PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKASADA II

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: perokok, remaja, orang tua, cross sectional

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

Gambaran Pemahaman, Persepsi, dan Penggunaan Rokok Elektrik pada Siswa SMA di Kota Denpasar

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA ANAK DI KELURAHAN SAWAH BESAR RW VII. Manuscript

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SMP Kelas IX Husni Thamrin Medan tentang Bahaya Rokok terhadap Timbulnya Penyakit Paru.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

1. Pendahuluan FAKTOR KONTROL PERILAKU MEROKOK PADA ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP/MTs DI KECAMATAN MOJOAGUNG, KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MENGENAI KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA-SISWI KELAS 4-6 SDN X DI KOTA BANDUNG,

GAMBARAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI SMA NEGERI 1 PEKUTATAN, KECAMATAN PEKUTATAN, KABUPATEN JEMBRANA TAHUN

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

PENGARUH PAPARAN ASAP ROKOK TERHADAP PERILAKU BELAJAR DAN PRESTASI AKADEMIK SISWA DI SMA N 2 SEMARAPURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP NEGERI X DI KOTA BOGOR TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

PERILAKU TENTANG ROKOK DARI SISWA SMA NEGERI I MANADO

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

Profil Merokok pada Pelajar di Tiga SMP di Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok menjadi sesuatu yang sangat umum dan sulit untuk

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ORANG TUA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA KELAS VIII DI SMP PGRI BATURRADEN

Transkripsi:

PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKASADA II Made Arya Wiryanatha 1, Luh Seri Ani 2 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 2 Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Potensi pertumbuhan perokok baru di kalangan remaja perlu mendapatkan perhatian berbagai pihak khususnya di daerah yang telah menjalankan program pencegahan pertumbuhan perokok seperti di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II. Hasil survei awal pada siswa SMP didapatkan sebesar 14,3% siswa sebagai perokok aktif. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui prevalensi dari perokok dan karakteristik perokok pada siswa laki-laki sekolah menengah pertama. Penelitian ini merupakan studi deskritif cross sectional. Data diambil melalui teknik wawancara dari 75 siswa SMP yang dipilih secara purposif. Pada penelitian ini didapatkan hasil prevalensi perokok pada siswa adalah 22,7%. Rata-rata umur siswa yang merokok adalah 12,71 tahun dengan rerata jumlah rokok adalah 2,47 batang perhari. Siswa dengan persepsi merokok negatif, ada riwayat keluarga dan teman perokok serta mendapat paparan iklan rokok cenderung memiliki perilaku merokok. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan siswa berperilaku merokok dapat dicegah dengan mengontrol lingkungan siswa tersebut melalui sosialisasi bahaya merokok baik di rumah, sekolah maupun lingkungan tempat tinggal siswa. Kata kunci: Prevalensi perokok, remaja, cross sectional SMOKING BEHAVIOR AMONG MALE JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN THE WORKING AREA OF SUKASADA II PRIMARY HEALTH CENTER ABSTRACT The potential growth of new smokers among teenagers needs to get the attention of various parties, especially in the area of smoker growth prevention programs that have been run like a in Sukasada II Primary Health Center. The results of the initial survey on junior high school students got 14.3% of students as active smokers. Under these conditions, this study aimed to determine the prevalence of smokers and smokers characteristics in male junior high school students. This study was a descriptive cross sectional study. The data was taken through an interview technique of 75 junior high school students that were selected purposively. In this study, the prevalence of smoker results in students was 22.7%. The average age of students who smoked was 12.71 years with a mean number of cigarettes per day is 2.47 rods. Students with a negative perception of smoking, family history and friends and got cigarette advertisement exposure tend to have smoking behavior. It can be concluded that the tendency of students smoking behavior can be prevented by controlling the environment the students through the dangers of smoking socialization both in the student s home, school and neighborhood.

Keywords: prevalence of smokers, teenagers, cross-sectional

PENDAHULUAN Merokok merupakan salah satu perilaku berisiko timbulnya berbagai penyakit pada manusia. Akhir-akhir ini, proporsi perokok di Indonesia semakin meningkat dari segi jumlah dan menurun dari segi usia. Pada tahun 2011 dilaporkan sebanyak 61 juta (36%) orang Indonesia menjadi perokok dengan distribusi perokok masih dominan pada kelompok penduduk laki laki dibandingkan kelompok penduduk perempuan yaitu 93% berbanding 7%. 1 Di Provinsi Bali, proporsi perokok dilaporkan sebesar 18% dan sebanyak 31% penduduk berusia diatas 15 tahun merupakan perokok. 2 Survei Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik pada tahun 2004 tentang umur pertama kali mulai merokok menunjukan 63,7% dimulai pada umur 15-19 tahun dan tren menunjukan usia mulai merokok semakin tahun semakin muda. 3 Survei yang berbeda menunjukan sekitar 41% remaja laki-laki berusia 13-15 tahun di Indonesia sudah memiliki kebiasaan merokok dimana kebiasaan merokok pada remaja putri mencapai angka 3,5%. 1 Khusus di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II belum ada laporan tentang jumlah perokok. Akan tetapi berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sukasada, mendapatkan bahwa dari 21 siswa SMP terdapat sebanyak tiga orang (14,3%) merupakan perokok aktif dan seluruhnya (100%) merupakan siswa dengan jenis kelamin laki-laki pria. Perilaku merokok yang dimulai sejak remaja menjadi sebuah ancaman bagi kesehatan. Hal ini dihubungkan dengan besarnya kemungkinan remaja mengalami adiksi pada sisa hidupnya. 4 Remaja yang mengalami adiksi akan terpapar asap rokok lebih lama dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit yang ditimbulkan oleh asap rokok seperti kanker paru-paru, empisema, kanker tenggorokan, stroke, penyakit jantung iskemik, dan kanker mulut. 5 Remaja memiliki potensi yang lebih besar untuk menjadi adiksi terhadap rokok. Umumnya remaja memiliki persepsi bahwa mereka dapat berhenti merokok, tidak akan kecanduan, atau akan terhindar dari efek buruk dari merokok. 6 Pada sebuah studi berkelanjutan menunjukan bahwa perokok ringan usia remaja akan cenderung mengalami transisi menjadi perokok berat pada dua tahun setelah lulus dari sekolah. 7 Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menurunkan prevalensi perokok serta meningkatkan lingkungan bebas rokok di tempat umum. 8 Hal yang sama juga sudah diimplementasikan oleh Puskesmas II Sukasada melalui program perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS). Beberapa hal yang telah dilakukan dalam upaya menekan berupa pelarangan merokok di dalam rumah dan menjadikan sekolah menjadi kawasan bebas asap rokok. 9 Upaya lainnya yang telah dilakukan adalah pencegahan tumbuhnya perokok baru melalui program penyuluhan rutin tentang bahaya merokok di SMP terutama bagi siswa baru. 9 Berdasarkan data yang ada terungkap bahwa alasan tersering bagi remaja untuk mulai merokok adalah rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencoba. 10 Alasan lainnya adalah keinginan untuk menunjukkan kekuatan, upaya pengakraban diri, dominasi dalam pergaulan, dan sebagai bentuk ekspresi pemikiran mereka bahwa mereka telah beranjak dewasa. 4,10 Pada dasarnya merokok adalah perilaku yang dipelajari. Teman sebaya memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan keputusan tentang merokok atau tidak. 11 Disamping itu, orang tua turut memegang peranan penting dalam memberikan pengaruh terhadap status merokok anak muda. 12 Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perilaku merokok pada siswa SMP di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang menjadi landasan dalam mempertimbangkan kegiatan program PHBS khususnya penurunan jumlah perokok pada remaja. BAHAN DAN METODE Desain penelitian ini berupa studi deskritif cross sectional dengan subyek penelitian adalah siswa SMP di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Sekolah Menegah Pertama Negeri 2 Sukasada dipilih dengan metode purposif oleh karena SMP Negeri II Sukasada memiliki jumlah siswa terbanyak dibandingkan dengan SMP lainnya di Wilayah kerja Puskesmas Sukasada II. Sebanyak 75 siswa kelas 2 berpartisipasi sebagai sampel dengan pertimbangan kemampuan siswa untuk terlibat dalam penelitian tersebut. Seluruh siswa yang terlibat dalam penelitian ini telah menyatakan kesediaannya melalui surat pernyataan bersedia ikut dalam penelitian. Masing masing siswa dilakukan wawancara terstruktur untuk mendapatkan data karakteristik dan perilaku merokok siswa. Perilaku merokok di ukur dengan pengakuan siswa mengonsumsi rokok dalam satu bulan terakhir. Selanjutnya data hasil wawancara dianalisis secara deskriptif.

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Dari pengambilan sampel diperoleh responden sebanyak 75 siswa yang merupakan siswa SMP laki-laki kelas II. Rata-rata umur responden 13,8 ± 0,66 tahun. Sebanyak 55 (73,3%) orang membawa uang lebih dari Rp. 5.000,- per hari sebagai uang jajan untuk bekal ke sekolah, seperti yang terlihat pada tabel 1. Perilaku Merokok Siswa Dari hasil wawancara didapatkan jumlah perokok aktif pada siswa SMP adalah sebesar 17 siswa (22,7%) dan sebaliknya sebesar 58 siswa (77,3%) bukan perokok. Secara umum persepsi siswa tentang merokok cukup baik dimana sebagian besar siswa menganggap merokok itu tidak bermanfaat. Tabel 2 menggambarkan adanya proporsi siswa yang memiliki riwayat keluarga, riwayat merokok teman Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden Variabel Jumlah % Umur (tahun) 13 23 30, 14 43 57,3 15 9 12 Uang Jajan (Rp) < 5.000 20 26,7 > 5.000 55 73,3 Tabel 2. Distribusi frekuensi perilaku merokok siswa SMP di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II Variabel Jumlah % Perilaku Merokok Perokok 17 22,7 Bukan Perokok 58 77,3 Persepsi tentang merokok Merokok bermanfaat 16 21,3 Merokok tidak bermanfaat 59 78,7 Riwayat keluarga Ada 58 77,3 Tidak 17 22,7 Riwayat merokok teman Ada 70 93,3 Tidak ada 5 6,7 Paparan iklan rokok Terpapar 69 92 Tidak terpapar 6 8

Tabel 3. Kecenderungan perilaku merokok remaja berdasarkan umur, uang jajan, persepsi tentang merokok, dan riwayat keluarga merokok pada SMP di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II No 1 Umur (tahun) Variabel Perilaku Merokok Perokok Bukan perokok Jumlah % Jumlah % 13 6 26,1 17 73,9 14 9 20,9 34 79,1 15 2 22,2 7 77,8 2 Uang Jajan (Rp) < 5.000 0 0 20 100 > 5.000 17 30,9 38 69,1 3 Persepsi tentang merokok Merokok itu tidak bermanfaat 11 18,6 48 81,4 Merokok itu bermanfaat 6 37,5 10 62,5 4 Riwayat Keluarga Ada 15 25,9 43 74,1 Tidak ada 2 11,8 15 88,2 5 Riwayat teman perokok Ada 17 43 53 75,7 Tidak ada 0 0 5 100 6 Paparan iklan rokok Terpapar 17 21,7 52 78,3 Tidak terpapar 0 0 6 100 χ 2 p 0.228 0.892 7.994 0.005 2.553 0.110 1.491 0.222 1.570 0.21 1.912 0.167 dan paparan iklan rokok masing masing sebesar 77,3%, 93,3%, dan 92%. Dari seluruh siswa yang merokok (n=1 7), rata-rata usia siswa memutuskan untuk merokok yaitu pada usia 12,71 ± 1,312 tahun dengan usia terendah pada umur 10 tahun. Rata-rata konsumsi rokok harian sebesar 2,47 ± 1,831 batang dengan jumlah konsumsi tertinggi sebanyak 12 batang per hari. Rata-rata waktu yang dihabiskan oleh siswa untuk menghabiskan sebatang rokok adalah 9 ± 7,8 menit. Sebagian besar siswa mendapatkan rokok dengan cara membeli sendiri di warung (58%) dan sisanya meminta kepada teman (29,4%) atau diberikan oleh saudaranya (11,7%). Tabel 3 menunjukan kecenderungan perilaku merokok pada siswa. Data ini menunjukan bahwa siswa yang memiliki persepsi merokok negatif atau menganggap merokok itu bermanfaat cenderung berperilaku merokok dengan proporsi sebesar 37.5%. Begitu pula dengan siswa yang memiliki riwayat keluarga dan teman perokok serta terpapar iklan cenderung berperilaku merokok masing-masing sebesar 25,9%, 43% dan 21,7%.

DISKUSI Prevalensi merokok siswa pada penelitian ini didapatkan sebesar adalah 22,7% dengan rata-rata umur perokok pada responden saat ini adalah 13,76 tahun. Jumlah ini lebih rendah dengan survey nasional yang dilakukan Global adult tobacco survey pada tahun 2011 yang menemukan bahwa 41% remaja 13-15 tahun merupakan perokok. 1 Perbedaan hasil ini dapat dikarenakan perbedaan karakteristik sampel yang digunakan. Penelitian ini hanya menggunakan sampel remaja yang berada di dalam sekolah dan tidak mengikusertakan remaja yang tidak bersekolah. Berdasarkan durasi dan jumlah konsumsi tersebut dapat dikategorikan sebagai perokok ringan berdasarkan kriteria World Health Organization (WHO). 13 Selain itu diketahui bahwa umur mulai memutuskan merokok terendah diperoleh pada umur 10 tahun dengan rata-rata umur 12,71 tahun. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah mulai merokok pada usia sekolah dasar akhir dan menjelang masuk ke sekolah menengah pertama. Rendahnya umur untuk memulai rokok ini didukung oleh sebuah studi yang menunjukkan bahwa sepertiga pelajar di Indonesia mulai merokok pada usia kurang dari 10 tahun. 14 Kondisi ini menjadi suatu ancaman karena rendahnya umur untuk memulai merokok akan meningkatkan risiko untuk menjadi perokok dalam jangka waktu yang lebih lama. 4,10 Selain itu sebagian besar perokok ringan pada usia sekolah memiliki kecenderungan untuk mengalami transisi menjadi perokok berat pada dua tahun setelah lulus dari sekolah. 7 Rendahnya umur mulai merokok memiliki efek yang lebih buruk bagi kesehatan karena ada hubungan yang bermakna antara perokok aktif saat anak-anak dan remaja dengan kejadian kerusakan fungsi paru-paru, asma, dan aterosklerosis. 15 Kondisi ini juga memperlihatkan bahwa di daerah ini rokok sudah mulai dikosumsi oleh kalangan siswa sekolah dasar. Oleh karena itu program atau upaya untuk menekan jumlah perokok harus mulai dilakukan pada siswa usia sekolah dasar. Selain itu diperlukan upaya pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan orang dewasa dalam menekan pertumbuhan perokok baru karena remaja tidak terlalu serius menanggapi bahaya dari merokok. 7 Hampir seluruh siswa memiliki riwayat keluarga dan teman yang merupakan perokok. Kondisi ini menjadi tantangan dalam upaya pencegahan pertumbuhan perokok baru. Dari data tabulasi silang terlihat bahwa terdapat kecenderungan pada siswa yang riwayat keluarga dan teman yang merupakan perokok memiliki kebiasaan untuk menjadi perokok. Hal ini

didukung pada sebuah penelitian dimana teman dan keluarga di sekitar siswa yang menjadi perokok mengambil peran yang cukup besar dalam mempengaruhi keputusan untuk merokok. 11 Persepsi terhadap rokok juga menentukan keputusan seseorang untuk merokok atau tidak. Terdapat kencenderungan siswa yang memiliki persepsi negatif tentang rokok untuk menjadi perokok. Di sisi lain, terdapat 64,7% siswa yang merokok memiliki persepsi yang positif terhadap rokok. Walaupun sebagian besar siswa yang merokok menganggap merokok tidak bermanfaat, mereka tetap memutuskan untuk melanjutkan kebiasaan merokok. Hal ini dapat terjadi akibat terjadinya adiksi ataupun alasan untuk diterima di pergaulan. 4 Keterjangkauan siswa untuk mendapatkan rokok siswa dapat dikatakan mudah. Sebagian besar siswa yang merokok sudah mampu membeli sendiri rokoknya di warung oleh karena akses yang mudah terhadap pedagang yang memberikan keleluasaan kepada anak-anak untuk membeli rokok sendiri. Akses yang mudah untuk membeli rokok sangat mendukung tumbuhnya perokok baru dan membantu mempertahankan kebiasaan merokok. membeli rokok. Besar uang yang dihabiskan untuk merokok sebanding dengan uang jajan yang diberikan oleh orang tua mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh siswa yang merokok mendapatkan uang jajan lebih dari Rp. 5.000,-. Peneliti lain mendapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara meningkatnya harga rokok dengan berkurangnya inisiasi, prevalensi, dan intensistas merokok pada remaja. 15 Rendahnya pengawasan orang tua dan buruknya pelaksanaan regulasi tentang pelarangan penjualan produk tembakau kepada konsumen di bawah umur akan menambah kemudahan siswa untuk mendapatkan rokok. 16 Perilaku merokok juga akan bertambah dengan adanya paparan iklan rokok di berbagai media, dimana iklan rokok semakin beragam, dan semakin sering bisa disaksikan di berbagai tempat. Hal ini di yakini akan menambah keinginan siswa untuk merokok, meniru kesan yang disampaikan oleh pemeran dalam iklan tersebut. Oleh karena itu upaya untuk mengontrol lingkungan di sekitar siswa dan keterjangkauan siswa terhadap rokok memegang peran penting dalam upaya pencegahan pertumbuhan perokok baru. Keterjangkauan siswa terhadap rokok juga didukung dengan adanya dana untuk

KESIMPULAN Prevalensi merokok pada siswa SMP di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II masih lebih rendah dari hasil survei tingkat nasional. Rata-rata siswa mulai merokok pada usia akhir sekolah dasar dan sebagian besar berada dalam kategori perokok ringan. Berdasarkan penelitian maka disarankan untuk melakukan pencegahan pertumbuhan perokok baru sejak usia sekolah dasar. Upaya pencegahan diharapkan mampu membentuk persepsi siswa agar lebih bisa menerima bahaya merokok dibandingkan dengan kesenangan merokok seperti yang disampaikan oleh iklan rokok serta mengurangi keterjangkauan siswa terhadap rokok. Pelibatan keluarga dalam program PHBS, khususnya perilaku merokok perlu dilaksanakan agar siswa mendapat pengawasan dari keluarganya sehingga akses terhadap rokok bisa dikurangi. Penelitian lebih lanjut juga perlu dilakukan untuk melihat angka pertumbuhan perokok serta untuk melihat tingkat adiksi dari siswa terhadap rokok. DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. Global adult tobacco survey: Indonesia Report. 2011. Available from apps.nccd.cdc.gov/gtssdata/ Ancillar y/datareports.aspx?caid=3. Akses: Februari 2014 2. Pusat Data & Informasi Kementrian Kesehatan RI. Data/informasi Kesehatan Provinsi Bali. Bali: Kemenkes RI. 2012 3. Gaban F. 2009. Resep Canggih Meracun Kaum Belia. Kemunafikan dan Mitos di Balik Kedigdayaan Industri Rokok. Jakarta: KPA. 2009 4. Khurzhid F. Causes of Smoking Habit Among The Teenagers. Interdisplinary Journal of Contemporary Research in Bussiness 3(9): p.848-855. 2012 5. The ASPECT Consortium. Tobacco or Health in The European Union: Past Present and Future. 255: 28-31. 2004 6. Von Ah D, Ebert S, Ngamvitroj A, Park N, & Kang DH. Factor Related to Cigarette Smoking Initiation and Use among College Students. Tobacco Induced Disease Vol.3 (1): p27-40.2005 7. Johnston LD, O Malley PM, Bachman JG, & Schulenberg JE. Monitoring the Future national survey results on drug use, 1975 2012: Volume I, Secondary school students. Ann Arbor: Institute for Social Research, The University of Michigan. 2013 8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2010 9. Puskesmas Sukasada II. Laporan Kegiatan PHBS Puskesmas Sukasad II tahun 2013. Buleleng: Puskesmas Suksada II. 2013 10. Al-Kubaisy W, Abdulah NN, Al- Nuaimy H, Kahn SM,Halawany G, & Kurdy S. Factor Associated with Smoking Behaviour Among University

Student in Syria. Procedia-Social and Behavioral Sciences 38: p59-65. 2012 11. Kuznar-Kaminska B, Brajer B. Batura- Gabryel H., and Jaminski J. Tobacco Smoking Behavior among high school student in poland. Journal Of Physiology And Pharmacology 59, Supplemen 6: p393 399. 2009 12. Wen CP, Tsai SP, Cheng TY, Hsu CC, Chen T, & Lin HS. Role of Parents and Peers in Influensing the Smoking Status of High School Students in Taiwan. Tobacco Control 14: p10-15. 2005 13. Boulos DNK, Loffredo CA, Setouhy ME, Abdel-Aziz F, Israel E, & Mohammed MK. Nondaily, light daily, and moderate-to-heavy cigarette smokers in a rural area of Egypt: A Population Based Survey. Nicotine & Tobacco Research Vol 11 (2):134-138. 2009 14. Aditama T, Pradono J, Rahman K, Warren C, Jones NR, Asma S, Lee J. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) in Indonesia. Preventive Medicine 47:p11-14. 2008 15. U.S. Department of Health and Human Services. Preventing Tobacco Use Among Youth and Young Adults: A Report of the Surgeon General. Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and Health. 2012. 16. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2008: The MPOWER package. Geneva: World Health Organization. 2008