I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai proteksi, pengaturan reseptor

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. manusia contohnya adalah obesitas, diabetes, kolesterol, hipertensi, kanker usus,

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1 Pendahuluan 1.2 Farmakokinetik

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. berisiko memicu penyakit kardiovaskular di antaranya jantung dan stroke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah (Benowitz,2012)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan mengakibatkan kerja otak melambat dan fungsi organ-organ

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi di abad ke-21 ini mampu mengubah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI BANGUNTAPAN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak. umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN OBAT-OBATAN ANTIHIPERTENSI TERHADAP TERJADINYA XEROSTOMIA

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI.

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

OBAT ANTI HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dijelaskan dalam undang - undang Nomor 17 tahun 2007 tentang rencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai proteksi, pengaturan reseptor pengecapan, dan turut menentukan persepsi rasa melalui interaksinya dengan stimulus sensoris. Persepsi rasa ditentukan oleh laju aliran saliva, elektrolit, serta protein yang terkandung dalam saliva (Ligtenberg dan Enno, 2014). Dalam membantu menentukan persepsi rasa, saliva berperan sebagai pelarut makanan sehingga molekul makanan dapat diterima oleh reseptor perasa yang terdapat pada taste bud lidah (Nanci, 2008). Saliva disekresi oleh glandula saliva kira-kira sebanyak 1,5 liter per hari. Komposisi saliva terdiri dari 99,4% air dan 0,6% komponen organik serta inorganik (Warnakulasuriya dan Tilakaratne, 2014). Hiposalivasi saliva terjadi ketika laju aliran saliva tidak terstimulasi 0,1 ml/menit dan saat terstimulasi 0,7 ml/menit (Pedersen, 2007; Alves dkk., 2010). Menurunnya sekresi saliva dapat menyebabkan terjadinya sindroma mulut terbakar, disfagia, serta gangguan fungsi pengecapan (Calhoun dan David, 2006). Medikasi menjadi penyebab utama terjadinya hiposalivasi (Scully, 2003). Beberapa negara berkembang mendefinisikan lanjut usia (lansia) adalah individu dengan umur kronologis lebih dari 65 tahun (WHO, 2014). Lansia mengalami perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Perubahan farmakokinetik berkaitan dengan penurunan fungsi ginjal dan hati serta peningkatan volume distribusi obat larut lemak (perpanjangan waktu paruh eliminasi), sedangkan perubahan farmakodinamik berkaitan dengan perubahan sensitivitas tubuh terhadap

beberapa kelas obat-obatan seperti antikoagulan, kardiovaskular, dan psikotropika. Lansia juga akan mengalami penurunan fungsi anatomis dan fisiologis yang mengakibatkan penurunan pertahanan homeostasis dan peningkatan kerentanan pada tubuhnya (Mangoni dan Jackson, 2003). Salah satu penurunan fungsi yang terjadi di rongga mulut dibuktikan pada penelitian Llena-Puy (2006) bahwa lansia mengalami penurunan sekresi saliva dari glandula submandibular dan sublingual, sedangkan pada glandula parotid tidak. Penelitian Fenoll-Palomares dkk. (2004) didapatkan bahwa lansia mengalami penurunan laju aliran saliva tidak terstimulasi. Penelitian Pedersen (2007) didapatkan kira-kira 30% dari orang dengan usia 65 tahun keatas menderita mulut kering (xerostomia). Xerostomia muncul jika terjadi penurunan laju aliran saliva tidak terstimulasi sebesar 50% dari normal. Prevalensi menurunnya laju aliran saliva akan meningkat seiring bertambahnya usia yang disebabkan karena tingginya insidensi penyakit sistemik dan medikasi yang diterima lansia. Zinc merupakan partikel mineral yang memiliki peran paling penting dalam tubuh setelah besi. Kadar zinc dalam tubuh berkisar antara 1,5 2,5 g. Orang dewasa membutuhkan asupan zinc 12,5 mg per hari untuk menjaga keseimbangannya dalam tubuh (Yamada, 2009). Zinc berperan dalam fungsi pengecapan. Defisiensi zinc dapat menyebabkan menurunnya kepekaan terhadap rasa. Kadar zinc dapat dipengaruhi oleh asupan makanan, penyakit, serta medikasi (Stucker, 2009). Sebagian besar lansia akan mengalami defisiensi zinc yang ditandai dengan menurunnya jumlah total zinc dalam tubuh (Seiler dan Stahelin, 1999). Terjadinya defisiensi zinc pada lansia disebabkan karena rendahnya asupan

zinc serta menurunnya kemampuan absorpsi zinc dalam tubuh (Caballero dkk, 2005). Beberapa perubahan pada usus yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia adalah perubahan bentuk vili, meningkatnya kolagen, perubahan mitokondria, dan pemanjangan kripta akan berdampak pada terganggunya proses absorpsi beberapa substansi penting bagi tubuh. Perubahan sel mukosa saluran pencernaan dan menurunnya sekresi beberapa enzim juga akan menganggu proses pencernaan (Timiras, 2007). Penyakit pada lansia umumnya merupakan penyakit degeneratif. Penyakit yang banyak dilaporkan adalah hipertensi (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Hipertensi pada lansia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST) yang berhubungan dengan komplikasi kardiovaskular dan gagal jantung (Mohler dan Townsend, 2006). Hipertensi memiliki rentang tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyakit yang memerlukan penanganan serius karena menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan dapat menyebabkan arterosklerosis. Hipertensi juga meningkatkan faktor risiko terjadinya penyakit jantung, congestive heart failure, penyakit ginjal, kebutaan, dan stroke. Penurunan tingkat stres serta modifikasi diet dan gaya hidup sangat penting untuk mengendalikan hipertensi (Roach, 2007). Penggunaan obat secara tunggal maupun kombinasi dengan obat lain dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan penurunan laju aliran saliva, diantaranya penggunaan obat hipertensi, arthritis, diabetes, dan sembelit (Subashree dan Suresh, 2013). Aldelaimi (2006) mengatakan bahwa penderita hipertensi

mengalami penurunan laju aliran saliva dan mengalami peningkatan kadar kalium, protein, dan fosfat dalam saliva. Antihipertensi merupakan terapi farmakologis untuk perawatan hipertensi. Obat antihipertensi digolongkan menjadi beberapa macam yaitu diuretik, angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor, calcium channel blocker, vasodilator, angiotensin II receptor antagonist, serta symphatolytic (Brunton dkk, 2006; Roach, 2007). Enalapril, lisinopril, dan captopril merupakan obat antihipertensi golongan ACE inhibitor (Rosenfeld dan David, 2007). Penelitian Setiawardani (2007) menunjukkan bahwa dari 90 pasien yang mendapatkan terapi obat antihipertensi didapatkan 71 pasien (78,89%) menggunakan obat antihipertensi golongan ACE inhibitor. Cara kerja ACE inhibitor adalah dengan menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Gugus sulfhydryl pada captopril dan gugus carboxyalkyl dipeptide pada enalapril menyebabkan terikatnya zinc pada gugus tersebut sehingga penggunaan captopril dan enalapril dapat menyebabkan defisiensi zinc dalam tubuh (Stargrove dan Lori, 2008). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan, yaitu apakah penggunaan obat antihipertensi ACE inhibitor (captopril) mempengaruhi laju aliran saliva tidak terstimulasi, laju aliran saliva terstimulasi, dan kadar zinc dalam saliva pada lansia? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengaruh penggunaan antihipertensi ACE inhibitor (captopril) terhadap laju aliran saliva dan kadar zinc saliva pernah dilakukan oleh

Zaidan dkk. (2009). Hasil penelitian tersebut didapat bahwa lansia sehat, perokok, penderita diabetes, pasien hemodialisis, serta orang dewasa pengguna obat antihipertensi captopril mengalami penurunan laju aliran saliva, kadar zinc saliva, dan kadar zinc serum. Penurunan laju aliran saliva dan kadar zinc tersebut merupakan indikasi terjadinya penurunan ketajaman pengecapan (Zaidan, 2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini peneliti melihat pengaruh obat antihipertensi captopril pada lansia sehingga subjek pada penelitian ini adalah lansia pengguna obat antihipertensi captopril. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan obat antihipertensi ACE inhibitor (captopril) terhadap laju aliran saliva tidak terstimulasi, laju aliran saliva terstimulasi, dan kadar zinc dalam saliva pada lansia. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi ilmiah mengenai laju aliran saliva dan kadar zinc di dalamnya pada lansia pengguna obat antihipertensi captopril. 2. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian perawatan pada lansia yang menggunakan obat antihipertensi captopril. 3. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya.