidak seperti yang diharapkan semula. Donor masih membentuk forumnya sendiri. Enggan menyerahkan leadership kepada pemerintah Indonesia.
Tanggapan MS Belum mencerminkan democratic ownership: hasil dari konsultasi antara pemerintah dan donor saja. Format sudah on-track, tetapi masih tertutup paradigma lama tentang governance dan pembangunan masih menjiwai Komitmen Jakarta: kebijakan milik pemerintah, pembangunan milik pemerintah. Resistensi dari pemerintah (birokrasi) masih jelas.
Rekomendasi Komitmen Jakarta Komitmen Nasional: democratic ownership diperkuat. Forum dialog daerah (propinsi dan Kabupaten/kota) didorong untuk diinstitusionalisasikan untuk mendukung Musrenbang dan proses-proses formal yang dijalankan DPRD dan Pemda. Stakeholders bidang riset dan think-tank diberi ruang lebih luas di daerah. Membangun epistemic communities di dalam daerah dan antar-daerah (peran think tank dalam Development Effectiveness didominasi oleh Utara): dibiayai APBN dan APBD MS diakomodasi secara formal dan dibiayai oleh APBN dan APBD. A4DES harus masuk dalam kerangka APBN. Indonesia ikut mendorong agar Development Effectiveness menjadi Konvensi Internasional setaraf dengan Konvensi Hak atas Pembangunan (1986).
Terima kasih