tabarru dengan tujuan tolong menolong yang dianjurkan oleh ajaran Islam.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI TENTANG UTANG PIUTANG. Utang piutang dalam istilah Arab sering disebut dengan ad-dain (jamaknya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Arisan Bahan Pokok Untuk Resepsi Di Desa Bunut Seberang Kecamatan Way Ratay Kabupaten Pesawaran

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG ARISAN BERSYARAT DI PERUMAHAN GATOEL MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah saw. diberi amanat oleh Allah swt. untuk menyampaikan kepada. tercapainya kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK MERTELU LAHAN PERTANIAN CABAI MERAH DI DESA SARIMULYO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB I PENDAHULUAN. Desa Padang Manih termasuk ke dalam Nagari Campago. Campago

BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SIMPAN PINJAM BERGULIR PADA P2KP (PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN)

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB I PENDAHULUAN. petunjuk dan pedoman dalam melangsungkan hidup sehari-hari. Hukum Islam. semua umat Muslim dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI A. HUTANG PIUTANG MENURUT HUKUM ISLAM. Secara bahasa qard{ berarti al-qat{ yang artinya potongan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN TANAH DI DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB.

BAB II UTANG-PIUTANG DALAM HUKUM ISLAM. menurut istilah fiqh, terdapat beberapa definisi yang dikedepankan oleh

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

SYARIAH ASSURANCE ACCOUNT DI PT. PRUDENTIAL

Hadits-hadits Shohih Tentang

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari bentuk kegiatan muamalah adalah utang-piutang untuk

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS TENTANG PEMOTONGAN GAJI KULI KONTRAKTOR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Transkripsi:

49 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG A. Analisis terhadap Pelaksanaan Transaksi Utang Pintalan di Desa Budugsidorejo Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang Utang piutang merupakan salah satu dari sekian banyak transaksi ekonomi yang dikembangkan dan dilakukan masyarakat setiap hari. Sebagai kegiatan ekonomi masyarakat, utang piutang mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi. Di samping menolong sesama yang sedang membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hajatnya utang piutang juga merupakan suatu transaksi dengan akad tabarru dengan tujuan tolong menolong yang dianjurkan oleh ajaran Islam. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-hadi<d ayat 11: Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala yang banyak (al-hadi<d: 11). 1 Utang piutang seakan sudah menjadi jalan alternatif untuk memenuhi kebutuhan hajat manusia. Karena sudah lazim ada pihak yang kekurangan dan ada pula pihak yang berlebih dalam kepemilikan hartanya. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya praktek utang piutang termasuk utang pintalan yang terjadi di Desa Budugsidorejo Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang. Transaksi utang pintalan di Desa Budugsidorejo Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang adalah transaksi utang piutang yang telah ditentukan nilainya yakni pada setiap utang yang besarnya Rp. 250.000,00,-, ditambah 1 Departemen Agama RI, Al-Qur an & Terjemah (Jakarta: Al-Fatih, 2013), 538.

50 dengan uang sangu sebesar Rp. 50.000,00,- yang akan dikembalikan dengan bentuk gabah satu kuintal. Transaksi ini terjadi ketika seorang debitur (penerima utang) datang kepada kreditur (pemberi utang) untuk melakukan pinjaman. Kemudian kedua belah pihak membuat perjanjian dengan akad bahwa debitur (penerima utang) akan mengembalikannya dalam bentuk gabah seberat satu kuintal pada masa panen tiba. Utang piutang yang terjadi di Desa Budugsidorejo ini sudah berlangsung sejak lama, Seakan sudah menjadi kebiasaan masyarakat yang terlibat dalam transaksi ini untuk memenuhi hajatnya. Namun masyarakat Desa Budugsidorejo kurang mengetahui secara pasti sejak kapan praktek utang pintalan berlangsung. Sedangkan alasan kenapa praktek utang pintalan tersebut ada, itu dikarenakan latar belakang masyarakat Desa Budugsidorejo khususnya pihak debitur (penerima utang) adalah bekerja di bidang pertanian. Sehingga pengembalian utang dengan bentuk gabah dianggap mempermudah transaksi utang piutang tersebut. Kesepakatan dalam utang pintalan ini ada ketika seorang debitur (penerima utang) datang kepada kreditur (pemberi utang) untuk melakukan pinjaman. Kemudian kedua belah pihak (kreditur dan debitur) mengadakan kesepakatan mengenai jumlah pinjaman beserta pengembaliannya yang berbentuk gabah pada setiap jumlah yang telah ditentukan yang akan dikembalikan pada masa panen. Transaksi utang pintalan ini sudah terlaksana sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Karena dalam hal ini pihak kreditur telah menyerahkan uang sebagai objek dalam akad utang piutang kepada debitur.

51 Objek dalam utang pintalan telah memenuhi rukun dan syarat sahnya akad utang piutang. Karena objek utang pintalan merupakan benda bernilai yang mempunyai persamaan atau kesepadanan serta merupakan harta milik sempurna kreditur (pemberi utang). Objek utang pintalan adalah uang yang merupakan benda suci, dapat diserahkan ketika kedua belah pihak berakad (ijab qabul) yang secara otomatis dapat dimiliki oleh debitur ketika akad telah dilakukan kedua belah pihak. Serta penggunaan objek utang pintalan mengakibatkan musnahnya benda utang, apabila uang dimanfaatkan debitur maka akan musnah dhatnya. Demikian juga dengan aqid (orang yang melakukan akad) dalam transaksi utang pintalan di Desa Budugsidorejo ini telah sesuai dengan rukun dan syarat sahnya akad utang piutang dilakukan. Yaitu orang yang melakukan utang pintalan baik kreditur dan debitur di Desa Budugsidorejo merupakan orang yang cakap hukum, baligh atau dewasa, berakal sehat dan tanpa adanya paksaan dalam melakukan kesepakatan. Begitu pula dengan s{ighat dalam transaksi ini juga telah terpenuhi, yaitu mereka yang melakukan utang pintalan melakukan ijab qabul yang dilaksanakan dengan maksud untuk berutang. Kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak (debitur dan kreditur) adalah dengan lisan dan tulisan hal tersebut juga telah sesuai dengan Anjuran dalam Firman Allah Swt surat al-baqarah ayat 282: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya (al- Baqarah 282). 2 2 Departemen Agama RI, Al-Qur an & Terjemah..., 48.

52 Meskipun bukti tulisan hanya dimiliki oleh pihak kreditur saja, sedangkan debitur hanya dengan lisan dan tanpa adanya saksi namun hal itu sudah cukup menjadikan transaksi tersebut menjadi sah. Selain itu yang dijadikan dasar dalam transaksi ini adalah kepercayaan pada masing-masing pihak, yang berarti tingkat kejujuran, keikhlasan dan kepercayaan diantara mereka sudah tidak diragukan lagi. Dengan demikian, akad dalam utang pintalan yang terjadi di Desa Budugsidorejo sudah sesuai dengan ketentuan rukun dan syarat sahnya utang piutang, baik dari segi aqid (pihak yang berakad), objek utang, maupun s{ighat atau ijab qabulnya. Faktor-faktor yang melatarbelakangi transaksi utang pintalan di Desa Budugsidorejo adalah karena adanya kebutuhan yang mendesak untuk memenuhi hajat para debitur. Serta proses transaksinya yang dirasa mudah oleh debitur menjadikan transaksi tersebut kerap dilakukan. Ditambah dengan hanya bermodal kepercayaan tanpa meninggalkan jaminan atas utang tersebut serta pengembalian utang berupa gabah seakan mempermudah bagi debitur (penerima utang) untuk memenuhinya. Jika dilihat dari segi pendidikan masyarakat Desa Budugsidorejo yang melakukan transaksi utang pintalan, tergolong dalam tingkat pendidikan yang rendah. Yaitu umumnya mereka hanya lulusan SD bahkan ada yang tidak lulus atau tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Hal tersebut dikarenakan kurangnya perhatian mereka dalam segi pendidikan, sehingga kemampuan mereka untuk mengembangkan kreatifitas dan meningkatkan penghasilan selain sebagai petani cukup sulit.

53 Bahkan untuk melakukan pinjaman di lembaga keuangan yang resmi misalnya bank atau koperasi cenderung enggan mereka lakukan. Karena menurut mereka prosesnya yang sulit serta harus meninggalkan barang jaminan. Sedangkan melakukan pinjaman dengan utang pintalan prosesnya mudah serta hanya bermodal dengan kepercayaan masing-masing pihak. Sehingga membuat mereka (debitur) merasa cukup dibantu dengan adanya transaksi utang pintalan tersebut. Karena itu masyarakat Desa Budugsidorejo Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang, khususnya pihak debitur merasa terbantu untuk memenuhi kebutuhan hajatnya. Ditambah dengan kerelaan dari masing-masing pihak dalam melakukan transaksi tersebut menjadikan masyarakat setempat melakukan utang pintalan. Misalnya untuk kebutuhan sehari-hari, modal mengarap sawah, sebagai modal usaha dan tambahan kebutuhan lainnya. B. Tinjauan Hukum Islam terhadap Utang Pintalan di Desa Budugsidorejo Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang Utang piutang seakan telah menjadi kebutuhan sehari-hari di tengah kehidupan masyarakat. Dalam konsep Islam, utang piutang merupakan akad yang mengandung nilai tabarru (kebaikan) menolong sesama yang sedang membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hajatnya. Utang piutang juga merupakan suatu transaksi dengan akad tabarru dengan tujuan tolong menolong

54 yang dianjurkan oleh ajaran Islam. Oleh karena itu, di haramkan bagi pemberi utang mensyaratkan tambahan yang ia berikan ketika mengembalikannya. 3 Hal tersebut sebagaimana hadis Nabi Saw: ح دث ن ي ي ز ي د ب ن ا ب ي ح ب ي ب ع ن ا ب ى م ر ز و ق ال تج ي ب ى ع ن ف ض ال ة ب ن ع ب ي د ص اح ب ال نب ي صلى االله عليه وسلم أ ن ه ق ال : آ ل ق ر ض ج ر م ن ف ع ة ف ه و و ج ه م ن و ج و ه ال رب ا (رواه البيهقي) Artinya: Telah menceritakan padaku, Yazid bin Abi Khabib dari Abi Marzaq At-tajji dari Faholah bin Ubaid bahwa Rasulullah Saw Bersabda: Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat, maka itu salah satu dari beberapa macam riba (H.R Baihaqi). 4 Transaksi utang pintalan yang dilakukan masyarakat Desa Budugsidorejo seakan sudah menjadi tradisi pihak-pihak yang melakukannya. Ketika penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan, pihak yang bersangkutan mengatakan bahwa tansaksi utang pintalan ini sudah ada sejak dulu. Dan ketika penulis menyinggung mengenai tambahan nilai yang sering terjadi dalam pengembalian utang, mereka menjawab hal tersebut menjadi hal yang biasa dengan alasan ketika utang (debitur) dibantu oleh kreditur maka sudah wajar jika ia (debitur) mengembalikan utangnya sering kali lebih banyak nilainya daripada jumlah uang yang ia terima. Menurut penulis dalam transaksi utang pintalan di Desa Budugsidorejo, dilakukan dengan cara saling suka sama suka ( antara<d{in). Karena yang menjadi kesepakatan kedua belah pihak ketika melakukan akad adalah utang yang muqtarid{ atau debitur terima akan dikembalikan dengan bentuk gabah seberat 3 http:/bmtazkapatuk.wordpress.com/utang-piutang-dalam-hukum-islam. Diakses pada 28 Desember 2014. 4 Abi Bakr al-baihaqi, Sunan al-kubra juz 5, Dar al-kutub al-ilmiah, 350.

55 satu kuintal. Mengenai tambahan nilai yang sering terjadi ketika pengembalian utang tersebut kedua belah pihak memang tidak mengetahui sebelumnya. Yang menjadi masalah dalam transaksi tersebut adalah tambahan nilai dari satu kuintal gabah sebagai pengembalian utang. Karena satu kuintal gabah sebagai pengembalian utang tidak di kurskan dengan jumlah utang yang sebenarnya. Hal ini menjadikan transaksi tersebut dianggap sebagai transaksi yang fasid (rusak), karena tidak ada kesepadanan atau kesetaraan nilai antara jumlah uang yang diterima debitur dengan nilai satu kuintal gabah yang dikembalikan debitur. Dalam Pelaksanaan utang pintalan sering terjadi nilai satu kuintal gabah sebagai pengembalian utang lebih banyak daripada jumlah uang yang diterima debitur. Adanya tambahan tersebut ada akibat syarat dari pihak kreditur untuk mengembalikan utang yang diberikan dalam bentuk gabah satu kuintal pada setiap jumlah yang telah ditentukan, namun hal itu telah disepakati di ketika ijab qabul. Jika dikaitkan dengan konsep hukum Islam, transaksi utang pintalan merupakan transaksi yang tidak lazim dilakukan. Karena utang piutang yang mendatangkan manfaat, merupakan salah satu bentuk transaksi yang mengandung unsur riba. Yaitu riba qard{ dengan kata lain meminjam uang kepada seseorang dengan syarat ada kelebihan atau keuntungan yang harus diberikan oleh pihak debitur kepada kreditur. Karena pengembalian utang berupa gabah tersebut sudah menjadi syarat dalam transaksi utang pintalan.

56 Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, tumbuh. Kata riba juga digunakan dalam pengertian bukit yang kecil, jadi penggunaan kata riba memiliki satu makna yang sama yaitu pertambahan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun yang dimaksud riba dalam ayat al-quran yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya transaksi pengganti atau penyeimbang. 5 Syaikh Muhammad Abduh berpendapat bahwa yang dimaksud dengan riba ialah pertambahan yang disyaratkanoleh orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya). Karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan. 6 Dengan kata lain, sedikitpun tambahan yang diambil seseorang dalam transaksi utang piutang dan tidak ada transaksi pengganti atau penyeimbang adalah perilaku riba. Sehingga menjadikan sebuah transaksi menjadi ba@t{il. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Ali Imra@n ayat 130: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (Ali Imra@n: 130). 7 Yang dimaksud riba dalam ayat diatas ialah riba nasi'ah. menurut sebagian besar ulama bahwa riba nasi'ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba nasi ah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Ibnu Katsir Rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini berkata: 5 http:/www.mail-archive.com/rantau-net@graoups.or.id/html. diakses pada 28 Desember 2014. 6 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Pt Grafindo Persada, 2014), 58. 7 Departemen Agama RI, Al-Qur an & Terjemah..., 66.

57 Allah Swt melarang kaum mukmin dari praktek dan memakan riba yang senantiasa berlipat ganda. 8 Dahulu pada zaman jahiliyah, apabila piutang telah jatuh tempo dan debitur tidak dapat membayarnya maka ia akan menambah jumlah pembayarannya. Demikianlah setiap telah jatuh tempo sehingga piutang yang sedikit menjadi berlipat ganda hingga menjadi besar jumlahnya beberapa kali lipat dari jumlah awal utang. Pada ayat ini Allah Swt memerintahkan orang yang mampu (debitur) mengembalikan utang dengan sebaik-baiknya, maka tambahan atas jumlah pinjaman tersebut boleh diberikan oleh debitur. 9 Madhab Hanafi dalam pendapatnya yang kuat (ra@jih) menyatakan bahwa qard} yang mendatangkan keuntungan hukumnya haram, jika keuntungan tersebut disyaratkan sebelumnya. jika belum disyaratkan sebelumnya dan bukan merupakan kebiasaan atau tradisi yang biasa berlaku, maka tidak mengapa. 10 Hal senada juga dikatakan Syaikh Zainuddin al-malibary dalam karyanya kitab Fathul mu in, beliau mengatakan bahwa boleh bagi muqrid} (pemberi utang) menerima kemanfaatan yang diberikan kepadanya oleh muqtarid} (penerima utang) tanpa disyaratkan sewaktu akad. Misalnya kelebihan ukuran atau mutu barang pengembalian lebih baik daripada yang telah muqtarid} terima. 11 8 Muh Zuhri, Riba dalam al-quran dan masalah Perbankan: Sebuah titikan Antisipatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 50-51. 9 Ibid. 10 Wahbah az-zuhaili, Fiqih Islam, (Abdul Hayyie al-kattani) Jilid 5 ( Jakarta: Gema Insani Darul Fikr, 2007),, 379. 11 Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Al Malibari, Fathul Mu in, Terj (Alie As ad) Jilid 2 (Kudus: Menara Kudus, 1979), 212.

58 Bila kelebihan itu merupakan kehendak yang ikhlas dari orang yang berutang sebagai balas jasa yang diterimanya. Maka demikian bukanlah riba dan diperbolehkan serta menjadi kebaikan bagi si pengutang. 12 karena ini terhitung sebagai husnul al-qad}a (membayar utang dengan baik). Sebagaimana Hadis Nabi Saw: 13 و ع ن ا ب ي ر اف ع ق ا ل : ا س ت ل ف ال نب ي ص لى االله ع ل ي ه و أل ه و س لم ب ك ر ا ف ج ا ء ت ه إ ب ل ال صد ق ة ف ا م ر ن ي أ ن ا ق ض ي ال رج ل ب ك ر ه, ف ق ل ت : إ ني ل م أ ج د ف ي ا لا ب ل إ ل اج م ل ا خ ي ار ا ر ب اع ي ا ف ق ال :أ ع ط ه ا ي اه ف ا ن م ن خ ي ر ال ناس ا ح س ن ه م ق ض ا ء. Artinya: Dari Abu Rafi ia berkata: Nabi berutang seekor unta perawan, kemudian datanglah unta hasil zakat. Lalu Nabi memerintahkan kepada saya untuk membayar kepada laki-laki pemberi utang dengan unta yang sama (perawan). Saya berkata: saya tidak menemukan di dalam unta-unta hasil zakat itu kecuali unta pilihan yang berumur enam masuk tujuh tahun. Nabi kemudian bersabda: berikan saja kepadanya unta tersebut, karena sesungguhnya sebaik-baik manusia itu adalah orang yang paling baik dalam membayar utang. 14 Dari hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tambahan yang diperbolehkan dalam utang piutang adalah tambahan yang tidak dijanjikan ketika berakad dan bukan merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang biasa berlaku. Dengan demikian tidak setiap tambahan dalam utang piutang itu adalah riba. Akan tetapi semua itu tergantung pada latar belakang serta akibat yang ditimbulknnya. Misalnya apabila pinjaman tersebut dikembalikan debitur lebih dari jumlah utang yang sebenarnya dan hal itu tidak menjadikan ia terpuruk dan teraniaya, maka tambahan tersebut diperbolehkan. 12 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh (Bogor: Prenada Media, 2003), 224-225. 13 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Abu Syauqina) Jilid 5 (PT. Tinta Abadi Gemilang, 2013), 119. 14 Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud, Kitab al-buyu Bab fi< Husnil Qada<, Jilid 3, hal 642.

59 Meskipun tambahan nilai dalam transaksi utang pintalan tersebut ada akibat dari syarat dari pihak kreditur kepada debitur untuk mengembalikan utangnya dengan bentuk gabah satu kuintal, namun hal itu telah disepakati keduanya ketika berakad. Sehingga keduanya saling ridha dan tidak ada yang keberatan dan diberatkan. Hal ini telah sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat an-nisa ayat 29: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.(an-nisa 29). 15 Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Swt mengharamkan bagi orang beriman memakan, memanfaatkan, menggunakan, (dan segala bentuk transaksi lainnya) atas harta orang lain dengan jalan batil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh ajaran Islam. Kita boleh melakukan segala transaksi terhadap orang lain namun harus dengan jalan perdagangan dan saling ridha, dan ikhlas. Karena keridhaanlah yang menjadikan segala transaksi menjadi halal. 16 Oleh karena itu tambahan nilai pengembalian utang yang terjadi dalam transaksi utang pintalan di Desa Budugsidorejo bukanlah tambahan utang piutang yang diharamkan oleh syariat Islam. Karena transaksi tersebut dilakukan kedua belah pihak dengan dasar suka sama suka (antara@din). Dengan demikian maka tidak setiap tambahan dalam transaksi utang piutang adalah riba, akan tetapi semua itu tergantung pada latar belakang dan akibat yang ditimbulkannya. 15 Departemen Agama RI, Al-Qur an & Terjemah..., 84. 16 http/tafsir surat-an-nisa -4-ayat 29-.html, diakses pada 28 Januari 2015.

60 Menurut Abdul Rahman Ghazaly dalam bukunya fiqih muamalat. ketika mengembalikan utang atau pinjaman hendaknya muqtarid} (orang yang berutang) mengembalikan utang sesuai dengan kualitas dan kuantitas barang yang diterima dan bila mungkin sebagai rasa terima kasih muqtarid} mengembalikannya dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. 17 17 Abdul rahman Ghazaly, Fiqih Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 254.