SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa pada dasarnya merupakan alat komunikasi yang akurat bagi

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu mendengar,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dapat tercapai. Hal itu senada dengan pendapat Sanjaya (2012) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Keterampilan menulis puisi wajib dikuasai oleh siswa, hal ini bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan dari masyarakat. Secara alami,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan ketat sejak di Hollandsch Inlandsche Scholl (HIS) dan Meer

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSONS DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dery Saiful Hamzah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti sebelumnya telah melakukan observasi awal berupa wawancara

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan sebuah keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terbagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah bahasa dalam dunia pendidikan merupakan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kemampuan berbahasa pada siswa. Dari pengajaran sastra, siswa

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa dan bersastra, yaitu kegiatan menggunakan bahasa dan estetika.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang harus diajarkan kepada siswa selain keterampilan berbahasa lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan tidak pernah lepas dari kegiatan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan pendidik tentang karakteristik peserta didik tersebut hendaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dapat dikatakan berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Menurut Susanto (2013: 4) Belajar adalah suatu aktivitas

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 BAKI, SUKOHARJO) Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

468 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: Ajeng Wulandari A310060167 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah lingkungan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun (Retnoningsih, 2005: 67). Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi atau berinteraksi, berhubungan dengan pengalaman, mempelajari sesuatu hal, dan meningkatkan pengetahuan. Bahasa sebagai alat komunikasi dan kontrol sosial mencakup berbagai fungsi dan kemanfaatannya, tidak semuanya dapat dianggap mengandung seni sastra. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa digunakan dalam banyak hal, bahasa mencakup skala yang lebih luas dari sastra. Bahasa meliputi segala macam tindak komunikasi yang menyangkut pemakaian lambang bunyi, sedangkan sastra meliputi hanya satu kawasan tertentu dari keseluruhan wilayah kekuasaan bahasa, dan bukan keseluruhannya (Rahmanto, 2004: 11). Sastra merupakan bahasa, kata-kata, gaya bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab, bukan bahasa sehari-hari kesusastraan, karya kesenian yang diwujudkan dengan bahasa seperti gubahan-gubahan prosa dan puisi yang indah-indah (Retnoningsih, 2005: 456-457). Bahasa merupakan modal utama dalam menghasilkan karya sastra. Karya sastra yang dihasilkan, seperti: 1

2 cerpen, puisi, novel, hikayat, legenda, pantun, dan karya sastra lainnya memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah termasuk salah satu mata pelajaran wajib dan selalu ada di setiap jenjang pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Pengajaran sastra merupakan suatu pengajaran yang dapat memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat. Pembelajaran sastra di sekolah ditekankan pada aspek apresiasi. Menurut Effendi (dalam Aminuddin, 2009: 35), apresiasi sastra merupakan kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu wujud apresiasi karya sastra adalah puisi. Pembelajaran puisi merupakan salah satu aspek penting yang harus diajarkan kepada para siswa supaya siswa mampu mengenal, memahami, menikmati, dan memanfaatkan puisi untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa. Pembelajaran sastra di sekolah pada dasarnya harus melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) di dalam maupun di luar kelas. Pada saat pembelajaran sastra siswa diharapkan mendapat berbagai pengalaman yang dapat diketahui dan dirasakan oleh siswa yang berupa gagasan-gagasan, emosi, keindahan, dan keunikan yang ada di dalam karya sastra. Selain siswa mendapatkan hal-hal itu, dalam pembelajaran sastra siswa

3 juga diwajibkan dapat terlibat langsung atau aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa merasakan melakukan pembelajaran yang nyata (aktif), kreatif serta siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Pengajaran apresiasi sastra di sekolah sudah lama terdengar kalau banyak mengalami kegagalan. Hal ini dapat terlihat secara nyata ketika mengamati serta menilai pengajaran apresiasi sastra selama ini berlangsung monoton, tidak menarik, bahkan membosankan. Siswa jarang sekali diajak untuk menjelajahi dan menggauli keagungan nilai yang terkandung dalam teks sastra, tetapi sekadar dicekoki dengan pengetahuan-pengetahuan tentang sastra yang bercorak teoretis dan hafalan. Mereka jarang sekali diajak untuk mengapresiasi teks-teks sastra yang sesungguhnya, tetapi sekadar menghafalkan nama-nama sastrawan berikut hasil karyanya. Dengan kata lain, apa yang disampaikan guru dalam pengajaran sastra hanyalah kulit luarnya saja, sehingga peserta didik tidak akan pernah bisa menemukan keindahan dan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Kondisi pengajaran sastra yang semacam itu tidak saja memprihatinkan, tetapi juga telah membusukkan proses pencerdasan emosional dan spiritual siswa. Kenyataan yang terjadi pada siswa kelas VII E setelah penulis melakukan observasi dalam pembelajaran puisi, kompetensi menulis puisi masih rendah, yaitu dengan nilai terendah 6,0. Nilai tersebut jauh dari nilai standar yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 7,5. Siswa masih kesulitan dalam menemukan ide-ide serta kata-kata puitis untuk merangkai sebuah kalimat yang menjadikan bait-bait dalam puisi yang utuh. Diksi, kata-kata kiasan,

4 emosi, nada, irama, susunan kata, berekspresi, dan menentukan makna dari sebuah puisi masih belum bisa dipahami, sehingga hasil dalam mengekspresikan puisi masih kurang dari kompetensi yang diinginkan. Menulis puisi pada dasarnya mempunyai tujuan untuk meningkatkan daya pikir imajinasi siswa dan membentuk watak siswa. Siswa harus mampu mengekspresikan segala sesuatu yang ada pada pikirannya, yang berupa katakata yang dirangkai dalam sebuah karya sastra yang mempunyai makna yaitu puisi. Oleh karena itu, siswa harus dapat memperkaya pengalamannya serta pemahaman kosa katanya agar dapat diterapkan di dalam karya sastra. Dengan demikian, siswa dapat menghayati kehidupan nyata dengan lebih baik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengapresiasikan puisi. Kesulitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi: ketertarikan siswa dalam menulis puisi kurang, siswa pasif dalam proses pembelajaran apresiasi puisi, siswa kesulitan mengekspresikan puisi, siswa terlihat malu saat menbacakan puisi, dan siswa kesulitan dalam menemukan kata-kata puitis. 1. Ketertarikan Siswa dalam Menulis Puisi Kurang Puisi adalah salah satu karya sastra yang merupakan curahan perasan seseorang yang berupa kata-kata kias. Seseorang bebas menumpahkan perasaannya dalam bentuk tulisan yang berupaka rangkaian puisi. Berdasarkan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, siswa malas untuk membuat puisi dan tugas yang diberikan oleh guru untuk membuat puisi,

5 siswa tidak membuat sendiri melainkan mengambil hasil karya orang lain (menduplikat). Siswa yang mengambil karya milik orang lain kira-kira ada 10-15 siswa. 2. Siswa Pasif dalam Proses Pembelajaran Apresiasi Puisi Proses belajar mengajar dalam kelas dapat dikatakan berhasil jika guru dan siswa terlihat kompak dalam pembelajaran tersebut. Siswa yang aktif juga merupakan sebuah nilai keberhasilan dari suatu proses pembelajaran, dimana pada kenyataannya sedikit sekali guru mampu menciptakan pembelajaran yang aktif. Hal ini bukanlah masalah baru dalam proses pembelajaran di sekolah, permasalahan ini seakan sudah menjadi sebuah warisan dari pendidik-pendidik terdahulu. Oleh karena itu, proses pembelajaran sekarang ini harus diubah, siswa lah yang harus lebih aktif. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, siswa yang aktif dalam pembelajaran apresiasi puisi sangatlah sedikit. Siswa yang aktif berani mengungkapkan makna dalam puisi hanya 2 siswa, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru hanya 2 siswa, dan siswa yang aktif bertanya hanya 3 siswa. 3. Siswa Kesulitan Mengekspresikan Puisi Ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau meyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagiannya); pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang (KBBI, 2005: 130). Pada pembelajaran puisi, siswa harus dapat mengekspresikan wajah saat sedih, senang, bahagia, bingung, kaget, emosi,

6 dan lain-lain. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, siswa dalam membacakan puisi terlihat datar-datar saja tanpa ekspresi sama sekali dan terkesan hanya membaca buku. Hal ini terlihat pada 8 siswa yang ditunjuk oleh guru untuk maju ke depan kelas dan membacakan hasil karyanya sendiri. 4. Siswa Terlihat Malu Saat Membacakan Puisi Membaca puisi adalah suatu kegiatan mengeluarkan suara keras dan berirama dengan mengekspresikan karya sastra yang dibacanya. Pada pembelajaran puisi, siswa diharuskan dapat membacakan puisi di depan kelas dengan ekspresi yang sesuai dengan isi puisi, tetapi kenyataannya siswa takut dan grogi ketika membaca di depan kelas karena takut ditertawakan oleh teman-temannya. Hal ini juga dipengaruhi oleh rasa kurang percaya diri siswa dan keberanian. Berdasarkan hasil observasi, yang dilakukan oleh peneliti dari 8 siswa yang membacakan puisi di depan kelas masih terlihat malu dan kurang percaya diri. Kedelapan siswa tersebut dalam membacakan puisi, cenderung menutup wajahnya dengan kertas dan menunduk tanpa melihat teman-tamannya. 5. Siswa Kesulitan dalam Menemukan Kata-kata Puitis Kata-kata puitis dalam puisi dapat disebut dengan pemilihan kata yang tepat (diksi), dimana siswa hanya dapat memilih kata-kata yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan observasi atau pengamatan dalam kelas, siswa hanya memiliki kosa kata sedikit dan monoton. Hal ini terlihat dari hasil karya yang dihasilkan oleh siswa hanya 1

7 sampai 2 bait saja, hanya 10 siswa yang mampu menggunakan kata-kata kias dalam mengahasilkan puisi. Permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi perlu diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa. Teknik pembelajaran dan pendekatan belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menawarkan strategi pembelajaran yaitu dengan menggunakan teknik rangsang-gambar dan sumbang-kata. Menurut Sayuti (2008), teknik rangsang gambar adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran. Pemakaian model pembelajaran yang bervariasi merupakan salah satu faktor pendukung dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Model pembelajaran dengan menggunakana media gambar dapat diterapkan dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia pada pembelajaran menulis puisi. Media gambar membantu guru dalam mengatur proses pembelajaran serta penggunaan waktu di kelas dengan bijak. Ketersediaan media gambar di suatu kelas akan mempengaruhi proses pembelajaran siswa dimana penempatan media yang sesuai akan mendukung proses pencapaian pembelajaran itu sendiri. Sumbang kata merupakan salah satu model pembelajaran dengan mengumpulkan kata-kata yang sesuai dengan tema guna untuk merangkai sebuah karya yang berupa tulisan yang indah dan bermakna. Model pembelajaran dengan teknik sumbang-kata diterapkan dalam proses belajar

8 mengajar dengan membentuk kelompok sesuai dengan pembagian jenis kata yang sesuai dengan gambar dan tema yang telah ditentukan. Kata-kata yang telah disumbangkan oleh siswa digunakan untuk merangkai sebuah puisi yang terdiri dari beberapa bait dan memiliki makna. Teknik rangsang gambar dan sumbang kata merupakan suatu teknik pembelajaran dengan memberikan rangsangan yang berupa gambar kepada siswa, jadi siswa tidak hanya membayangkan suatu objek. Siswa dituntut untuk mengamati dengan cermat gambar yang disajikan oleh guru sehingga siswa tidak hanya duduk dan mendengarkan guru. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan teknik sumbang kata, siswa dituntut untuk menemukan kata-kata yang berhubungan dengan gambar yang telah mereka lihat kemudian ditulis di papan tulis. Siswa dituntut untuk menggerakkan anggota tubuh, menggunakan panca indera, dan otaknya untuk belajar. Siswa dapat mendapatkan pengalaman dari apa yang telah mereka lihat dan dengar untuk dijadikan bahan belajar. Hal ini tentunya akan meningkatkan keaktifan siswa serta bisa meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran apresiasi puisi di sekolah. Dengan menerapkan teknik rangsang-gambar dan sumbang-kata pada pembelajaran apresiasi puisi ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Berdasarkan uraian yang telah dipaparakan, masalah yang dihadapi adalah rendahnya kemampuan menulis puisi. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Penerapan

9 Teknik Rangsang Gambar dan Sumbang Kata pada Siswa Kelas VII E di SMP Negeri 1 Jaten Tahun Ajaran 2009/2010. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di muka, maka didapatkan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis puisi setelah diterapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata pada siswa kelas VII E di SMP Negeri 1 Jaten? 2. Adakah peningkatan kemampuan menulis siswa kelas VII E di SMP Negeri 1 Jaten dengan penerapan teknik rangsang gambar dan sumbang kata? C. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah. 1. Mendeskripsikan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan penerapan teknik rangsang gambar dan sumbang kata pada siswa kelas VII Edi SMP Negeri 1 Jaten. 2. Mendeskripsikan kemampuan menulis siswa kelas VII E di SMP Negeri 1 Jaten dengan penerapan teknik rangsang gambar dan sumbang kata.

10 D. Indikator Penelitian Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan kemampuan menulis siswa kelas VII E di SMP Negeri 1 Jaten, setelah diterapkan teknik pembelajaran dengan menggunakan teknik rangsang gambar dan sumbang kata. Secara terinci, indikator keberhasilan tindakan dalam rancangan ini dijabarkan sebagai berikut. Aspek yang diukur Keaktifan siswa dalam pembelajaran Kemampuan siswa dalam pembelajaran Prosentase Target Capaian Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 23,5% 45 % 70% 44,2% 70% 90% Cara Mengukur Diamati saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang aktif selama pembelajaran Diamati dari hasil pekerjaan siswa berupa puisi dan dihitung dari jumlah siswa yang mampu menulis puisi yang merupakan hasil karya sendiri. Ketuntasan hasil belajar 23,5% 50% 70% Diamati dari hasil pekerjaan siswa berupa puisi dan dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 7,5 (KKM). Tabel 1.1 Gambar Indikator Penelitian E. Manfaat Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada pembelajaran sastra. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut. 1. Manfaat secara teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada

11 khususnya, maupun bagi masyarakat luas pada umumnya menganai teknik rangsang gambar dan sumbang kata untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi. 2. Manfaat praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan kepala sekolah. a. Bagi siswa, untuk membantu mengatasi masalah dalam menulis puisi. b. Bagi guru, dapat memberikan wawasan baru tentang teknik pembelajaran sastra yang berkaitan dengan penulisan puisi. c. Bagi guru, hasil penelitin ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam upaya mengembangkan apresiasi puisi di sekolah serta masukan dalam melakukan perbaikan pembelajaran sastra yakni menulis puisi di kelas, dan; d. Bagi kepala sekolah, dapat mengetahui tentang pemahaman dan penerapan teknik rangsang-gambar dan sumbang-kata dalam peningkatan pembelajaran menulis cerpen yang telah dilaksanakn guru.