DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Apabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke:

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

SISTEMATIKA PENYUSUNAN CETAK BIRU (BLUE PRINT) PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERMEN ESDM NO. TH

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Mineral. Batubara. Kebutuhan. Berjualan. Harga. Patokan. Pemasokan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN BANJAR TERHADAP TATA KELOLA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA NOMOR :... TENTANG DIVESTASI SAHAM

Apabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke:

2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

TATA CARA PERIZINAN PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEMATIKA

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 / PMK.02 / 2006 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH MENTERI KEUANGAN,

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 3 - Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

2016, No Dana Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, per

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

Sumber: I. PENDAHULUAN

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Panas Bumi. Survei. Penugasan. Pedoman.

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 25 TAHUN 2008 TENTANG

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Tata Cara Pencairan Jaminan Reklamasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BUMI SAWAHLUNTO MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYALURAN DAN PELAPORAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.

TATA CARA PERIZINAN USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang terkandung dalam wilayah hukum. pertambangan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mineral tentang Standardisasi Kompetensi Kerja di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Ta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem

TENTANG LAHAN DENGAN. dan dan. hidup yang. memuat. dengan. pembukaan. indikator. huruf a dan. Menimbang : Tahun Swatantra. Tingkat.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 89, Tambaha

PADA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN TJAHJO KUMOLO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

KEBIJAKAN REKLAMASI PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2012

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PERAN CAMAT DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN KEUANGAN DESA DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENDAGRI 2016

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PPM) PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NO 41 TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat

DAFTAR ISI PENDAHULUAN DASAR HUKUM ALUR PELAKSANAAN PROGRAM PPM KEWAJIBAN PERUSAHAAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN DAN SANKSI PEMBIAYAAN PPM KETENTUAN PERALIHAN

PERTAMBANGAN REMOTE AREA PERTAMBANGAN SEKARANG perkotaan hutan Peladang Peladang tambang hutan tambang hutan hutan pedesaan

Pemikiran Dasar Tambang ada Pasca tambang (Amdal, Dokumen Pasca tambang, ada FS) Masyarakat?

COMDEV DENGAN CSR Community Development (Pengembangan Komunitas) adalah kegiatan membantu komunitas di luar perusahaan untuk meningkatkan kapasitas dalam mengatasi persoalan dan memanfaatkan peluang, menemukan kesamaan kepentingan dan menyeimbangkan kepentingan yang mungkin bertentangan (Frank dan Smith, 1999). Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tindakan organisasi untuk bertanggung-jawab atas dampak dari keputusan dan aktivitas terhadap masyarakat dan lingkungan hidup dengan cara yang transparan dan beretika (ISO 26000). Jadi Community Development merupakan bagian dari CSR. Dalam ISO 26000, Community Development hanya salah satu bagian dari tujuh subyek utama ruang-lingkup CSR. Kegiatan CSR ditujukan untuk pemangku-kepentingan di dalam perusahaan (seluruh karyawan) dan di luar perusahaan (komunitas). No Aspek Community Development Corporate Social Responsibility 1 Subyek (pelaku) Perusahaan dalam skala Operasional Perusahaan dalam skala luas perusahaan di lapangan 2 Obyek Masyarakat sekitar daerah dampak Nasional dan internasional operasional 3 Pendekatan Empowerment dan bekerja bersama-sama Charity / pemberian cuma-cuma 4 Tujuan Masyarakat mandiri (jangka panjang) Branding, tanggung jawab sosial (jangka pendek) 5 Program Pemberdayaan, pembelajaran Sumbangan, kegiatan sosial 6 Pendanaan Operasional perusahaan Diambil dari keuntungan perusahaan

DASAR HUKUM Undang - Undang UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara, Psl 141 ayat 1(k). pengembangan dan pengembangan masyarakat setempat; UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah PP 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara pasal 106 109, Pasal 111 PP 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara Peraturan Menteri Permen ESDM Nomor 13 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Permen ESDM Nomor 41 tahun 2016 tentang Pengembangan Dan Pemberdayaan Masyarakat Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara

ALUR PELAKSANAAN PROGRAM PPM Badan Usaha menyusun Rencana Induk Program PPM Selama Tahap Kegiatan Operasi Produksi Termasuk Pascatambang Badan usaha pertambangan wajib menyampaikan Standard Operating Procedure CETAK BIRU (Blue Print) RENCANA INDUK PPM PROGRAM PPM TAHUNAN SOP PELAKSANAAN PROGRAM PPM OLEH BADAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL Ditetapkan Gubernur, Setelah mendapatkan Pertimbangan Direktur Jenderal Badan Usaha Membuat Rencana Program PPM Tahunan Dimasukkan dalam RKAB yang disahkan oleh direktur jenderal Badan usaha pertambangan wajib menyampaikan Laporan Realiasi Program PPM Tahunan Semester (6 Bulan) paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak berakhir periode pelaksanaan program PPM

Cetak Biru (Blue Print) PPM Cetak Biru (Blue Print) PPM adalah dokumen yang berisi perencanaan strategis pembangunan terpadu yang memuat arah kebijakan PPM di wilayah Provinsi. Gubernur menyusun cetak biru (Blue Print) secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, berwawasan lingkungan serta sesuai dengan norma dan budaya kearifan lokal Penyusunan cetak biru (blue print) memperhatikan : a. Memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah nasional dan daerah serta rencana tata ruang wilayah nasional dan daerah b. Melibatkan bupati/walikota yang wilayahnya terdapat kegiatan usaha pertambangan Cetak biru sebagaimana dimaksud sekurang kurangnya memuat : a. Peningkatan indeks pembangunan manusia provinsi dan/atau kabupaten/ kota setempat (pendidikan). b. Pembangunan ekonomi masyarakat sekitar tambang sampai dengan pelaksanaan kegiatan pascatambang c. Pengembangan sosial budaya dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang yang berkelanjutan d. Pengembangan kelembagaan komunitas masyarakat dalam menunjang kemandirian PPM e. Pembangunan infrastruktur yang menunjang PPM Cetak Biru (Blue Print) ditetapkan oleh gubernur setelah mendapatkan pertimbangan dari Direktur Jenderal Cetak Biru (Blue Print) dapat dievaluasi dan diubah 1 (Satu) kali setiap 5 (Lima) Tahun

Cetak Biru (Blue Print) PPM Cetak Biru (Blue Print) PPM adalah dokumen yang berisi perencanaan strategis pembangunan terpadu yang memuat arah kebijakan PPM di wilayah Provinsi. Gubernur menyusun cetak biru (Blue Print) secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, berwawasan lingkungan serta sesuai dengan norma dan budaya kearifan lokal Penyusunan cetak biru (blue print) memperhatikan : a. Memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah nasional dan daerah serta rencana tata ruang wilayah nasional dan daerah b. Melibatkan bupati/walikota yang wilayahnya terdapat kegiatan usaha pertambangan Cetak biru sebagaimana dimaksud sekurang kurangnya memuat a. Peningkatan indeks pembangunan manusia provinsi dan/atau kabupaten/ kota setempat (pendidikan). b. Pembangunan ekonomi masyarakat sekitar tambang sampai dengan pelaksanaan kegiatan pascatambang c. Pengembangan sosial budaya dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang yang berkelanjutan d. Pengembangan kelembagaan komunitas masyarakat dalam menunjang kemandirian PPM e. Pembangunan infrastruktur yang menunjang PPM Cetak Biru (Blue Print) ditetapkan oleh gubernur setelah mendapatkan pertimbangan dari Direktur Jenderal Cetak Biru (Blue Print) dapat dievaluasi dan diubah 1 (Satu) kali setiap 5 (Lima) Tahun

RENCANA INDUK Rencana Induk PPM adalah dokumen yang memuat rencana program PPM yang disusun berdasarkan cetak biru (blue print) PPM Badan usaha wajib menyusun rencana induk PPM dengan berpedoman pada Cetak Biru (Blue Print) PPM Penyusunan Rencana Induk PPM dilakukan bersamaan dengan dokumen studi kelayakan dan dokumen lingkungan hidup dan menjadi bagian dari studi kelayakan; Rencana Induk PPM memuat rencana program PPM selama tahap kegiatan operasi produksi termasuk pascatambang; Rencana Induk PPM disusun berdasarkan pemetaan sosial untuk mendapatkan gambaran kondisi awal masyarakat sekitar tambang (kesehatan, pendidikan, sosbud, lingkungan kehidupan masyarakat, infrastruktur, kemandirian ekonomi, kelembagaan komunitas masyarakat dlm menunjang kemandirian ekonomi). Rencana induk PPM sekurang kurang memuat : a. Program pada tahap kegiatan operasi produksi termasuk pascatambang b. Waktu Pelaksanaan program c. Rencana Pembiayaan Badan usaha wajib melakukan konsultasi atas rencana induk PPM dengan direktur jenderal atas nama menteri sesuai kewenangannya, gubernur, serta melibatkan bupati/walikota setempat dan masyarakat sekitar tambang. Rencana induk wajib di evaluasi secara berkala 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun, apabila terjadi perubahan dokumen blue print, studi kelayakan dan dokumen lingkungan Masyarakat dapat memberikan usulan program dalam rencana induk melalui pemerintah dan/atau gubernur

PROGRAM TAHUNAN Program PPM Tahunan adalah rencana pelaksanaan program PPM Tahun berjalan sebagai bagian dari rencana kerja dan anggaran biaya yang telah disetujui sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; Badan Usaha pertambangan wajib menyusun program PPM Tahunan dengan mengacu pada rencana induk; Program PPM Tahunan sekurang kurangnya memuat : Rencana rincian kegiatan, Waktu Pelaksanaan, Pembiayaan Program PPM Tahunan. Kriteria Keberhasilan, Realisasi Program PPM Tahunan sebelumnya; Badan Usaha Pertambangan Wajib melakukan konsultasi atas program PPM Tahunan dengan Direktur Jenderal atas nama menteri sesuai kewenangan gubernur, serta melibatkan bupati/walikota setempat dan masyarakat sekitar tambang

PELAKSANAAN PPM PERUSAHAAN Badan usaha pertambangan wajib melaksanakan sendiri Program PPM Tahunan yang telah disetujui dalam RKAB Badan usaha pertambangan wajib menyampaikan Standard Operating Procedure kepada menteri c.q direktur jenderal atau gubernur sesuai kewenangan Unit pelaksana PPM pada badan usaha paling rencah dipimpin oleh level pimpinan setingkat manajer Badan usaha pertambangan wajib menyampaikan laporan realisasi PPM tahunan per semester kepada menteri c.q direktur jenderal atau gubernur sesuai kewenangan

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Direktur Jenderal atas nama menteri melakukan pembinaan terhadap penyusunan cetak biru (blue print) PPM yang dilaksanakan oleh gubernur. Direktur Jenderal atas nama menteri dan Gubernur sesuai kewenangannya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyusunan dan/atau pelaksanaan rencana induk PPM dan program PPM Tahunan yang dilaksanakan oleh badan usaha pertambangan. Direktur Jenderal atas nama Menteri melakukan pengawasan terhadap binwas yang dilakukan oleh Gubernur terhadap badan usaha pertambangan Direktur Jenderal atas nama menteri meminta badan usaha pertambangan untuk mempresentasikan laporan realisasi pelaksanaan program PPM Tahunan. Dirjen dan/atau Gubernur menunjuk pejabat untuk melakukan binwas Gubernur menyampaikan laporan binwas PPM kepada Menteri setiap 6 bulan sekali paling lambat 60 hari

PELAPORAN DAN SANKSI PELAPORAN Badan Usaha Wajib menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan program PPM Tahunan kepada menteri c.q direktur jenderal atau gubernur sesuai kewenangannya dengan tembusan kepada bupati/walikota setempat secara berkala setiap 6 (enam) bulan tahun berjalan; Penyampaian laporan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak berakhir periode pelaksanaan program PPM; Laporan realisasi pelaksanaan Program PPM Tahunan disusun menerapkan prinsip tepat, akurat, jelas, seimbang, dan dapat dibandingkan. SANKSI Dikenakan sanksi administratif Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dapat berupa : a) Peringatan Tertulis (Tiga Kali;Jangka Waktu Peringatan 30 Hari) b) Penghentian Sementara Sebagian Atau Seluruh Kegiatan Usaha Pertambangan c) Pencabutan IUP Atau IUPK

PEMBIAYAAN PPM Pembiayaan PPM Tahunan berasal dari biaya operasional badan usaha pertambangan yang tercantum pada RKAB Pembiayaan Program PPM Tahunan wajib dikelola langsung oleh badan usaha pertambangan Dalam terdapat sisa pembiayaan program PPM Tahunan pada akhir tahun berjalan, sisa pembiayaan program PPM dapat digunakan sebagai pembiayaan program PPM Tahun berikutnya Pembiayaan Program PPM Tahunan dilarang tumpang tindih dengan pembiayaan yang berasal dari APBN atau APBD

KETENTUAN PERALIHAN Program PPM yang telah mendapatkan persetujuan dari direktur jenderal atas nama menteri atau gubernur sesuai kewenangan sebelum berlakunya peraturan menteri ini tetap berlaku dan dilaksanakan sesuai dengan persetujuan RKAB. Dalam hal belum terdapat Cetak Biru (Blue Print) PPM, Badan Usaha pertambangan wajib menyusun rencana induk PPM. Badan Usaha Pertambangan, KK & PKP2B, wajib menyusun rencana induk PPM Sesuai ketentuan dalam peraturan menteri ini dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak berlakunya peraturan menteri. Dalam Hal rencana induk PPM belum tersusun, Badan usaha, KK, PKP2B wajib menyusun program PPM Tahunan mengacu pada peraturan menteri.

www.minerba.esdm.go.id 17