I. PENDAHULUAN. dari kemiringan rendah hingga sangat curam (Gumbira-Sa id et al., 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERENCANAAN STRATEGIK BISNIS KATEKIN DAN TANIN STUDI KASUS : PT GAMBIR AGRO FARMAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan tanaman daerah

I. PENDAHULUAN. upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional pada masa sebelum

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

5 PERBAIKAN AGROINDUSTRI GAMBIR

I. PENDAHULUAN. seperti China Asia Free Trade Area (CAFTA) dapat memperparah keadaan krisis

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Gambir merupakan komoditas perkebunan rakyat yang terutama ditujukan

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

Pengolahan gambir dengan kempa tradisional di Halaban

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan

ANALISIS NILAI TAMBAH PELAKU RANTAI PASOK GAMBIR DENGAN METODE HAYAMI TERMODIFIKASI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POTENSI DAN KIAT PENGUSAHAAN TANAMAN PANGAN DAN PAKAN SEBAGAI TANAMAN SELA GAMBIR (Uncaria gambir Roxb)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. agribisnis, agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama dengan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. KAWASAN HUTAN/Forest Area (X Ha) APL TOTAL HUTAN TETAP PROPINSI

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VII. ANALISIS LINGKUNGAN DAN LEGALITAS

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara agraris dan maritim harus memberdayakan potensi dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua

EKONOMI GAHARU. Oleh : Firmansyah, Penyuluh Kehutanan. Budidaya pohon gaharu saat ini tak terlalu banyak dikenal masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi produk yaitu pabrik perakitan dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pada pabrik perakitan bukan merupakan

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buah kelapa merupakan salah satu bahan pangan yang banyak. digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan akan produk kelapa bagi

I PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. ton), dan itik/itik manila ( ton). ayam untuk berkeliaran di sekitar kandang membuat asupan makanan ayam

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. efek sebagai antioksidan sedang berkembang pesat saat ini. Efek

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambir merupakan ekstrak daun dan ranting yang berasal dari tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang telah dikeringkan. Produk tersebut telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, pada umumnya digunakan sebagai bahan tambahan dalam menyirih oleh para orang tua kita dahulu. Selain memiliki kegunaan dan nilai ekonomi yang tinggi, gambir juga merupakan tanaman yang mudah dan murah untuk dibudidayakan karena dapat beradaptasi pada lahan-lahan yang kurang produktif. Di daerah sentra tanaman gambir, pada umumnya kebunkebun gambir rakyat dapat ditemukan di daerah-daerah lereng perbukitan, mulai dari kemiringan rendah hingga sangat curam (Gumbira-Sa id et al., 2009). Tanaman gambir telah ditanam di beberapa pulau seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Maluku (Lemmens dan Soetjipto, 1992) dan budidaya pada umumnya dilakukan petani secara tradisional di daerah lereng bukit (Diratpahgar, 2008). Di pulau Sumatra sendiri terdapat empat provinsi yang menjadi sentra utama perkebunan gambir yaitu Sumatra Barat, Sumatra Utara, Riau, dan Sumatra Selatan (Gumbira-Sa id et al, 2009). Luasan areal perkebunan tanaman gambir di pulau Sumatra dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Area Tanaman Perkebunan Gambir di Provinsi Riau, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sumatra Selatan pada tahun 2007 No Provinsi Luas Perkebunan (ha) 1 Sumatra Barat 13.115,0 2 Sumatra Utara 1.481,5 3 Riau 4.901,0 4 Sumatra Selatan 512,0 Sumber : BPS (2008) dalam Gumbira-Sa id et al. (2009)

Bagian tanaman gambir yang memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi terdapat pada bagian daun dan ranting. Produk turunan yang paling dikenal dari tanaman gambir adalah ekstrak atau getah daun dan ranting yang telah dikeringkan. Dalam perdagangan dunia dikenal sebagai gambier, cutch, catechu atau pale catechu. (Gumbira-Sa id et al., 2009). Terdapat beberapa senyawa yang terkandung di dalam ekstrak daun dan ranting tanaman gambir memiliki potensi beragam yang dapat dimanfaatkan. Berbagai keperluan yang menggunakan bahan baku gambir asalan seperti pengikat pelet kayu, campuran dalam pakan ternak sapi potong, serta untuk menginang. Produk turunan yang dapat dihasilkan dari tanaman gambir yaitu gambir murni, gambir terstandarisasi, katekin, tanin, serta alkoloid. Selain itu, gambir pula dapat digunakan untuk membuat produk farmasi, senyawa kimia, antioksidan, serta berbagai produk dari nano gambir (Gumbira- Sa id et al., 2009). Saat ini gambir merupakan salah satu komoditas pertanian dan perkebunan yang penting bagi Indonesia, dengan negara tujuan ekspor Bangladesh, Singapura, Malaysia, Jepang, dan beberapa negara di Eropa. Kebutuhan gambir dunia sejak tahun 2006 2008 mengalami peningkatan volume sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan ekspor gambir Indonesia 2006-2008 Tahun Volume (kg) Nilai (USD) Harga rata-rata (USD/kg) 2006 7.975.891 8.281.991 1,04 2007 13.589.694 22.871.209 1,68 2008 16.465.264 33.581.647 2,04 Sumber : BPS (2008) dalam Gumbira-Sa id et al. (2010) Dari Tabel 2 juga dapat dilihat terjadi peningkatan harga seiring dengan terjadinya peningkatan kebutuhan produk gambir. Kondisi di atas terjadi karena semakin banyaknya produk yang bernilai tinggi yang membutuhkan katekin yang 2

merupakan komponen terpenting yang terdapat dalam gambir (Gumbira-Sa id et al., 2010). Pada industri hilir katekin digunakan sebagai bahan untuk pembuatan berbagai produk turunan lainnya. Di industri farmasi, katekin dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai macam obat seperti obat penyakit hati, permen pelega tenggorokkan, obat sakit perut, obat sakit gigi, obat untuk penyakit Azheimer, obat anti kanker, pasta gigi, dan sebagainya (Nazir, 2000). Pada industri kosmetika, katekin dimanfaatkan dalam pembuatan ragam produk kosmetika, diantaranya krim anti penuaan, krim anti jerawat, anti ketombe, kosmetik perawatan rambut rusak, sabun mandi, dan sebagainya (Gumbira-Sa id et al., 2009). Untuk industri minuman, katekin digunakan sebagai bahan dalam pembuatan minuman, sedangkan di industri pewarna alami, katekin dimanfaatkan sebagai bahan untuk mewarnai kain wool dan sutra. Selain itu, katekin juga digunakan untuk pewarna kulit samak, pewarna rambut, dan pewarna makanan (Gumbira-Sa id et al., 2009). Permintaan pasar produk katekin relatif cukup besar dan banyak dibutuhkan. Besarnya kebutuhan katekin tersebut dapat dihitung berdasarkan produk potensial pengguna katekin. Volume kebutuhan katekin untuk produkproduk kosmetik mencapai 1.078.582,65 kg, produk sabun mandi mencapai 15.362,61 kg, produk minuman mencapai 3.755,77 kg, sedangkan produk pasta gigi dan obat untuk kanker masing-masing sebesar 4.357,27 kg dan 4.776,10 kg (Pratama, 2010). Penggunaan katekin yang relatif cukup besar memberikan peluang besar untuk pengembangan produk tersebut. Selain katekin, tanin juga banyak digunakan dalam berbagai aktivitas industri hilir. Industri-industri yang menggunakan bahan baku tanin seperti 3

industri kulit, industri tekstil, industri farmasi, industri logam, laboratorium, dan industri perekat. Tanin sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia, akan tetapi belum diproduksi di Indonesia dan masih mengandalkan pasokan impor terutama kebutuhan tanin untuk bahan penyamak kulit dan perekat kayu (Gumbira-Said, et al., 2009). Target utama pasar untuk produk tanin adalah industri farmasi dan dan industri tekstil. Hal ini dikarenakan kebutuhan tanin dalam produk relatif besar dibandingkan dengan kebutuhan tanin untuk produk lainnya. Seperti halnya katekin, kebutuhan tanin juga dihitung berdasarkan produk potensial pengguna tanin. Pada produk penyamak kulit volume kebutuhan tanin mencapai 53.166,3066 kg, produk desinfektan mencapai 47.920 kg, sedangkan insektisida mencapai 41.943 kg (Pratama, 2010). Penggunaan tanin yang relatif cukup besar juga memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk pengembangan produk tersebut. Berdasarkan data UN Comtrade (2008) permintaan impor tanin dunia dari tahun 2000 2007 mengalami peningkatan, kondisi tersebut juga menunjukkan semakin besarnya kebutuhan dunia terhadap tanin. Permintaan impor tanin dunia tahun 2000 2008 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Permintaan Impor Tanin Dunia Tahun 2000 2007 No Tahun Impor (Kg) 1 2000 71.175.852 2 2001 75.805.956 3 2002 81.974.490 4 2003 99.278.144 5 2004 97.498.667 6 2005 110.237.058 7 2006 119.725.195 8 2007 134.798.482 9 2008 12.314.530 Sumber : UN Comtrade (2008) 4

Permintaan tanin dunia pada tahun 2007 mencapai 134.798.482 kg atau meningkat sebesar 12,59 persen dari tahun 2006. Pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 90,86 persen atau menjadi 12.314.530 kg. Penurunan tersebut terjadi sebagai dampak dari krisis global yang hampir melanda di seluruh dunia. Pengolahan gambir menjadi katekin dan tanin memiliki prospek bisnis yang baik dan mampu memberikan keuntungan yang sangat besar baik bagi manajemen, tenaga kerja, petani serta berpeluang meningkatkan devisa negara dari nilai ekspornya yang tinggi. Saat ini, industri pengolahan gambir menjadi katekin dan tanin masih sangat sedikit (Gumbira-Sa id et al., 2009). Berdasarkan kenyataan tersebut, besar peluang bagi pengusaha-pengusaha baru untuk menjalankan bisnis ekstrak gambir terutama dalam produksi katekin dan tanin di masa yang akan datang, sehingga diperkirakan persaingan dalam bisnis ini kedepannya akan semakin tinggi. PT. Agro Farmaka Nusantara (AFN) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertanian, industri, dan perdagangan. Salah satu unit bisnis yang akan dikembangkan adalah menjalankan bisnis agroindustri yang mengolah ekstrak gambir menjadi katekin dan tanin yang berencana mengambil 1% dari potensi pasar yang ada, karena produk katekin dan tanin yang diproduksi masih tergolong produk baru. Arah pengembangan industri di atas ditentukan melalui usaha horisontal dan vertikal. Pengembangan horisontal direncanakan melalui perluasan areal bahan baku gambir, sedangkan pengembangan yang bersifat vertikal merupakan strategi membangun industri hilir yang mengolah gambir menjadi nilai tambah dalam hal ini adalah mengolah ekstrak gambir menjadi katekin dan tanin. Saat ini, pabrik penghasil katekin dan tanin dari gambir 5

PT. AFN telah berjalan dalam skala pilot, yaitu di bengkel industri Fakultas Teknologi Pertanian IPB. 1.2 Rumusan Masalah Saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat sehingga mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang bergerak dinamis, dan pada akhirnya meningkatkan persaingan dalam dunia bisnis. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut, perlu dilakukan inovasi produk, strategi, dan aksi yang tepat agar dapat bertahan hidup atau bahkan dapat memenangkan persaingan di masa depan. Untuk menghadapi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat, PT. AFN mempertimbangkan bahwa prospek industri gambir terutama dalam produksi katekin dan tanin semakin cerah. Perusahaan memiliki kekuatan dari kompetensi dalam bidang pengolahan gambir asalan menjadi katekin dan tanin. Karena kondisi perkembangan dunia bisnis yang semakin bergerak dinamis, maka PT. AFN perlu membuat suatu perencanaan strategi bisnis masa depan yang benarbenar matang sehingga anak perusahaan yang akan didirikan yaitu PT. AFN dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Faktor-faktor strategi apa saja yang dapat mempengaruhi PT. AFN di masa depan dalam menjalankan bisnis produksi katekin dan tanin? (2) Kompetensi apa yang harus dimiliki PT. AFN dalam menjalankan bisnis produksi katekin dan tanin? 6

(3) Bagaimana rancangan strategik bisnis katekin dan tanin PT. AFN di masa depan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis faktor-faktor strategis yang mempengaruhi PT. AFN dalam menjalankan bisnis katekin dan tanin di masa depan. 2. Menganalisis kompetensi yang harus dimiliki oleh PT. AFN untuk menjalankan bisnis katekin dan tanin. 3. Menyusun rancangan strategik bisnis katekin dan tannin PT. AFN di masa depan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut : 1. Merupakan sumbangan pemikiran bagi manajemen PT. AFN dan diharapkan dapat menambah wawasan manajemen, terutama mengenai manajemen strategik dari sudut pandang akademis. 2. Memberikan suatu kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya manajemen strategik. 3. Memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengaplikasikan teori dan pengetahuan lainnya yang diperoleh selama menempuh masa pendidikan di MB-IPB, untuk mengarah pada pengembangan kemampuan analisis dan pemecahan masalah bisnis yang riil. 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Mengingat banyaknya jenis dan kategori produk yang dapat dihasilkan dari gambir, maka penelitian ini dibatasi hanya merancang strategi bisnis produk katekin dan tanin. Perancangan tersebut bertujuan untuk menyusun strategi bisnis PT. AFN dalam menjalankan bisnis masa depannya. 8

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB