BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu

I. PENDAHULUAN. Persaingan ketat dibidang kualitas semua instansi berlomba-lomba untuk

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal,

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. bervariasi setiap individu (Kaplan dan Sadock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN KATEGORI MODERATE CARE DI RUANG PERAWATAN KELAS VIP KELAS I DAN KELAS II DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

DAFTAR PUSTAKA. Dahlan, S. (2008). Statistik Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar 60% dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Perawat merupakan salah satu pekerja kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Peranan perawat dalam melakukan pelayanan kesehatan di dalam sebuah rumah sakit sering dijadikan ukuran oleh pelanggan rumah sakit tersebut sebagai gambaran pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan tugasnya perawat memiliki kesempatan yang sering untuk berhadapan dengan pasien maupun keluarganya dibandingkan dengan petugas kesehatan lainnya. Perawat juga berada di garis depan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan keperawatan dalam rumah sakit menduduki peringkat pertama dalam hal jumlah personil melebihi jumlah personil tenaga medis lainnya. Demikian juga dalam hubungan dengan pasien, perawat memiliki frekuensi kontak yang paling tinggi dibandingkan dengan tenaga pelayan kesehatan lainnya. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak 1

2 mengalami gangguan dalam menilai kenyataan, kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian normal (Hawari, 2008). Sementara itu Kaplan dan Sadock (2005) mengatakan kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomik (SSA). Kecemasan dalam kerja dapat terjadi pada berbagai macam pekerjaan, namun ada pekerjaan yang memiliki resiko kecemasan yang lebih tinggi dari pekerjaan yang lain. Salah satu pekerjaan yang paling dapat membuat rasa cemas adalah perawat (National Safety Council, 2004). Beberapa studi yang meneliti kecemasan pada perawat mengidentifikasi bahwa banyak stressor kecemasan pada perawat karena kompleksitas kerja perawat, baik yang berada di area kesehatan umum maupun kesehatan mental/psikiatri. Perawat psikiatri bekerja merawat pasien dengan ketidakadekuatan mekanisme koping terhadap stress (Stuart dan Laraia, 2007). Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat dan Unit Perawatan Psikiatri Intensif biasanya berada pada situasi krisis, demikian juga mekanisme pertahanan diri mereka yang kurang efektif, sehingga selama periode ini tindakan menyerang atau kekerasan mungkin terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kekerasan oleh pasien merupakan salah satu sumber kecemasan perawat yang bekerja di rumah sakit jiwa. Perawat yang bekerja di Unit Perawatan Psikiatri Intensif berada di lingkungan yang terbatas (small space) yang memungkinkan perawat sangat dekat dengan pasien untuk dapat mengobservasi kondisi pasien dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan (Krikson, 2008).

3 Penelitian membuktikan bahwa 225 perawat yang bekerja di unit psikiatri, sebuah rumah sakit di Jepang, 61,8% perawat mengalami kekerasan fisik maupun verbal (verbal abuse) dari pasien (Inoue, 2006). Kekerasan fisik maupun verbal tersebut menjadi ancaman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang kesehatan No.36 tahun 2009 disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Pekerjaan seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak terlepas dari pengaturan jam kerja di suatu rumah sakit yang lebih dikenal dengan istilah shift kerja. Menurut Kuswadji (1997), secara alami manusia bekerja pada siang hari dan tidur/ istirahat pada malam hari. Kehidupan seperti mengikuti suatu jam biologis yang disebut circadian rhythm (irama sirkadian) yang berdaur selama 24 jam. Fungsi tubuh yang diatur oleh jam biologis adalah: tidur, kesiapan untuk bekerja, metabolisme, suhu tubuh, nadi, dan tekanan darah. Perawat yang harus berjaga pada malam hari cenderung merasa letih dan mengantuk sedangkan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut sangat sulit. bila fungsi tubuh tidak mampu menyesuaikan diri dengan irama sirkadian, maka dapat mempengaruhi kejiwaan dan dapat menimbulkan gangguan siklus irama sirkadian. Sistem shift kerja memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah memaksimalkan sumber daya yang ada. Dampak negatifnya

4 adalah penurunan kinerja, keselamatan kerja, dan masalah kesehatan. Pada akhir suatu shift terdapat kecenderungan meningkatnya kecemasan dan sensivitas (Dongen, 2006). Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan shift kerja karena membutuhkan banyak sekali penyesuaian waktu, seperti waktu tidur, waktu makan dan waktu berkumpul bersama keluarga. Secara umum, semua fungsi tubuh berada dalam keadaan siap digunakan pada siang hari sedangkan pada malam hari adalah waktu untuk istirahat dan pemulihan sumber energi. Shift kerja dan kerja malam hari merupakan kondisi yang dapat menghambat kemampuan adaptasi pekerja baik dari aspek biologis maupun sosial. Shift kerja malam berpengaruh terhadap kesehatan fisik, mental, menganggu irama sirkadian, waktu tidur dan makan, mengurangi kemampuan kerja dan meningkatkan kesalahan dan kecelakaan kerja, menghambat hubungan sosial dan keluarga (Tomei et al., 2006). Berbagai dampak kesehatan dan keselamatan dapat muncul akibat kerja shift. Persoalan yang segera dapat dirasakan adalah terganggunya kualitas tidur dan menurunnya kualitas hubungan dengan keluarga atau teman yang akan berdampak pada timbulnya depresi, cemas dan stres (Rogers, 1997). Dampak utama dari shift kerja terhadap tenaga kerja adalah terjadinya gangguan irama sirkadian karena berubahnya waktu tidur yang seharusnya pada malam hari menjadi siang hari (Kroemer dan Grandjean, 2005). Kecemasan dapat diakibatkan oleh gangguan irama sirkadian yang dipengaruhi oleh regulasi hormon kortisol, di mana hormon kortisol tersebut di dalam tubuh memiliki beberapa efek terhadap psikologi tubuh (Costa, 2003).

5 Rumah Sakit Jiwa Grhasia adalah Rumah Sakit Jiwa satu-satunya milik pemerintah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Seperti rumah sakit yang lain, Rumah Sakit Jiwa Grhasia menerapkan sistem shift kerja bagi para pekerjanya. Pelaku shift kerja terbanyak di Rumah Sakit Jiwa Grhasia adalah perawat. Perawat yang melakukan shift kerja di Rumah Sakit Jiwa Grhasia adalah perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD), Unit Perawatan Psikiatri Intensif (UPPI), dan Instalasi Rawat Inap. Perawat IGD dan UPPI sangat rentan menderita kecemasan pada saat menjalankan shift kerja karena perawat di kedua instalansi tersebut berhadapan langsung dengan pasien gangguan jiwa yang masih dalam kondisi eksaserbasi akut, yaitu dalam kondisi agresif, hiperaktif, dan tidak kooperatif. Pasien psikiatrik akut biasanya datang dengan dibawa petugas kepolisian, karena perilaku menyerang dan membahayakan, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Penelitian yang dilakukan The National Alliance For The Mentally III (NAMI) menyatakan bahwa 10,6% pasien dengan gangguan mental serius seperti skizofrenia paranoid melukai orang lain, dan 12,2% mengancam mencidrai orang lain. Pada beberapa keadaan pasien dengan perilaku kekerasan tidak dapat diajak komunikasi dengan baik, kondisi tersebut akan menimbulkan kecemasan pada perawat di unit gawat darurat dan di unit akut/intensif psikiatri (NAMI, 2004). Niven (2002) menyatakan bahwa tipe kepribadian merupakan hal yang penting dalam proses interaksi dalam dunia kesehatan, karena kemampuan berinteraksi dengan klien sampai batas tertentu ditentukan oleh tipe kepribadian,

6 dan interaksi dengan klien membutuhkan tingkat empati tertentu serta kemampuan melihat masalah dari sudut pandang klien. Esfahani (2004) menyatakan bahwa ada kecenderungan harapan bagian struktural rumah sakit untuk menempatkan orang-orang dengan tipe kepribadian tertentu dalam posisi tertentu. Tipe kepribadian yang berbeda-beda pada perawat tentunya akan menyebabkan perbedaan dalam menyelesaikan masalah dalam melakukan pekerjaan mereka. Menurut Stuart & Sundeen (1998), orang yang berkepribadian tipe A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang. Sedangkan orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian A. karena tipe kepribadian B adalah orang yang penyabar, tenang, dan teliti (Stuart & Sundeen, 1998). Faktor individu lain yang mempengaruhi kecemasan pada perawat adalah jenis kelamin (National Safety Council, 2004). Menurut Anju (2014), tingkat kecemasan perawat perempuan lebih tinggi daripada perawat laki-laki dikarenakan peran ganda mereka di rumah sakit dan rumah. Selain bertanggung dalam pekerjaannya di rumah sakit, perawat perempuan juga bertanggung jawab mengurus rumah tangga dan keluarganya. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 15 Oktober 2014 di RSJ Grhasia dengan beberapa orang perawat RSJ Grhasia yang melakukan shift kerja

7 di IGD dan UPPI, diketahui bahwa perawat terkadang merasa cemas, gelisah, tegang dalam menjalankan kerja shift, terutama ketika perawat berdinas sore atau malam. Kecemasan yang dialami perawat dapat berakibat pada gangguan kesehatan seperti, insomnia, mudah berkeringat, gemetar, denyut nadi meningkat, kurang konsentrasi dan lain-lain. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara tipe kepribadian, jenis kelamin, dan shift kerja dengan tingkat kecemasan pada perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Unit Perawatan Psikiatri Intensif (UPPI) di Rumah Sakit Jiwa Grhasia? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian, jenis kelamin, dan shift kerja dengan tingkat kecemasan pada perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Unit Perawatan Psikiatri Intensif (UPPI) Rumah Sakit Jiwa Grhasia. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan tingkat kecemasan pada perawat di IGD dan UPPI Rumah Sakit Jiwa Grhasia. b. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pada perawat IGD dan UPPI Rumah Sakit Jiwa Grhasia.

8 c. Untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan tingkat kecemasan pada perawat IGD dan UPPI Rumah Sakit Jiwa Grhasia. d. Untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian, jenis kelamin, dan shift kerja dengan tingkat kecemasan pada perawat IGD dan UPPI Rumah Sakit Jiwa Grhasia. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan bermanfaat secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan informasi ilmiah dalam perkembangan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja terutama mengenai hubungan tipe kepribadian, jenis kelamin dan shift kerja dengan tingkat kecemasan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan bahan masukan untuk mengatasi masalah kecemasan yang dihadapi oleh perawat yang bekerja dengan sistem shift. b. Bagi Perawat di IGD dan UPPI Memberi informasi tentang kecemasan di IGD dan UPPI RSJ Grhasia DIY sehingga perawat yang bertugas di ruang tersebut mampu beradaptasi dengan baik dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien.

9 c. Bagi Program Studi Kesehatan Kerja Sebagai data dan informasi ilmiah bagi penelitian selanjutnya yang diharapkan menjadi salah satu sumber informasi serta masukan yang bermanfaat bagi program studi. d. Bagi Peneliti Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai hubungan tipe kepribadian, jenis kelamin dan shift kerja dengan tingkat kecemasan. D. Keaslian Penelitian Penelitian yang membahas tentang shift kerja biasanya dihubungkan dengan kelelahan dan tingkat stres pekerja. Penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain yang membahas shift kerja dengan tingkat kecemasan antara lain sebagai berikut: 1. Moraes dan Fontenele (2009) dengan judul: The Impact of Different Shift Work Schedules on The Level of Anxiety and Stress in Workers in a Petrochemicals Company. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional pada pekerja di perusahaan petrokimia. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada subyek penelitian, variabel penelitian, dan lokasi penelitian. Subyek pada penelitian ini adalah pekerja shift dan pekerja non shift yang berjenis kelamin laki-laki di sebuah perusahaan petrokimia di Brazil. Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah kecemasan dan stres.

10 2. Lilhare dan Bolkar (2011) dengan judul: A Comparative Study Of Stress And Anxiety In Working Women Performing Clerical And Shift Hour Duties. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional pada pegawai administrasi non shift dan pegawai shift di perusahaan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada subyek penelitian dan variabel penelitian. Subyek pada penelitian ini merupakan pegawai administrasi dan pegawai shift di perusahaan, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah stres dan kecemasan. 3. Nicholas et al (2013) dengan judul: Association Between Night Work and Anxiety, Depression, Insomnia, Sleepiness, and Fatique in a Sample of Norwegian Nurses. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional pada perawat di instalasi rawat inap. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada penelitian ini variabel terikat tidak hanya tingkat kecemasan tetapi juga depresi, insomnia, kurang tidur, dan kelelahan. Selain itu subyek dan lokasi penelitian juga berbeda yaitu perawat di Norwegia.