BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia 74,68 % digunakan untuk pertanian. Namun, sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi (Sihaloho, 2009). Salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan adalah kopi. Kopi merupakan produk yang mempunyai peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang diekspor ke pasar dunia. Luas lahan tanaman kopi di Indonesia berada pada peringkat ketiga sebesar 1,29 juta ha, setelah peringkat kedua pada tanaman karet sebesar 3,45 juta ha, dan peringkat pertama pada kelapa sawit sebesar 9,27 juta ha. Tanaman kopi memiliki pertumbuhan produktivitas yang cenderung terus menerus meningkat diikuti oleh harga jualnya (Suwarto dkk, 2010). Spesies kopi yang penting secara ekonomi adalah Kopi Arabika (Coffea arabica) yang merupakan lebih dari 70% produk dunia dan Kopi Robusta (Coffea canephora). Dua spesies lain yang tumbuh dalam skala lebih kecil adalah Kopi Liberika (Coffea liberica) dan Kopi Excelsa (Coffeadewevrei). Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang sering dibudidayakan hanya Kopi Arabika, Robusta, dan Liberika (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Data Statistik Perkebunan menunjukkan perkembangan luas areal (ha) dan produksi (ton) Kopi Arabika Sumatera Utara selama 5 tahun terakhir ini. Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara Tahun 2007 2011 Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) 2007 53.869,36 42.222,57 2008 56.390,81 45.351,99 2009 57.141,89 45.482,81 2010 58.418,32 46.655,75 2011 58.852,67 49.347,53 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2012 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa luas areal Kopi Arabika Sumatera Utara mengalami peningkatan setiap tahun dengan persentase yang berbeda. Peningkatan tertinggi berada dari tahun 2007 ke 2008 diikuti dengan kenaikan produksinya. Dan produksi Kopi Arabika Sumatera Utara mengalami peningkatan setiap tahun dengan produksi tertinggi pada tahun 2011 sebanyak 49.347,53 ton. Harga rata - rata Kopi Arabika Sumatera Utara di tingkat provinsi lebih rendah dibandingkan harga di tingkat internasional. Perbandingan kedua tingkat harga ini dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Harga Rata - Rata Kopi Arabika Sumatera Utara di Tingkat Provinsi dan Internasional Tahun 2007 2011 Tahun Harga Provinsi (Rp) / Kg Harga Internasional (Rp) / Kg 2007 22.635 28.105 (3,08 USD) 2008 27.179 33.444 (3,46 USD) 2009 27.202 32.342 (3,14 USD) 2010 27.961 30.863 (3,46 USD) 2011 50.326 53.331 (6,13 USD) Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dan Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2012
Harga tingkat provinsi dan internasional meningkat tajam pada tahun 2011. Harga internasional lebih tinggi dibandingkan harga provinsi, sehingga Kopi Arabika cenderung diekspor ke luar negeri dan berdampak pada peningkatan volume ekspor. Data realisasi ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara berdasarkan surat keterangan asal (SKA) menunjukkan data volume ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara dan nilainya dalam Tabel 3. Tabel 3. Realisasi Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Tahun 2007 2011 Tahun Volume (kg)/tahun Nilai (USD) 2007 55.884.120 172.677.295 2008 47.348.019 163.836.040 2009 47.509.466 149.315.759 2010 53.699.952 185.831.620 2011 57.098.222 350.290.390 Sumber: Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2012 Dalam 5 tahun belakangan ini, volume ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara berfluktuasi. Volume ekspor terendah pada tahun 2008 sebanyak 47.348.019 kg dengan nilai USD 163.836.040. Namun, volume ekspor tertinggi pada tahun 2011 mencapai 57.098.222 kg dengan nilai USD 350.290.390. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi kopi berpeluang besar dalam menambah devisa negara. Volume ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan jumlah produksi yang dihasilkan di Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan Kopi Arabika Sumatera Utara yang diekspor tidak hanya berasal dari Sumatera Utara saja, melainkan dari berbagai daerah yaitu Aceh, Mandailing, Lampung, Bengkulu (Mangkuraja), Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bali (Kintamani), Jawa
Timur(Malang, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jombang, dan Jember), Sulawesi (Toraja), dan Nusa Tenggara Timur. Kopi Arabika ini diekspor hanya melalui Pelabuhan Belawan, Provinsi Sumatera Utara, sehingga dikenal dengan Kopi Arabika Sumatera Utara (Panggabean, 2011). Salah satu syarat kopi sebagai komoditi ekspor adalah memenuhi standar mutu tertentu. Penilaian mutu biji kopi berdasarkan karakteristik fisik belum dapat mewakili kualitas kopi. Kesalahan - kesalahan penilaian citarasa berdasarkan karakteristik fisik dapat diperkecil dengan uji citarasa (cupping test). Oleh karena itu, cupping test merupakan pelengkap yang penting dari seluruh cara pengujian mutu kopi (Panggabean, 2011). Salah satu mutu Kopi Arabika Sumatera Utara yang berasal dari daerah Humbang Hasundutan telah mendapat hasil uji citarasa (cupping test) yang dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4. Laporan Hasil Uji Citarasa (Report of Cupping Test) Karakateristik Skor Citarasa Fragrance/Aroma 7.625 Flavor/Perisa 7.5 Aftertaste 7.5 Acidity/Keasaman 7.625 Body/Kekentalan Seduhan 7.25 Uniformity 10 Balance 7.625 Clean cup 10 Sweetness 10 Overall 7.5 Taint/Defect None Final Score** 82.625 *Keterangan Skor: 6.00-6.75 = Good; 7.00-7.75 = Very Good; 8.00-8.75 = Excellent; 9.00-9.75 = Outstanding (Score notation) **Final score Notation : Nilai minimum untuk Specialty Grade = 80 Sumber: Laboratorium Penguji Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (LP PUSLITKOKA), 2012
Hasil uji ini menjelaskan bahwa mutu Kopi Arabika Sumatera Utara mendapat predikat sangat baik dan luar biasa sehingga layak diekspor ke berbagai negara. Negara - negara importir memberikan kepercayaan terhadap Indonesia baik penilaian mutu dan rasa maupun penyediaan kopi dengan waktu yang tepat. Pemasaran kopi Indonesia sebagian besar ditujukan ke negara - negara yang memiliki permintaan Kopi Arabika Sumatera Utara yang tinggi. Pemasaran Kopi Arabika Sumatera Utara ke luar negeri dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara ke Negara Tujuan Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Tahun 2010-2011 Negara Volume Ekspor (kg) 2010 2011 A. Serikat 31.736.540 30.922.600 Jepang 10.631.379 8.995.394 Jerman 4.367.900 4.287.780 Belgia 1.867.000 2.950.800 Inggris 1.346.350 959.295 India 87.720 103.200 Korea 537.334 694.863 Cina 103.850 242.060 Lainnya 10.728.791 12.815.397 Subtotal 61.403.864 61.971.389 Sumber : Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2012 Permintaan ekspor kopi dari Indonesia ke beberapa negara cukup fluktuatif. Negara pengimpor Kopi Arabika Sumatera Utara terbesar adalah negara Amerika Serikat. Namun tahun 2011, volume ekspor kopi ke Amerika Serikat menurun dari tahun 2010. Mengingat Amerika Serikat sebagai negara pengkonsumsi kopi terbesar di dunia, maka Amerika Serikat merupakan pasar potensial bagi Indonesia. Eksportir kopi Sumatera Utara mengaku mengekspor kopi dengan jumlah yang sedikit dikarenakan permintaan kopi di luar negeri menurun sehingga harga
jual ke luar negeri rendah. Dengan harga kopi asalan yang sebesar Rp 58.000/kg, seharusnya harga ekspor 7,5 USD/kg, tetapi nyatanya importir hanya sanggup membeli 7,15 USD/kg. Hal ini menyebabkan volume ekspor kopi menurun ke Amerika Serikat (Anonimus 2, 2012). Adanya permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis strategi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, karena dengan melakukan strategi, volume ekspor Kopi Arabika ke luar negeri diusahakan akan meningkat. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diteliti permasalahan yang telah ditemukan yaitu bagaimana strategi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi bagi pihak - pihak yang terkait dalam kegiatan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam mengambil kebijakan strategis dan lebih memperhatikan perkembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara. 3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dan pihak yang membutuhkan seperti investor.