BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB III TELAAH PUSTAKA. diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang 28. Seseorang dikatakan

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan terssebut diperoleh melalui pinjaman-pinjaman atau

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan tempat untuk melakukan berbagai transaksi yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa bank sangat penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir:2010). Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang (Kasmir, 2002:23). Bank adalah merupakan salah satu badan usaha

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan di Indonesia memiliki Peranan penting dalam Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. untuk konsumsi, investasi, atau modal usaha. Dalam pemenuhan kebutuhan itu,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berperan dalam. bidang keuangan, perbankan menempati posisi yang strategis dalam

LANDASAN TEORI. konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran dan tidak kalah

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DIREKSI BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB V KESIMPULAN & SARAN. bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai jasa yang ditawarkan. Menurut Undang-undang Rl

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani (credere) yang berarti. disepakati yaitu dapat berupa barang, uang, atau jasa.

BAB I PENDAHULUAN. oleh perbankan dari masyarakat berupa Giro, Tabungan dan Deposito. Dana yang. kredit, surat berharga lainnya dan aktiva tetap.

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi sebagai intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. masyarakat yang kekurangan dana (Ismail,2010:13).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Uundang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank secara umum telah diatur dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang

Bab 10 Pasar Keuangan

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB I PENDAHULUAN. untuk menanamkan dananya adalah deposito berjangka. Menurut Ismail

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bank dikenal sebagai sebuah tempat dimana kita menyimpan uang kita, tempat yang sangat identik dengan kata menabung. Orang tua kita selalu mengajari kita untuk menabung, dimulai dari menabung di celengan yang biasanya terbuat dari tanah dan memiliki bentuk serta warna yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan yang kita peroleh dari sisa uang saku yang diberikan orangtua, namun berjalan usia jumlah uang tabungan yang kita simpanpun bertambah, sehingga celengan yang kita gunakan sudah tidak mencukupi, dan kita mulai meyimpan uang saku tersebut didalam bank. Uang saku yang kita simpan di dalam bank tersebut bersama dengan uang yang disimpan oleh nasabah lain disalurkan oleh bank yang bersangkutan kembali ke masyarakat, salah satu cara utama yaitu melalui pemberian fasilitas kredit. Pengertian bank dapat kita lihat dalam Pasal 1 Angka 2 Undang- Undang Negara Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan ( UU Perbankan), yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dari penjelasan pasal tersebut bank diartikan sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, sehingga

2 usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah keuangan. Usaha Perbankan dapat meliputi tiga kegiatan utama, yaitu 1 : 1. Menghimpun Dana; 2. Menyalurkan Dana; dan 3. Memberikan jasa bank lainnya. Menghimpun dan menyalurkan dana merupakan salah satu kegiatan pokok bank, yang dimaksud dengan menghimpun dana adalah mengumpulkan atau mencari uang (dana) dengan cara membeli dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito. Terdapat berbagai jenis simpanan yang ditawarkan bank kepada masyarakat seperti deposito berjangka, sertifikat deposito, dan bentuk lainnya yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dimana nasabah bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan. Kegiatan membeli dana dari masyarakat ini lebih dikenal dengan istilah kegiatan funding. Tentunya agar masyarakat tertarik untuk menyimpan uangnya, bank harus memiliki sebuah rangsangan balas jasa yang menarik dan menguntungkan, salah satu caranya yaitu dengan memberikan bunga baik giro, tabungan, dan deposito. Sebagai sebuah badan usaha tentu tujuan bank adalah memperoleh keuntungan, kegiatan menghimpun dana tidak memberikan bank pendapatan, karena pada dasarnya uang tersebut milik nasabah bukan milik bank, sehingga untuk dapat menjalankan usahanya bank menyalurkan kembali dana nasabah yang disimpan tersebut kepada 1 Kasmir, 2012, Manajemen Perbankan, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

3 masyarakat dalam bentuk pinjaman atau disebut juga kredit, kegiatan penyaluran dana ini disebut juga lending. Dalam pemberian kredit juga bank mengenakan suku bunga kredit yang pastinya berbeda dengan suku Bungan giro, tabungan, dan deposito. Selain dikenakan bunga, bank juga membebankan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk biaya administrasi serta biaya provisi dan komisi. 2 Keuntungan diperoleh bank melalui selisih bunga simpanan yang diperoleh penyimpan dengan suku bunga kredit yang disalurkan, keuntungan yang diperoleh dari selisih suku bunga dikenal dengan istilah spread based. Dalam bahasa latin kredit disebut dengan credere yang artinya percaya. 3 Bank sebagai pemberi kredit harus percaya bahwa pinjaman tersebut akan dikembalikan oleh penerima pinjaman sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan, sehingga penerima kredit juga berkewajiban untuk mengembalikan pinjaman dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Agar prinsip kepercayaan ini dapat terlaksana dengan baik maka bank sebelum memberikan pinjaman kepada pemohon kredit wajib untuk melakukan analisis kredit, untuk menentukan apakah pemohon kredit sanggup atau tidak kedepannya mengembalikan pinjaman sesuai dengan waktu yang ditentukan. Menurut UU Perbankan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu 2 Ibid. 3 Kasmir, 2002, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

4 dengan imbalan atau bagi hasil. Penjelasan kredit dalam UU Perbankan ini sangatlah luas, kredit atau pembiayaan tidak harus dalam bentuk uang namun juga tagihan yang dapat dipersamakan, tagihan disini berarti kredit juga dapat berupa penyediaan barang tertentu. Contoh peminjaman dalam bentuk tagihan yaitu bank membiayai kredit untuk pembelian mobil atau rumah, peminjam disini tidak memperoleh uang namun langsung memperoleh barangnya seperti mobil atau rumah ( Kredit Kepemilikan Rumah ). Peminjam disini wajib membayar cicilan motor/rumah setiap bulannya selama jangka waktu yang ditentukan. Pemberian kredit dalam bentuk tagihan marak sekali dilakukan masyarakat dan tidak hanya untuk membeli barang kepentingan utama seperti rumah, namun pemberian kredit seperti ini juga banyak dilakukan untuk pembelian barang tersier seperti perhiasan, televisi, dan barang tersier lainnya. Bank sebagai pihak yang memberikan pinjaman harus memiliki sebuah pagar pengaman bagi uang yang dipinjamkannya, pagar pengaman yang dimaksud dapat berupa jaminan. Jaminan bertujuan untuk menghindari bank dari resiko kerugian apabila terjadi kredit macet, dan sifat jaminan ini adalah tidak wajib sehingga tidak semua kredit memiliki jaminan, walaupun agar mendapatkan keamanan hampir setiap saat mengeluarkan kredit bank tetap meminta jaminan dari pihak yang menerima kredit (debitur). Dalam Pasal 8 ayat (1) UU Perbankan menyebutkan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi

5 utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Paragraf 1 penjelasan Pasal 8 ayat (1) UU Perbankan menyebutkan bahwa untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari Nasabah Debitur. Didalam Pasal 8 ayat (1) UU Perbankan dan penjelasannya tidak ditemukan disebutkan bahwa wajib bagi bank untuk memiliki jaminan dalam hal pemberian kredit, namun jaminan disini disebut sebagai faktor penting agar bank memperoleh keyakinan atas kesanggupan debitur, hal ini merupakan perubahan dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 1967 Tentang Perbankan yang merupakan UU Perbankan yang lama. Dalam ketentuan Pasal 24 UU No. 14 Tahun 1967 Tentang Perbankan ini menyebutkan bahwa Bank Umum tidak memberikan kredit tanpa jaminan kepada siapa pun juga, sehingga jelas tanpa adanya jaminan maka bank tidak dapat memberikan kredit. 4 Terdapat berberapa jenis kredit perbankan, namun apabila dilihat dari tujuan penggunaannya maka dapat dibedakan menjadi kredit konsumtif, kredit 4 Gazali, Djoni S, Rachmadi Usman, 2010, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta.

6 produktif, dan perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif. 5 Kredit konsumtif dapat diartikan sebagai kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk kepentingan konsumsi sehari-hari seperti kredit kendaraan bermotor. Kredit produktif dibagi kembali menjadi dua yaitu kredit investasi dan kredit eksploitasi, yang membedakan antara kedua jenis kredit produktif ini yaitu keperluannya, kredit investasi diperuntukan untuk pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung, dan mesin, sedangkan kredit eksploitasi ditujukan untuk pembiayaan modal kerja seperti persediaan bahan baku, dan persediaan produk akhir. Sudah disebutkan sebelumnya bahwa dalam pelaksanaan kredit prinsip kepercayaan antar bank sebagai kreditur dengan debitur sangatlah penting, walaupun bukan sebuah kewajiban namun jaminan merupakan hal yang selalu disertakan dalam pemberian kredit, namun tetap saja seringkali debitur melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kredit. Banyak sekali cara yang dilakukan debitur untuk dapat memperoleh keuntungan yang tidak seharusnya dalam menggunakan fasilitas kredit di bank, salah satunya adalah dengan cara memanipulasi (mark up) nilai agunan. Dalam keadaan kredit macet, maka bank harus sesegera mungkin mengatasinya agar bank tidak mengalami kerugian, salah satu cara mengatasinya yaitu dengan melakukan pencairan atas agunan dan hasil pencairannya tersebut digunakan untuk memenuhi kewajiban kreditur kepada bank. 6 Hal tersebut mengakibatkan nilai agunan atau harus 5 Ibid. 6 Untung, Budi, 2011, Kredit Perbankan Di Indonesia, Penerbit Andi, Yogyakarta.

7 sama dengan nilai kredit debitur ataupun kalau lebih sisanya dikembalikan kepada debitur, namun apabila dilakukan mark-up maka bank akan mengalami kerugian karena ternyata adanya manipulasi nilai jaminan sehingga ketika dilakukan penjualan jaminan tersebut tidak dapat menutupi nilai kredit macet tersebut. Kasus yang dianalisis oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah kasus yang terjadi akibat adanya manipulasi nilai agunan, serta penyalahgunaan fasilitas kredit oleh debitur. Kredit yang diperuntukan untuk kepentingan perusahaan untuk melakukan ekspansi malah digunakan untuk kepentingan pribadi direksi perusahaan yang bersangkutan, lebih parah lagi ternyata adanya persengkongkolan antara direksi PT. LK selaku debitur dengan salah satu pegawai PT. Bank X selaku kreditur yang berbentuk manipulasi nilai jaminan atau mark-up nilai jaminan. Sebelum PT. LK mengajukan gugatan kepada PT. Bank X, direksi PT. LK dan pegawai PT. Bank X tersebut dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana persekongkolan jahat dengan pidana 19 (Sembilan belas) tahun dan denda Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta Rupiah) serta membayar uang pengganti sebesar Rp. 132.732.000.000,00 ( seratus tiga puluh dua milyar tujuh ratus tiga puluh dua juta Rupiah). Atas dasar perkara pidana tersebut PT. LK mengajukan gugatan perdata perbuatan melawan hukum ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan nomer register perkara pada tanggal 8 November 2011, dalam gugatannya PT. LK pada dasarnya mengatakan bahwa tergugat PT. Bank X harus bertanggung jawab atas perbuatan pegawainya yang didalam

8 kasus yaitu GK (disingkat) yang telah melakukan persekongkolan dengan direktur utama PT. LK yaitu TSY (disingkat) sehingga menimbulkan kerugian bagi PT. LK karena harus menanggung akibat dari kredit macet tersebut, apalagi ternyata kredit tersebut tidak diperuntukan seluruhnya untuk kepentingan perusahaan melainkan kepentingan TSY pribadi. Penggugat (PT. LK) meminta agar perjanjian kredit dibatalkan dan agar seluruh jaminan yang sudah diterima oleh tergugat (PT. BANK X) dikembalikan kepada tergugat. Tentunya apabila gugatan ini diterima maka akan sangat merugikan bank, karena disamping telah mengalami kerugian dari kredit macet, jaminan yang seharusnya dapat mengganti kerugian kredit tersebut harus dikembalikan kepada debitur. Atas dasar kasus antara PT. Bank X dan PT.LK tersebut timbul keinginan bagi penulis untuk menganalisa lebih lanjut mengenai kasus ini, khususnya penulis ingin mengetahui bagaimana bentuk perlindungan terhadap agunan perbankan di Indonesia, khususnya agunan yang berbentuk hak tanggungan dan tentunya bagaimana perlindungan terhadap agunan hak tanggungan dalam kasus tersebut. Oleh karenanya penulis berkeinginan untuk membahas kasus tersebut dalam penulisan hukum yang berjudul Tinjauan Perlindungan Terhadap Agunan Hak Tanggungan, Analisis Sengketa Kredit Bermasalah Akibat Penyalahgunaan Fasilitas Kredit dan Mark-Up Nilai Jaminan Antara PT. Bank X Selaku Kreditur Dan PT. LK Selaku Debitur

9 B. Rumusan Masalah Latar Belakang yang telah diuraikan oleh peneliti di atas melahirkan dua permasalahan yang kemudian akan dikaji dan dianalisis lebih lanjut. Permasalahan tersebut yaitu : 1. Bagaimana bentuk pelanggaran terhadap proses pelaksanaan penjaminan agunan hak tanggungan? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan PT. Bank X melindungi agunan hak tanggungan dalam sengketa dengan PT. LK?