BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan keperduliannya terhadap masalah-masalah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Salah satu kekayaan

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh bahan dari alam yang kemudian dapat digunakan untuk kepentingan

BAB. I PENDAHULUAN. dan permasalahannya di masing-masing daerah. masyarakat baik di tingkat komunitas, regional, maupun nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembangunan pada hakekatnya adalah kegiatan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertanggung jawabannya di akhirat kelak. memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang memiliki nilai ekonomis

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. konservasi, lindung dan produksi. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD) 1945 menentukan bahwa bumi, air. dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia pertambangan di Indonesia mengalami

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

RINGKASAN SKRIPSI / NASKAH PUBLIKASI PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN BERKENAAN DENGAN INDUSTRI BATU BATA DI KECAMATAN PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diamandemen ke-4, Bab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang).

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatkan pembangunan nasional. Didalam sungai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari sangat penting. Namun, pada

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2002 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan semua benda dan kondisi yang ada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PENDAYAGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilaksanakan secara bijaksana yaitu dengan memperhitungkan generasi sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. Dengan meningkatnya kepadatan penduduk dapat memberikan dampak pada kualitas dan kuantitas air. Hal ini dikarenakan adanya berbagai aktivitas yang dilakukan oleh setiap orang. Selain itu permasalahanpermasalahan air dalam kehidupan disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya pada saat musim hujan, air dapat menimbulkan masalah seperti longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah bagi makhluk hidup yaitu bencana kekeringan. Kekurangan air dapat disebabkan beberapa hal seperti saat musim kemarau dan hilangnya daerah resapan air. Pengertian Kawasan Resapan Air menurut Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber 1

2 air. Dengan diadakannya penambangan pasir di wilayah hutan lindung maka akan menjadi suatu peristiwa buruk bagi konservasi sumber daya air. Tanah dan lahan yang terdapat dilereng-lereng terjal dan di daerah pegunungan tidak dapat digunakan untuk keperluan yang menyebabkan rusaknya sistem tata air yang akan merusak kegunaan tanah dan air dilembahlembah. Penggunaan sumber air, baik air permukaan maupun air bumi di suatu tempat di daerah hulu tidak boleh merusak manfaat air tersebut di daerahdaerah hilirnya untuk mencegah erosi dan pencemaran air. 1 Kesadaran akan permasalahan lingkungan hidup mendorong pula masyarakat dan Negara seperti Indonesia, untuk mulai mempersoalakan hubungan antara lingkungan hidup dengan prioritas pembangunan yang sangat mendesak antara lain pengusahaan pertambangan termasuk salah satu kegiatan yang cukup banyak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup adalah dilakukannya eksploitasi penambangan pasir dan batu. Penggolongan bahan galian menurut H. Salim, dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu : Bahan galian dapat di golongkan menjadi tiga, yaitu golongan A, B, dan C. golongan A yaitu bahan galian strategis. Golongan B adalah bahan galian vital, dan golongan C merupakan bahan galian yang tidak termasuk bahan galian strategis dan bahan galian vital. Pengelompokan bahan galian ini berdasarkan pada nilai strategis atau ekonomis bagi Negara, keberadaannya dalam alam, penggunaan bagi industri, pengaruh terhadap rakyat banyak, pemberian kesempatan pengembangan pengusahaan penyebaran pembangunan di daerah. 2 1 Daud Silalahi.2003,Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di Indonesia,PT.Alumni Bandung,hlm19. 2 H.Salim HS. 2007, Hukum Pertambangan di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta,hlm 44-45.

3 Sedangkan di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara yang menggantikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan tidak dikenal adanya penggolongan bahan galian pasir, tetapi dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (1) Pertambangan mineral (2) Pertambangan batubara Kawasan lereng Merapi yang berada di Kabupaten Sleman merupakan daerah resapan air untuk menyimpan air hujan secara alami. Kehidupan masyarakat yang berada disekitar lereng Merapi menjadikan Merapi sebagai sumber kehidupan. Air yang berlimpah merupakan potensi yang digunakan untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan sebagai pendukung bagi kegiatan pertanian, perikanan, perkebunan, dan industri. Di samping itu kawasan Merapi juga kaya akan barang tambang golongan C, yaitu pasir dan batu, maka hingga saat ini kawasan lereng Merapi digunakan untuk kegiatan penambangan antara lain penambangan pasir dan batu. Dalam melakukan penambangan pasir dan batu harus juga wajib untuk memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kewajiban pelestarian fungsi lingkungan ini ditegaskan dalam Pasal 67 Undang-Undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyebutkan bahwa Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup. Ketentuan tersebut

4 merupakan suatu perlindungan hukum terhadap kualitas lingkungan hidup agar tidak terjadi kerusakan lingkungan hidup. Penambangan pasir merupakan suatu penambangan yang bermanfaat. Tetapi dalam prakteknya, aktifitas penambangan pasir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Kawasan lereng Merapi berfungsi sebagai resapan air, bila dilakukan penambangan pasir di wilayah resapan air secara berlebihan dapat menggangu keseimbangan dan ekosistem lingkungan, terutama ketersediaan dan kualitas air. Salah satunya tentang pemberian izin tambang pasir di Kawasan Resapan Air di Dusun Batur, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman oleh Dinas Pengairan, Pertambangan, dan Penanggulangan Bencana Alam Sleman diprotes oleh warga masyarakat sekitar, karena penggunaan alat berat backhoe yang dapat merusak lingkungan dan pengerukan dengan menggunakan alat berat yang melampaui batas tersebut berpotensi merusak Wilayah Resapan Air serta mengancam ketersediaan air bagi warga sekitar Cangkringan. 3 Pengoperasian penambangan pasir yang dilakukan melampaui batas sampai di wilayah hutan, tanah pertanian, dan daerah resapan air yang dapat merusak lingkungan hayati setempat dan terjadinya eksploitasi tak terkendali, dampak dari semua tersebut dapat dirasakan dalam jangka pendek atau panjang. Walaupun pengusahaan penambangan menimbulkan dampak negatif seperti yang diuraikan contoh kasus diatas, pengusahaan penambangan dapat 3 http://www.kompas.com, tanggal 17-18 Juni 2009.

5 menimbulkan dampak positif yaitu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tambang dan dapat menambah penghasilan daerah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perlindunagn Hukum Kawasan Resapan Air terhadap Pertambangan Pasir di Kabupaten Sleman. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang menjadi latar belakang penulisan ini, maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan, Bagaimana perlindungan hukum Kawasan Resapan Air terhadap pertambangan pasir di Kabupaten Sleman? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum Kawasan Resapan Air terhadap pertambangan pasir di Kabupaten Sleman. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Untuk memberikan sumbangan pemikiran khususnya Pemerintah Kabupaten Sleman, dinas KPDL, Dinas Pengairan, Pertambangan, dan Penanggulangan Bencana Alam (P3BA), dan BAPPEDA.

6 2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran tehadap perkembangan ilmu hukum lingkungan nasional. 3. Untuk memberikan pengertian kepada masyarakat luas pada umumnya dan masyarakat yang berada disekitar Desa Kepuharjo pada khususnya tentang bahaya penambangan pasir yang dilakukan di Kawasan Resapan Air. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan hasil penulisan dari penulis sendiri, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiat, sehingga karya penulisan ini merupakan karya asli. Kekhususan karya ini adalah untuk mengetahui perlindungan hukum Kawasan Resapan Air terhadap pertambangan pasir di Dusun Batur, Desa Kepuharjo, Kabupaten Sleman. Jika dikemudian hari ditemukan karya yang sejenis maka karya ini merupakan pelengkap. F. Batasan Konsep Guna mempermudah dalam memahami skripsi ini, berikut disampaikan batas-batas konsep yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. Adapun batasan konsep tersebut : 1. Perlindungan hukum adalah adanya jaminan hak dan kewajiban untuk manusia dalam rangka memenuhi kepentingan sendiri maupun di dalam hubungannya dengan orang lainnya.

7 2. Kawasan Resapan Air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi yang berguna sebagai sumber air. 3. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. 4. Pasir adalah bahan galian golongan C. G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian adalah penelitian lapangan ( field research ), yaitu penelitian yang dilakukan langsung di lapangan pada kondisi yang sesungguhnya. Sedangkan dari sudut sifat penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan apa yang ditanyakan oleh responden secara tertulis atau lisan, serta juga tingkah laku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai yang utuh. 4 2. Sumber data a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian. 4 Roni Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Ghalia Indonesia, 1990, hlm. 93

8 b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan pustaka yang mencakup literatur-literatur, peraturan-peraturan perundangan yang berlaku, putusan hakim serta pendapat para sarjana yang ada kaitannya dengan obyek yang diteliti. Data ini diperoleh dari : 1) Bahan-bahan hukum primer berupa peraturan perundangundangan (hukum positif) antara lain : a) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat ( 3 ). b) Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. c) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. d) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuanketentuan Pokok Pertambangan. e) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. f) Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 16 Tahun 1996 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Bahan Galian Golongan C. g) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. h) Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 23 Tahun 1994 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman.

9 i) Peraturan Bupati Sleman Nomor 9 /Per.Bup/2006 Tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati Sleman Nomor 16/Kep.KDH/A/2004 Tentang Pengendalian Kegiatan Di Kawasan Lindung. 3. Metode pengumpulan data Cara yang dilakukan untuk mendapatkan data adalah : a. Studi kepustakaan adalah penelitian dengan jalan membaca peraturan perundang-undangan dan buku-buku ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. b. Wawancara dengan Responden dan Nara Sumber. 4. Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman. 5. Populasi dan Metode Penentuan Sampel a. Populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang sama. Populasi dapat berupa himpunan orang, benda (hidup atau mati), kejadian, kasus-kasus, waktu, atau tempat dengan sifat yang sama. 5 b. Metode Penelitian Sampel dalam penelitian hukum ini adalah Metode Random Sampling. Pada random sampling tiap unit atau individu populasi mempunyai kesempatan atau probalitas yang sama untuk menjadi sample. Jadi, nilai probalitas untuk tiap unit populasi untuk terpilih sebagai unit sample adalah sama. 6 5 Bambang Suggono, 2007, Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grfindo Persada, Jakarta.hlm 118. 6 Ibid, hlm 122.

10 6. Responden dan Nara Sumber a. Responden 1) Pelaku penambangan pasir. 2) Kepala Desa Kepuharjo. 3) Kepala Dukuh Batur. b. Nara Sumber 1) Kepala Dinas P3BA, Kabupaten Sleman. 2) Dinas KPDL, Kabupaten Sleman. 3) BAPPEDA, Kabupaten Sleman. 7. Metode Analisis data Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode berfikir deduktif yaitu cara berfikir dari hal-hal yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus.