TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

INTISARI PENGARUH KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PADA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Saftia Aryzki* dan Alfian R. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Jl. Flamboyan III/7B Kayu Tangi Banjarmasin 70123

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

INTISARI. Endah Dwi Janiarti; Erna Prihandiwati; Anna Apriyanti

PENGARUH KEPATUHAN DAN POLA PENGOBATAN TERHADAP HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

Prosiding Farmasi ISSN:

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT DAERAH SURAKARTA TAHUN 2010

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PENDERITA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSU SUNDARI MEDAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA PERIODE NOVEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSUD

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

PENGARUH KONSELING APOTEKER TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh AHMAD SYAKUR BANAFIF PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI CUKA KABUPATEN TANAH LAUT

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

KAJIAN PENGGUNAAN LEAFLET TERHADAP KEPATUHAN PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSUD ISLAM ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Primer Usia 45 Tahun Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RS X NASKAH PUBLIKASI

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian


RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Yeni Dwi Haryanti, et al, Analisis Pengaruh Biaya Obat terhadap Kepatuhan Kontrol Pasien... Fakultas Farmasi Universitas Jember 2

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS INSTALASI RAWAT JALAN DI RS X SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

EVALUASI DOSIS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2010 DAN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah


INTISARI. Mahrita Sauriah 1 ; Yugo Susanto 2 ; Dita Ayulia 3

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT SEBAGAI VARIABEL ANTARA PADA PASIEN DM

Transkripsi:

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 24 NASKAH PUBLIKASI Oleh : CHAYANEE SMANTUMMKUL K33 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 24

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 24 COMPLIANCE LEVEL OF ANTIHYPERTENSIVE DRUG USE IN HYPERTENSION PATIENTS IN OUTPATIENT INSTALLATION HOSPITAL X IN 24 Chayanee Smantummkul, EM. Sutrisna, dan Suharsono Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal dan merupakan penyakit kronis yang perlu diterapi dengan tepat dan terus menerus. Salah satu penentu keberhasilan terapi adalah kepatuhan penggunaan obat oleh pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien hipertensi dalam menggunakan obat antihipertensi di Rumah Sakit X. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan yang bersifat prospektif dan dianalisis menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada 89 pasien hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit X yang melakukan kontrol dan mendapatkan terapi antihipertensi pada bulan Maret-April tahun 24 dimana sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit hipertensi lebih banyak diderita oleh perempuan (55,5%) dan pada kategori usia 56-65 tahun (47,9%). Terapi hipertensi yang banyak diberikan adalah golongan diuretik (24,74%). Penilaian tingkat kepatuhan menunjukkan bahwa pasien yang tingkat kepatuhannya tinggi adalah sebesar 6,55%, sementara sebanyak 5,56% dan 32,58% pasien menunjukkan tingkat kepatuhan yang sedang dan rendah. Pengamatan yang singkat dan tidak terus menerus ini tidak bisa menggambarkan hubungan antara tingkat kepatuhan dengan keberhasilan penurunan tekanan darah. Kata kunci : Hipertensi, Kepatuhan ABSTRACT Hypertension is widely known as a cardiovascular disease in which patients have higher than normal blood pressure and is a chronic disease that needs to be treated promptly and continuously. One of the critical success of therapy is medication compliance by the patients. This study aimed to determine the level of compliance in hypertensive patients using antihypertensive drugs at Hospital X. This research is a non experimental study with a prospective approach. The data analyzed using descriptive methods. This study was conducted in 89 hypertensive outpatient in hospital X received antihypertensive medications in March-April 24 where samples were taken by purposive sampling technique. The results showed that hypertension affects more women (55.5%) and in the age category 56-65 years (47.9%). Hypertensive medications which widely prescribed was a diuretics (24.74%). Compliance level assessment showed that patients who are at a high compliance rate is 6.55%, while 5.56% and 32.58% of patients showed levels of moderate and low compliance. This short and not continuous observation will not be able to describe the relationship between the level of compliance with successful reduction in blood pressure. Keywords: Hypertension, Compliance

PENDUHULUAN Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah di atas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5%, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat juga berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini seringkali disebut silent killer karena tidak adanya gejala dan tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital. Penyakit ini memerlukan biaya pengobatan yang tinggi dikarenakan alasan seringnya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan penggunaan obat jangka panjang (Depkes, 26). Hipertensi merupakan faktor pemicu terjadinya penyakit ginjal akut dan penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease/CKD) karena dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk memfiltrasi darah dengan baik (Guyton, 26). Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas penyakit kardiovaskular. Penurunan tekan sistolik harus menjadi perhatian utama, karena umumnya tekanan diastolik akan terkontrol bersamaan dengan terkontrolnya sistolik (Gunawan, 28). Ada dua terapi yang dilakukan untuk mengobati hipertensi yaitu terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi yang terbukti dapat menurunkan tekanan darah, sedangkan terapi non farmakologis atau disebut juga dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet serta yang mencakup psikis antara lain mengurangi stress, olah raga, dan istirahat (Kosasih dan Hassan, 23). Keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi merupakan usaha bersama antara pasien dan dokter yang menanganinya. Kepatuhan seorang pasien yang menderita hipertensi tidak hanya dilihat berdasarkan kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif dan kesediaan pasien untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan (Burnier et.al, 2). Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi. Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan secara terhadap mencegah terjadi komplikasi (Depkes, 26). Kepatuhan terhadap penggobatan diartikan secara umum sebagai tingkatan perilaku dimana pasien menggunakan obat, menaati semua aturan dan nasihat serta dilanjutkan oleh tenaga 2

kesehatan. Beberapa alasan pasien tidak menggunakan obat antihipertensi dikarenakan sifat penyakit yang secara alami tidak menimbulkan gejala, terapi jangka panjang, efek samping obat, regimen terapi yang kompleks, pemahaman yang kurang tentang pengelolaan dan risiko hipertensi serta biaya pengobatan yang relatif tinggi (Osterberg & Blaschke, 25). Ketidakpatuhan pasien menjadi masalah serius yang dihadapi para tenaga kesehatan profesional. Hal ini disebabkan karena hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak dialami oleh masyarakat tanpa ada gejala yang signifikan dan juga merupakan penyakit yang menimbulkan penyakit lain yang berbahaya bila tidak diobati secepatnya (Niven, 22). Berdasarkan hal di atas maka tingkat kepatuhan pasien hipertensi dapat diteliti dan menjadi salah satu alasan dilakukan penelitian tentang tingkat kepatuhan. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian observasional (non eksperimental) dengan pendekatan yang bersifat prospektif dan dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Subyek Penelitian Kriteria subyek penelitian meliputi:. Pasien yang telah diagnosa menderita hipertensi dengan atau tanpa penyerta di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X pada tahun 24. 2. Umur antara 8-65 tahun. 3. Subyek bersedia mengikuti wawancara 4. Mendapatkan obat antihipertensi 5. Lama menderita penyakit hipertensi minimal 2 bulan Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah lembar pengumpul data yang memuat identitas pasien dan kuesioner berisi pertanyaan dari Morisky Modifikasi Scale (MMS). Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medis pasien hipertensi serta pencatatan data-data rekam medis yang meliputi: Nomor rekam medik, jenis kelamin, usia, tekanan darah pada kontrol terakhir dan saat pengambilan data, obat antihipertensi yang digunakan pengobatan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X pada tahun 24. 3

Analisis Data. Penilaian skor kepatuhan dari kuesioner skor nilai kepatuhan didapat dari jumlah seluruh skor pasien dari pertanyaan nomer -8. Dengan range skor -8 Tabel. Skoring kuesioner tingkat kepatuhan No Pertanyaan Jawaban Skor Apakan Bapak/Ibu/Saudara/ terkadang lupa minum obat? Ya 2 Selama dua minggu terahkir, adakah Bapak/Ibu pada suatu hari Ya tidak meminum obat? 3 Apakah Bapak/Ibu pernah menguragi atau menghentikan Ya penggunaan obat tanpa memberi tahu ke dokter karena merasakan kondisi lebih buruk/tidak nyaman saat menggunakan obat? 4 Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah, apakah Ya Bapak/Ibu terkadang lupa untuk membawa serta obat? 5 Apakah Bapak /Ibu kemarin meminum semua obat? Ya 6 Saat merasa keadaan membaik, apakah Bapak/Ibu terkadang Ya memilih untuk berhenti meminum obat? 7 Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus meminum obat setiap hari, apakah Bapak/Ibu pernah merasa terganggu karena keadaan seperti itu.? Ya 8 Berapa kali Bapak/Ibu lupa minum obat? a. pernah b. Sekali-sekali c. Terkadang d. Biasanya e. Setiap saat Tabel 2. Klasifikasi tingkat kepatuhan penggunaan obat Skor Tingkat kepatuhan >2 Rendah atau 2 Sedang Tinggi HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan data dari hasil kuesioner dan data rekam medis dari pasien rawat jalan hipertensi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebanyak 89 pasien. A. Karakteristik Pasien Dari 89 pasien hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode bulan Maret-April tahun 24, dapat diketahui persentase untuk pasien lelaki dan perempuan masing-masing adalah 44,94% dan 55,5%. Tabel 3. Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Hipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Periode Maret-April tahun 24 Jenis Kelamin Jumlah Persentase(%) Laki-laki 4 44,94 Perempuan 49 55,5 Jumlah 89 Dari tabel 3 dapat dilihat dari 89 pasien hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode bulan Maret-April tahun 24, ditemukan pasien perempuan 4

lebih banyak dibandingkan pasien laki-laki. Hal diatas terjadi karena perempuan mengalami menopause terjadi perubahan hormonal yaitu terjadi penurunan perbandingan estrogen dan androgen yang menyebabkan peningkatan pelepasan renin, sehingga dapat memicu peningkatan tekanan darah (Coylewright et al., 28). Tabel 4. Karakteristik Pasien Berdasarkan Katagori Hipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Periode Maret-April tahun 24 Kategori Umur Laki-laki Perempuan Frekuensi (n=89) Persentase(%) < 36 2 4 6 6,74 36 45 46 55 56 65 8 3 7 3 7 25 3 42 2,35 33,7 47,9 Dari tabel 4 dapat dilihat karakteristik pasien menurut usia pasien dapat dibagi menjadi 4 kategori yaitu < 36 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, dan 56-65 tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi tertinggi terjadi pada kategori usia 56-65 tahun dengan persentase sebesar 47,9% sedangkan prevalensi hipertensi pada kategori usia 46-55 tahun dengan usia 36-45 tahun dan usia <36 tahun masing-masing adalah 33,7%, 2,35%, dan 6,74%. Dari data penelitian ini diketahui pasien pada kategori usia 56-65 tahun sebesar 28,9% banyak yang menderita hipertensi, hal ini dikarenakan perempuan mengalami menopause sehingga terjadi perubahan hormonal yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Kondisi tubuh yang makin tua dapat memicu serangan hipertensi, semakin tua usia maka pembuluh darah akan berkurang elastisitasnya sehingga pembuluh darah cenderung menyempit akibatnya tekanan darah akan meningkat (Khomsan A, 25). B. Karakteristik Pengobatan Tabel 5. Karakteristik Pasien Berdasarkan Obat Golongan Antihipertensi diresepkan Pada Pasien hipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Golongan Obat Nama Obat Frekuensi Persentase (%) Diuretik Furosemid Spironolakton 24 7 24,74 7,2 BB Isoprolol 3 3,9 ACEI Captopril Imidapril Norperten 2 5 2,37,3 5,5 ARB Candesartan Candentrin Valsartan 5 8 7 5,5 8,24 7,2 CCB Amlodipin Clonidin 2 3 2.37 3,4 Jumlah 97 Dari tabel 5 dapat diketahui karakteristik peresepan penggunaan obat yang diberikan berdasarkan kondisi pasien. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa 5

golongan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 24 adalah persepan obat golongan Diuretik yaitu furosemid (24,74%), golongan ACEI yaitu captopril (2,37%) dan golongan CCB dengan clonidin (3,4%). Banyak pasien hipertensi yang menerima kombinasi dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai tujuan tekanan darah yang diinginkan sesuai kondisi pasien. C. Penilaian Kepatuhan Tingkat kepatuhan penggunaan obat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor sosial-ekonomi, faktor sistem kesehatan, faktor kondisi penyakit, faktor terapi dan faktor penyakit. Oleh karena itu dalam menyelesaikan masalah tentang kepatuhan pasien tidak sepenuhnya terdapat pada pasien, namun juga dilakukan pembenahan pada sistem kesehatan dan petugas pelayanan kesehatan (WHO, 23). Ketidakpatuhan terhadap terapi merupakan kontributor utama gagalnya kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Semakin tinggi tingkat ketidakpatuhan pasien akan sejalan dengan semakin tinggi risiko komplikasi. Tabel 6. Gambaran Kepatuhan Obat antihipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Berdasarkan Penilaian Morisky scale Keterangan Frekuensi (Ya) Persentase (%) (n=89) Apakan Bapak/Ibu terkadang lupa minum obat? 39 43,82 Selama dua minggu terakhir, adakah Bapak/Ibu pada suatu hari tidak meminum obat Apakah Bapak/Ibu pernah mengurangi atau menghentikan penggunaan obat tanpa memberi tahu ke dokter karena merasakan kondisi lebih buruk/tidak nyaman saat menggunakan obat? Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah, apakah Bapak/Ibu terkadang lupa untuk membawa serta obat Apakah Bapak/Ibu kemarin meminum semua obat? Saat merasa keadaan membaik, apakah Bapak/Ibu terkadang memilih untuk berhenti meminum obat? Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus meminum obat setiap hari, apakah Bapak/Ibu pernah merasa terganggu karena keadaan seperti itu. 26 7 28 75 9 9 29,2 9, 3,46 84,2 2,34, Tabel 6 menunjukkan penggunaan obat pasien hipertensi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penggunaan obat ini dapat memberikan gambaran tentang kepatuhan pasien. Ketidakpatuhan pasien yang disebabkan oleh ketidaksengajaan lupa minum obat mencatatkan persentase sebesar 43,82% sedang ketidakpatuhan dikarenakan pasien tidak meminum obat pada suatu hari dalam 2 minggu terakhir adalah 29,2%. Untuk pasien yang sengaja mengurangi atau menghentikan penggunaan obat tanpa memberi tahu dokter karena merasa kondisi tubuh menjadi lebih buruk atau tidak nyaman mencatatkan 6

persentase sebesar 9,% sedangkan untuk pasien yang lupa minum obat saat perjalanan atau meninggalkan di rumah adalah 3,46%. Ketidakpatuhan lain seperti tidak meminum semua obat, berhenti meminum obat karena merasa keadaan membaik dan merasa tidak nyaman meminum obat setiap hari pula masing-masing mencatatkan persentase sebesar 84,2%, 2,34%, dan,%. Tabel 7. Gambaran Kepatuhan Obat antihipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Berdasarkan Penilaian Morisky scale Keterangan Frekuensi Persentase (%) (n=89) Seberapa sering anda lupa meminum semua obat? pernah / jarang sekali Sekali-sekali Terkadang 6 25 3 68,53 28,8 3,37 Berdasarkan penilaian Morisky Scale, pasien yang tidak pernah atau jarang sekali lupa minum semua obat mencatatkan persentase sebesar 68,53%. Pasien yang sekali-sekali dan terkadang lupa minum semua obat pula mencatatkan persentase 28,8% dan 3,37%. Untuk perbedaan antara sekali-sekali dan terkadang adalah dalam intensitasnya sekali-kali lebih jarang dari terkadang (Tabel 7). Tabel 8. Persentase Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Berdasarkan Penilaian Morisky scale Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) (n=89) > 2 Rendah 29 32,58 atau 2 Sedang 45 5,56 Tinggi 5 6,85 Hasil dari pengukuran dalam penelitian ini, tingkat kepatuhan pasien ditunjukkan dari skor kepatuhan yang diperoleh dari jawaban kuesioner pada 89 pasien hipertensi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada periode Maret-April tahun 24. Pasien yang mempunyai skor kepatuhan rendah adalah sebanyak 29 pasien (32,58%), skor kepatuhan sedang sebanyak 45 pasien (5,56%) dan tinggi sebanyak 5 pasien (6,58%), dimana skor kepatuhan adalah sampai lebih dari 2. Penelitian ini kepatuhan diukur menggunakan kuesioner MMS-8. Metode ini dipilih karena mudah, praktis dan efektif, dan sangat sesuai jika digunakan pada pasien rawat jalan di pelayanan kesehatan. Skala MMS-8 menunjukkan kepatuhan pasien terhadap terapi. Skala kecil () mengindikasi bahwa pasien patuh terhadap terapinya, skala dan 2 menunjukkan tingkat kepatuhan sedang, kemudian skala >2 mengidentifikasikan pasien tidak patuh terhadap terapi. Dari penelitian ini diketahui mayoritas pasien hipertensi di rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta memiliki tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi yang 7

sedang yaitu 45 pasien (5,56%). Kepatuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti lupa minum obat, perasaan (rasa takut efek samping obat) dan kondisi frekuensi (semakin tinggi frekuensi semakin tinggi kepatuhan). Kelemahan dari penelitian ini adalah pengukuran juga tidak dapat memastikan apakah pasien menjawab dengan jujur atau berbohong, lupa atau tidak. Pasien bisa saja menjawab dengan jawaban yang menggambarkan bahwa mareka merupakan pasien yang patuh terhadap terapinya. Pengamatan yang singkat dan tidak terus menerus ini tidak bisa menggambarkan hubungan antara tingkat kepatuhan dengan keberhasilan penurunan tekanan darah. D. Kelemahan Penelitian Kekurangan dari penelitian ini adalah :. Pasien menjawab kepatuhan sesuai obat antihipertensi yang selama ini digunakan sementara peneliti hanya mencatat obat yang baru diresepkan & diberikan sehingga gambaran pengobatan tidak dapat dihubungkan dengan tingkat kepatuhan. KESIMPULAN Pasien hipertensi di Rumah Sakit X Surakarta memiliki gambaran penggunaan obat antihipertensi yang paling banyak diberikan adalah golongan diuretik (24,74%). Tingkat kepatuhan penggunaan obat rendah (32,58%), sedang (5,56%) dan tinggi (6,85%). Saran. Perlu adanya penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi untuk meningkatkan keberhasilan terapi. 2. Perlu adanya dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan terapi pada pasien. 3. Perlu adanya penelitian mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan terapi pada hipertensi. DAFTAR ACUAN Burnier M, Schneider MP, Chiolero A, Stubi CL, Brunner HR. (2), Electronic Compliance Monitoring in Resistant Hypertension: the Basis for Rationaltherapeutic Decisions. Journal of Hypertension. Coylewright M, Keith C. Ferdinand, MD, 28, Clinical Professor, Cardiology Division Emory University Chief Science Officer Association of Black Cardiologists, Inc. Atlanta, GA28, Assessment of Cardiovascular Risk Factors in Postmenopausal Women, 5:952 8

Departemen Kesehatan R.I., (26), Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Gunawan., (28), Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakutas Kedokteran UI, Jakarta Guyton, A.C., (26), Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Edisi ketiga), EGC Jakarta: Kosasih dan Hassan, I., (23), Patofisiologi Klinik, Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. Morisky., Donald E, Ang., Alfonso, Krousel-Wood, J. Ward., Harry. (28), Predictive Validity of a Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting.The Journal of Clinical Hypertension (ISSN 524-675).Vol. No.5. Niven, N., (22), Psikologi Kesehatan, Edisi 2, EGC, Jakarta. Osterberg., Lars, Blashke., Terrence. (25), Adherence to edication. The New England Journal of Medecine, 97, 353-487 WHO, (23), Adherence To Long-term Therapies: Evidence for action, 3, Prancis, World Health Organization 9