Optimasi Holding Time Untuk Mendapatkan Kekerasan Baja S 45 C

dokumen-dokumen yang mirip
Optimasi Holding Time untuk Mendapatkan Kekerasan Baja S 45 C

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING TERHADAP STRUKTURMIKRO BAJA MANGAN HADFIELD AISI 3401 PT SEMEN GRESIK

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

PENGARUH TYPE PENGERASAN TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, KEDALAMAN DIFUSI DAN STRUKTUR MIKRO BAJA KARBON RENDAH (MILD STEEL) YANG TELAH DIKARBURISASI

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

Karakterisrik Mekanik Proses Hardening Baja Aisi 1045 Media Quenching Untuk Aplikasi Sprochet Rantai

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia teknik dikenal empat jenis material, yaitu : logam,

Gambar 1. Standar Friction wedge

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 2 No. 2, Juli 2016 ISSN :

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

PENGARUH MEDIA QUENCHING TERHADAP KEKUATAN BAJA AISI 1045 DIAPLIKASIKAN PADA SPROCKET RANTAI DENGAN METODE UJI IMPACT

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH (ST41) DENGAN METODE PACK CARBIRIZING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PENGARUH VISKOSITAS OLI SEBAGAI CAIRAN PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIS PADA PROSES QUENCHING BAJA ST 60

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

MODIFIKASI MESIN FLAME HARDENING SISTEM PENCEKAMAN BENDA KERJA SECARA VERTIKAL PADA BAJA S45C

PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH AKIBAT PENGARUH PROSES PENGARBONAN DARI ARANG KAYU JATI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES HARDENING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MICRO BAJA AISI DENGAN MEDIA PENDINGIN Oleh: DEDI SUPRIANTO

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST

UNIVERSITAS MERCU BUANA

HARDENABILITY. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING

Penelitian Sifat Fisis dan Mekanis Roda Gigi Transduser merk CE.A Sebelum dan Sesudah Di-Treatment

ANALISA PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA AISI 1050 DENGAN METODE PACK CARBURIZING

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Analisa Perubahan Struktur Akibat Heat Treatment pada Logam ST, FC Dan Ni-Hard 4

BAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

PEMILIHAN PARAMETER PERLAKUAN PANAS UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAJA PEGAS 55 Si 7 YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENAMBAT REL KERETA API

MODUL 9 PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

ANALISA PENGGUNAAN TEMPURUNG KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAHAN PISAU TIMBANGAN MEJA DENGAN PROSES PACK CARBURIZING

Kata kunci : baja S45C, hardening, pendingin.

yang tinggi, dengan pencelupan sedang dan di bagian tengah baja dapat dicapai kekerasan yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat.

Rubijanto ) ABSTRAK. Kata kunci : Perlakuan panas,proses pendinginan. ) Staf Pengajar Jurusan Mesin UNIMUS. Traksi. Vol. 4. No.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

Rekayasa Energi Manufaktur R.E.M Jurnal Optimasi Time Untuk Mendapatkan Kekerasan Baja S 45 C Edi Widodo 1, Miftahul Huda 2 1 Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 2 Badan Pelatihan Kerja Surabaya Telp 085645020211 email : ediwidodo@umsida.ac.id,; miftah1611@yahoo.co.uk ABSTRAK Baja S 45 C merupakan bahan yang banyak dipakai menjadi berbagai bagian komponen mesin. Dengan luasnya penggunaan bahan, diperlukan karakter sesuai untuk mendapatkan fungsi maksimal dalam berbagai aplikasi perkakas. Perlakuan heat treatment yang tepat merupakan langkah dalam mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan. Langkah penelitian, bahan specimen S 45 C diuji dan dipanaskan dengan temperature 850 0. Selanjutnya pendinginan cepat dengan media Oli SAE 90 pada wadah terbuka. Parameter waktu pendidinginan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang berbeda dari nilai kekerasan yang diperoleh. Kekerasan bahan dicatat dengan alat uji kekerasan Brinell test. Dari hasil penelitian, grafik rata-rata hasil uji menunjukkan bahwa nilai kekerasan mulai berkurang dari holding time 10 menit, kemudian holding time 20 menit, dan kekerasan tertinggi diperoleh pada holding time 30 menit. Hal ini disebabkan pada waktu holding yang pendek pembentukan martensit terjadi belum sempurna. Disebabkan penurunan suhu terpotong pada menit ke sepuluh. Pada holding yang paling lama yaitu 30 menit memberikan waktu yang cukup dalam pembentukan struktur Kristal yang seragam dan lebih teratur. Kata kunci : kekerasan, heat treatment 1

Edi Widodo Lahir di Semarang, pada tanggal 4 Juni 1980. Telah menamatkan pendidikan dasar sampai tingkat SLTA di tempat kelahirannya, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Berikutnya melanjutkan studi di Universitas Brawijaya Malang pada tahun 1999, pada Fakultas Teknik Jurusan Mesin. Setelah diwisuda pada tahun 2005, penulis sempat bekerja pada pabrik meubel PT IFURA Pasuruan sebagai asisten programmer CNC selama 6 bulan. Pada tahun 2006 mendapat tugas mengajar pada SMK Muhammadiyah Suruh, Kabupaten Semarang, sebagai guru produktif otomotif. Tahun 2007 mendapat kesempatan melanjutkan studi Magister pada Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, pada Fakultas Teknologi Kelautan. dan diwisuda pada tahun 2009 dengan penelitian pada Teknologi Transportasi bidang pengembangan pembangunan pelabuhan perikanan. Penulis pernah menjadi pengajar mata pelajaran IPA SMP Muhammadiyah 5 Ngoro, Mojokerto dari tahun 2009 sampai 2012, menjadi tentor mata pelajaran FISIKA pada LBB Primagama dari 2008 sampai 2012. Pada tahun 2010 penulis menjadi dosen pengajar Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Muhammadiyan Sidoarjo sampai sekarang. photo dan profil pak huda Miftahul Huda Lahir di Malang Jawa Timur Pada Tanggal 16 November 1970, Menamatkan pendidikan dasar, menengah dan atas ( SDN, SMP Muhammdiyah dan Madrsah Aliyah Negeri ) di Lamongan. Tertarik dengan Teknik Mesin, melanjutkan Pendidikan S1 Teknik Mesin di Universitas Muhammadiyah Malang, Tamat pada akhir th 1997, menyelesaikan pendidikan Pascasarjana di UNESA tahun 2008, awal karier tahun 1998 menjadi Instruktur Teknologi Mekanik di Balai Latihan Kerja Industri Sureabaya Depnaker RI, bergabung dengan Umsida pada tahun 2001 dan menjadi Dosen Luar Biasa di Jurusan Teknik Mesin. Beberapa pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti antara lain pendidikan Instruktur politeknik di ITB, CAD CAM & Computer Graphics ICTC Korea Selatan, CNC, AQMS, Curriculum Design and Development, Pendidikan dan pelatihan asesor BNSP beberepa Jabatan yang dipercayakan saat ini, Ketua Jurusan Teknik Manufaktur BLKI Surabaya, Koordinator Program DIII Disnaker Prov. Jatim - ITS, Asesor Bidang Operasi Mesin dan Proses pada lembaga Sertifikasi Logam Mesin Indonesia, pada Desember 2015 di tunjuk sebagai Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi BLK Surabaya, dan menjadi Tutor Di UT Surabaya. Pendahuluan Material baja S45C adalah merk salah satu produk baja yang diproduksi oleh bohler. Baja S45C JIS G 4051 (Japan) merupakan baja karbon untuk penggunaan struktur mesin. Baja ini memiliki komposisi kandungan Sulfur 0,035 % S, Karbon 0,42 % - 0,48 %, Silikon 0,15 % - 0,35 %, Khrom 0,2 % Cr, Mangan 0,6% - 0,9 %, Nikel 0,2 % Ni, Phospor 0,03 %P dan Tembaga 0,3 % Cu. Sedangkan data mekanik sesuai dengan dengan propertinya memiliki kekerasan HB : 137 170, dengan suhu kritis Ac : 720-780 0 C dan suhu kritis Ar : 689-750 0 C. 1 Material ini banyak digunakan pada industri otomotif untuk bahan baku pembuat komponen atau struktur mesin melalui pembentukan panas pengerolan maupun tempa. Produk yang dihasilkan adalah connecting rod, piston pin, axies, shaft, crankshaft, rel kereta dan lain-lain 2. Untuk memperbaiki sifat mekanis dari bahan ini diberikan perlakuan panas (heat treatment). Sifat mekanis bahan disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan ketika menjadi bagian dari elemen permesinan. Perbaikan sifat mekanik ini akan memudahkan dalam proses permesinan, asembly serta ketahanan dari kerusakan yang fatal. Heat treatment Perlakuan panas atau heat treatment adalah kombinasi operasi pemanasan pada logam di bawah temperatur lebur logam tersebut dan pendinginan terhadap logam atau paduan dalam keadaan padat dengan waktu tertentu. 4 1. Pemanasan (heating) Pada proses ini logam dipanaskan sampai pada suhu tertentu dan dalam periode waktu tertentu. Tujuan dari proses ini agar molekul-molekul logam dapat mengalami perubahan struktur kristal atau struktur mikro yang terkandung didalamnya. 2. Penahanan (holding) Mempertahankan suhu pada waktu tertentu sehingga temperaturnya merata dan perubahan strukturnya terjadi secara merata pula. 3. Pendinginan (cooling) Proses ini merupakan akhir dari proses heat treatment dalam membentuk sifat fisik dan sifat mekanik logam. Media pendingin yang biasa digunakan antara lain: gas, air, oli dan lain sebagainya Hardening Kekerasan suatu logam dapat dinaikkan melalui proses heat treatment dan salah satunya adalah proses hardening (pengerasan). Proses hardening adalah proses perlakuan panas yang diterapkan untuk menghasilkan benda kerja yang keras. Unsur yang diharapkan dengan memanaskan material sampai mencapai suhu 2

rekristalisasi, sehingga terjadi perubahan struktur kristal logam yang akan merubah sifat mekanik dari logam. Pada setiap operasi perlakuan panas, laju pemanasan merupakan faktor yang penting. Panas merambat dari luar ke dalam dengan kecepatan tertentu. Bila pemanasan terlalu cepat bagian luar akan jauh lebih panas dari bagian dalam sehingga tidak dapat diperoleh struktur yang merata. Bila bentuk benda tidak teratur, benda harus dipanaskan perlahan-lahan agar tidak mengalami distorsi atau retak Makin besar potongan benda, makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil yang merata. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada laju pendinginan, kadar karbon dan ukuran benda. Pada baja paduan, jenis dan jumlah paduan akan mempengaruhi kemampuan pengerasan. Perlu dibedakan antara kekerasan dan kemampuan pengerasan. Untuk baja karbon rendah dan baja karbon sedang, lazim dilakukan pencelupan dalam air. Laju pendinginannya cukup cepat sehingga terbentuk martensit. Untuk baja karbon tinggi dan baja paduan biasanya digunakan minyak sebagai media pencelupan, pendinginannya tidak secepat air. Tersedia berbagai jenis minyak, seperti minyak mineral dengan kecepatan pendinginan yang berlainan sehingga dapat diperoleh baja dengan berbagai tingkat kekerasan. Untuk pendinginan yang cepat dapat digunakan air garam atau air yang disemprotkan. Beberapa jenis logam dapat dikeraskan melalui pendinginan udara akan tetapi untuk baja biasa, laju pendinginan udara terlalu lambat. Benda yang agak besar biasanya dicelup dalam minyak. Suhu media celup harus merata agar dapat dicapai pendinginan yang merata pula. Media pendingin yang digunakan dalam produksi harus dilengkapi dengan perlengkapan pendingin. Baja dengan kadar karbon rendah sulit untuk dikeraskan. Dengan meningkatnya kadar karbon sampai sekitar 0,6% kekerasan akan naik. Di atas 0,6% kenaikan harga karbon hanya sedikit pengaruhnya, karena di atas suhu eutektoid baja dalam keadaan anil terdiri dari perlit dan sementit. Baja yang sebagian besar terdiri dari perlit dapat diubah menjadi baja yang keras. Benda dengan ukuran yang lebih besar pada umumnya akan menghasilkan permukaan yang kurang keras meskipun kondisi perlakuan panas tetap sama. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah panas yang dapat merambat dari permukaan ke bagian dalam. Oleh karena itu kekerasan di bagian dalam benda akan lebih rendah daripada di bagian luar, dan ada nilai batas tertentu. Namun air garam atau air mungkin menurunkan suhu permukaan dengan cepat, yang diikuti dengan penurunan suhu di dalam benda tersebut, sehingga diperoleh lapisan keras dengan ketebalan tertentu. Hal ini tidak terjadi pada pencelupan minyak, suhu permukaan lebih lambat dingin dan mungkin masih agak tinggi hingga pendinginan terhambat. Struktur Baja yang dikeraskan. Telah diketahui bahwa austenit merupakan larutan padat karbon dalam besi-gamma. Baja karbon terdiri dari austenit pada suhu di atas suhu kritis. Dengan pencelupan dari suhu yang cukup tinggi, biasanya tidak semua austenit berubah, dan austenit sisa ini mempunyai kekerasan setengah dari martensit dan bersifat non-magnetik. Selanjutnya didinginkan secara mendadak / quenching dengan kecepatan pendinginan di atas kecepatan pendinginan kritis agar terjadi pembentukan martensit dan diperoleh kekerasan tinggi. Besar temperatur pemanasan tergantung dari jenis baja Metode Penelitian Pemilihan Bahan Proses hardening pada bahan yang dilanjutkan dengan dengan quenching dilakukan untuk mendapatkan kekerasan dan ketahanan aus. Kekerasan ini diperoleh karena terbentuknya martensit yang bersifat keras dan tahan aus. Quenching dengan media air terjadi perpindahan panas dari spesimen ke larutan pendingin yang ditandai dengan terbentuknya gelembunggelembung udara yang mengakibatkan terbentuknya selubung udara pada permukaan spesimen. Selubung udara yang terbentuk dapat membuat laju pendinginan kritis. 3 Dalam pelaksanaan pengujian bahan yang digunakan adalah baja karbon jenis S 45 C, yang mempunyai komposisi : C = 0,42%-0,45%. Si = 0,20%-0,40%. Mn = 0,70%-0,90%. Tahap utama dalam proses hardening adalah dalam pemanasan benda uji, sampai pada temperatur 850 C. Adapun media pendingin yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Media pendingin oli Sae 90 pada material pertama. b. Media pendingin oli Sae 90 pada material ke dua. c. Media pendingin oli Sae 90 pada material ke tiga Pengujian kekerasan bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi holding time serta pengaruh media pendingin terhadap kekerasan baja S 45 C pada proses hardening,. Analisa Annova Dua Arah 3

Dalam rancangan penelitian mencari data kuantitatif dalam bentuk angka angka. Dimana angka angka tersabut menyatakan kekerasan baja S 45 C. Hasil kuantitatif disiapkan dalam bentuk tabel, tabel tersebut merupakan pengolahan data kekerasan rata-rata dari sampel yang diuji. Tabel 1 Rancangan Penelitian No Time 10 Time 20 Time 30 1 A 10 B 20 C 30 2 A 10 B 20 C 30 3 A 10 B 20 C 30 4 A 10 B 20 C 30 5 A 10 B 20 C 30 6 A 10 B 20 C 30 7 A 10 B 20 C 30 Dari tabel tersebut dapat dicari harga harga sebagai beikut: Besar variasi total Variasi SS df MMS Fe Media pendingin (baris) Temperatur kolom SSR SSC (r-l) (c-l) Interaksi SS(RC) (r-l)(c-l) Error SSE Rc(n-l) Error SST [r(n-l)] S1 2 = SSR r l S2 2 = SSC c - l S 3 2 = SS(RC) (r-l)(c-l) S4 2 = SSE rc(n-l) Fe2 = S2 2 S4 2 Fe2 = S23 2 S4 2 Fe 3 = S 3 2 Harga masing-masing dari estimasi adalah sebagai berikut : Estimasi σ2 yang berdasarkan pada r-1, sebagai derajat kebebasannya maka diperoleh: Estimasi σ2 yang berdasarkan pada c-l, sebagai derajat kebebasannya maka diperoleh: S4 2 Dimana: Jumlah satu sampel ke r (baris) : Estimasi σ2 yang berdasarkan pada (r 1) (c 1), sebagai derajat kebebasannya maka diperoleh: Jumlah satu sampel ke n (pengulangan) Estimasi σ2 yang berdasarkan pada (r 1) (c 1), sebagai derajat kebebasannya maka diperoleh: Jumlah satu sampel ke k Efek baris yang disebabkan media pendingin: Dimana: r =jumlah kuadrat kolom dari data Tabel 2 Annovel Dua Arah Hasil dan Pembahasan No Tabel 3. Data uji kekerasan sesudah proses Time (dalam kg/mm2) Time 10 Time 20 Holdin g Time 30 1 278 259 298 2 252 272 281 3 278 261 278 4 281 292 295 4

5 292 278 268 6 252 272 274 7 281 268 310 Time 350 200 150 100 50 0 290 280 270 260 240 230 220 0 2 4 6 8 holding 10 holding 20 holding 30 Gambar 1. Grafik rata-rata kekerasan berdasar holding time Dari grafik rata rata hasil uji tersebut diatas dapat diketahui bahwa nilai kekerasan mulai berkurang dari holding time 10 menit, kemudian media holding time 20 menit dan nilai kekerasan tertinggi yang dihasilkan oleh holding time 30 menit, dengan temperatur 850 0 C. Hal ini disebabkan, holding time 10 menit laju perpindahan panasnya lebih cepat dibandingkan holding time 20 menit dan holding time 30 menit. Untuk lebih detail mengenai data grafik rata-rata hasil uji tersebut, dapat dibuat hasil uji kekerasan pada setiap percobaan media waktu penahanan, dapat dilihat sebagai berikut ini: Time 10 1 2 3 4 5 6 7 Spesimen Gambar 2. Grafik holding time 10 menit Time 20 Time Gambar 3. Grafik holding time 20 menit Time 30 menit 320 310 290 280 270 260 240 1 2 3 4 5 6 7 Spesimen Gambar 4. Grafik holding time 30 menit Pada pendinginan cepat (quenching) austenit yang memiliki struktur FCC mengalami perubahan menjadi martensit dengan struktur BCT (Body Centered Tetragonal). Atom karbon yang seharusnya keluar dari austenit terperangkap menjadi struktur baru BCT. Kelarutan karbon pada ferit tergolong rendah antara 0.025% lebih rendah bila dibandingkan dengan austenit yang dapat melarufkan karbon hingga2 %. Atom karbon yang tidak sempat berdifusi akan memperluas kisi atom satu arah dan membentuk struktur baru yakni BCT atau disebut dengan struktur martensit. Pada pendinginan cepat baja, tidak seluruhnya terbentuk struktur martensit, namun terdapat juga austenit sisa. Dengan media pendinginan quenching Oli SAE, pendinginan berlangsung relatif cepat. Pembentukan martensit pada pendinginan oli sebesar 40 % bila dibandingkan air sebesar 90 %. Waktu pendinginan yang lebih lambat mengakibatkan austenit tidak seluruhnya bertransformasi menjadi martensit. Austenit sisa memiliki waktu untuk bertranformasi menjadi ferit dan austenit. 5 Spesimen baja dengan waktu pendinginan lebih lama memiliki waktu yang cukup untuk mendapatkan bentuk kristal yang seragam dan teratur. Tabel 4. kekerasan spesimen dengan variasi holding time Time 290 280 270 260 240 1 2 3 4 5 6 7 Spesimen 5

Media Specimen 1 2 3 jumlah Time 10 70056 kg/mm 2 78118 kg/mm 2 82052 kg/mm 2 230226 kg/mm 2 [3.] Totten, GE, Bates, CE, Clinton, NA, Handbook of Quenchant and Quenching Technology, ASM International, USA, 1993 [4.] Avner, H, S. 1974. Introduction to Physical Metallurgy. 2nd edition, New York; McGraw- Hill International Editions. [5.] Ismanhadi S, Mohammad, Yuli Setyorini. Pengaruh Media Pendingin pada Proses Hardening terhadap Strukturmikro Baja Mangan Hadfield AISI 3401 PT Semen Gresik. Jurnal Teknik POMITS vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 PRINT) 20 70448 kg/mm 2 76212 kg/mm 2 74504 kg/mm 2 221164 kg/mm 2 30 83738 kg/mm 2 82010kg/mm 2 83080 kg/mm 2 248828 kg/mm 2 Jumlah (Tj...) 224242 kg/mm 2 236340 kg/mm 2 239636 kg/mm 2 701861 kg/mm 2 Tabel 5. Annova dua arah Variasi SS df MMS Time (baris) 119 805,78 (3-1) 239 611,56 Error 2799,82 [3(9-l)] Kesimpulan Hasil yang diperoleh dalam pengujian kekerasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Data kekerasan baja S 45 C dalam Brinell test memiliki diagram hubungan kekerasan untuk setiap jenis pendinginan memiliki perbedaan kekerasan. 2. Dari grafik rata rata hasil uji tersebut diatas dapat diketahui bahwa nilai kekerasan mulai berkurang dari holding time 10 menit, kemudian media holding time 20 menit dan nilai kekerasan tertinggi yang dihasilkan oleh holding time 30 menit, dengan temperatur 850 0 C. Hal ini disebabkan, holding time 10 menit laju perpindahan panasnya lebih cepat dibandingkan holding time 20 menit dan holding time 30 menit. 3. Dalam penelitian uji beberapa spesimen pada interaksi media pendingin dengan heat treatment. Diketahui bahwa adanya interaksi antara specimen dengan beberapa media pendingin, sehingga berpengaruh terhadap nilai kekerasan baja S 45 C. Referensi [1.] Winsteel 7 Prof-Subscription ver. 7.2.14.1 (Igor Terminal / 31.1.2020) [2.] Sardjono KP, Koos. Pengaruh Hardening Pada Baja JIS G 4051 Grade S45C Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 2 Agustus 2009 Hlm. 95-100. 6