BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu membantu dan membentuk karakter dan keyakinan yang kuat pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB 1 PENDAHULUAN. Qiqi Yuliati Zakiyah dan A. Rusdiana mengutip pendapat John Dewey yang. sekitar (Qiqi Yuliati Zakiyah & A. Rusdiana, 2014: 86).

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses usaha manusia guna menimbulkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN MADRASAH DINIYAH AL HIKMAH DALAM MORALITAS REMAJA DI BOYONG SARI KELURAHAN PANJANG BARU PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, masyarakat Indonesia mengalami. perkembangan yang sangat cepat. Era ini memiliki potensi untuk ikut

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengertin pendidikan harus mencerminkan nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB V PENUTUP A. Simpulan

I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB V PENUTUP. analisis bahasan utama pada tesis ini ada tiga hal yaitu: 1. Bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, pendidikan agama semakin dibutuhkan oleh manusia, terutama

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan dan menyelaraskan pembangunan dan kemajuan, maka nilai akhlak harus tetap dilestarikan dan ditanamkan kepada setiap manusia tanpa terkecuali, peserta didik. Salah satu penanaman nilai tersebut adalah nilai pendidikan. Pendidikan didesain sebaik mungkin agar para peserta didik mampu memahami dan menghayati nilai-nilai yang diajarkan. Selain itu di masa kini disekitar kita, banyak sekali kita melihat perilaku anak yang tidak memiliki akhlak yang terpuji, seperti tidak patuh kepada guru atau orang tuanya, tidak memiliki sopan santun, selalu melanggar peraturan dan lain sebagainya. Semua hal tersebut bertentangan dengan tujuan pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI). Setiap orang tua hendaknya waspada terhadap ancaman arus globalisasi yang akan menggerus kepribadian anak. Menurut Zakiyah Daradjat, bahwa salah satu timbulnya krisis akhlak yang terjadi dalam masyarakat adalah karena lemahnya pengawasan sehingga respon terhadap agama kurang. 1 Pendidikan agama islam sekarang lebih berorientasi pada belajar teorinya saja, sehingga banyak yang mengetahui nilai-nilai ajaran agama, tetapi perilakunya tidak relavan dengan yang ajaran diketahuinya. Pendidikan agama 1989), Hal. 72. 1 Zakiyah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1

lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif, dan kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik lewat berbagai cara, media, dan forum. 2 Untuk itulah Pendidikan Agam Islam (PAI) harus mampu membangun karakter siswa menjadi lebih baik, yang mencerminkan karakter Islam rahmatan lil alamin, yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak, toleransi, sosial kejujuran serta tanggung jawab. Banyaknya persoalan yang terjadi di negara ini antara lain disebabkan oleh semakin menipisnya nilai-nilai akhlak. Maka dari itu pemberdayaan masyarakat untuk tetap memegang teguh pada nilai-nilai tersebut bukanlah suatu perkara yang mudah, tetapi harus dilakukan. Sebab, tanpa memahami nilai-nilai itu, maka mustahil seseorang mampu mempraktekkan dalam kehidupannya. Disadari betul bahwa cara satusatunya yang paling tepat adalah melalui jalur pendidikan. Sekolah merupakan suatu institusi pendidikan yang berperan aktif dalam menanamkan nilai-nilai moral dan keislaman kepada para peserta didik dan harus memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan nilai ini. Penerapan nilai-nilai akhlak di sekolah harus dimasukkan kedalam pendidikan di sekolah formal yakni dengan cara melibatkan semua unsur yang terlibat di lembaga tersebut. Iklim yang diciptakan harus memberi peluang terjadinya interaksi positif antara peserta didik dengan nilai-nilai yang akan 2 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Hal. 23-24. 2

diinternalisasikan, baik melalui keteladanan personal, diskusi, maupun proses belajar mengajar dalam arti seluas-luasnya. Komunikasi pendidik dengan peserta didik harus baik yang mana didasari pada adanya penerimaan kedua belah pihak. Muatan komunikasi itu juga penting agar mengarah kepada nilainilai yang diinginkan. Pembelajaran adalah bagian dari pendidikan, pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan berhubungan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu pembelajaran dalam sistem pendidikan adalah Pendidikan Agama Islam (PAI). Sebagai mata pelajaran yang mengkaji persoalan agama, tentu tidak terlepas dengan nilainilai akhlak, yang membentuk perilaku peserta didik. Karena agama Islam sendiri tidak menafikan adanya hubungan antara sesama manusia (Hablum minannas). Sehingga dalam pembelajaran PAI harus ada Internalisasi nilainilai akhlak berupa sosial dalam setiap kegiatan pembelajarannya dalam membentuk kepribadian yang bermoral dan berakhlakul karimah serta tawadhu dan bersosialis tinggi. Pendidikan nilai-nilai akhlak harus ditanamkan kepada peserta didik sebelum mereka mencapai usia akhir pembentukan kepribadian pada usia 20 atau 21 tahun. Jika melewati batas ini, sudah amat sulit memasukkan nilainilai karena harus membangun kembali kepribadian yang telah terbentuk (recontruction of personality). Oleh sebab itu nilai-nilai akhlak dalam bentuk akhlak al-karimah sudah terkristal dan terinternalisasi sejak kecil agar menjadi sikap hidup yang tak memerlukan lagi pengawasan dari luar diri individu. Ada 3

atau tidak ada polisi akan berhenti otomatis, apabila lampu merah lalu lintas menyala. Ada atau tidak ada orang yang melihat, maka secara otomatis akan menjalankan segala kewajibannya kepada Allah dan menjauhi segala larangan-nya. Apa yang gencar disosialisasikan akhir-akhir ini dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelegence) pada dasarnya adalah metode Al-Qur an dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada manusia. Gerakan keterampilan emosional yang diperkenalkan oleh Daniel Goleman adalah mengubah istilah pendidikan afektif secara terbalik, yaitu bukan menggunakan perasaan untuk mendidik, melainkan mendidik perasaan itu sendiri. Di sinilah pendidikan nilai memegang peranan penting karena mendidik perasaan manusia agar peka terhadap nilai-nilai akhlak yang luhur untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Internalisasi nilai-nilai akhlak memegang peranan penting dalam konteks kehidupan bersama karena salah satu tahap tingkah laku penyusuaian diri yang melahirkan gerak hati dalam bentuk tauhid, sabar, ikhlas dan sebagainya. Dengan terbentuknya kemampuan yang mendasar untuk mengambil dan bertingkah laku yang sesuai dengan norma dan sikap yang dikehendaki oleh agama dan masyarakat. Pembahasan nilai-nilai akhlak ini bersifat abstrak dan memerlukan pengalaman yang panjang untuk memahaminya, sehingga pendidik maupun peserta didik dituntut untuk mampu berpikir secara abstrak yang umumnya sulit dilaksanakan. Internalisasi nilai-nilai akhlak dapat 4

dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan pembiasaan, (Muhaimin: 2002). Di SMP IPIEMS Surabaya, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dimasukkan dalam rangka kurikulum sekolah. Mata pelajaran pendidikan agama islam diberikan. hal ini menunjukkan besarnya perhatian SMP IPIEMS Surabaya terhadap pendidikan agama. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), kegiatan pembelajaran peserta didik tidak hanya difokuskan untuk belajar di ruang kelas. Guru dan pihak sekolah yang lainnya selalu berusaha menjalin kerjasama demi meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran. Sehingga setelah lulus, para peserta didik tidak hanya menguasai ilmu-ilmu umum saja namun mampu menjadi insan yang mempunyai kualitas keimanan yang kuat serta komitmen selalu berperilaku terpuji dalam menjalani kehidupannya di zaman globalisasi yang penuh dengan tantangan dengan tetap berpegang teguh pada ajaran agamanya. Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas penulis melakukan suatu penelitian yaitu Internalisasi Nilai-nilai Akhlak dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP IPIEMS Surabaya dengan harapan materi ini tidak hanya terbatas pada pengetahuan kognitif saja, tetapi bisa menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan jiwa kepribadian seorang siswa, sehingga dapat terwujud menjadi sebuah karakter yang baik pada diri peserta didik dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan pada era globalisasi ini. 5

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum tentang akhlak siswa di SMP IPIEMS Surabaya? 2. Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran PAI pada siswa di SMP IPIEMS Surabaya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk Mendeskripsikan gambaran umum tentang akhlak siswa di SMP IPIEMS Surabaya. 2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa proses internalisasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran PAI di SMP IPIEMS Surabaya. D. Manfaat Penelitian Apabila tujuan tersebut telah tercapai, maka penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis, memberikan kontribusi ilmiah, khusususnya dalam rangka untuk memperkaya khazanah keilmuan pendidikan islam dan memberikan motivasi serta inspirasi positif bagi para peneliti, termasuk mahasiswa, untuk melakukan dan mengembangkan kajian dan penelitian serupa 6

2. Secara praktis, memberikan kontribusi bagi pengembangan dan perbaikan pelaksanaan nilai-nilai akhlak, khusunya melalui pembelajaran pendidikan agama islam, sehingga bisa terinternalisasi dalam diri peserta didik. E. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan pada skripsi-skripsi yang sebelumnya telah ada, ditemukan beberapa karya ilmiah (Skripsi) yang kebanyakan membahas tentang nilai-nilai agama islam, nilai akhlak, nilai pendidikan, namun penulis belum menemukan penelitian terhadap suatu nilai yang sama persis dengan penelitian yang akan penulis teliti. Namun penulis menemukan beberapa skripsi yang berkaitan dengan yang penulis teliti, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Tantry Padhmasari, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, tahun 2014, dengan judul Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam terhadap Tingkah laku Siswa melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Kerohanian Islam di SMAN Mojoagung 3. Inti dari penelitian tersebut adalah tentang nilai-nilai pendidikan agama islam yang diinternalisasikan kepada tingkah laku siswa melalui kegiatan ekstrakulikuler kerohanian islam di SMAN Mojoagung. Kemudian setelah itu skripsi yang ditulis oleh Ahmad Sholihin dengan judul Internalisasi Nilai-nilai Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Salafiyah desa Pajarakan Kulon, 3 Tantry Padhmasari, Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam terhadap Tingkah laku Siswa melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Kerohanian Islam di SMAN Mojoagung (Skripsi : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014). 7

kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo. 4 skripsi fakultas Tarbiyah, tahun 2010 IAIN Sunan Ampel Surabaya (sebelum menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya). Pada skripsi tersebut dibahas mengenai nilai-nilai agama islam yang diinternalisasikan ke dalam pembinaan akhlak pada mata pelajaran aqidah akhlak di MTs Salafiyah desa Pajarakan kulon, kecamatan Pajarakan, kabupaten Probolinggo. Berdasarkan skripsi-skripsi diatas, penulis jadikan sebagai pembanding bahwa skripsi yang berjudul Internalisasi Nilai-nilai Akhlak dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP IPIEMS Surabaya belum pernah dilaksanakan. F. Definisi Operasional Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black dan Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi makna pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan operasi atau kegiatan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut. 5 Untuk lebih jelas serta mempermudah pemahaman dan menghindari kesalahpahaman, maka peneliti akan menegaskan definisi operasional variabelvariabel penelitian ini sebagai berikut: 1. Internalisasi : Pendalaman, penghayatan, pengasingan 6 atau 4 Ahmad Sholihin, Internalisasi Nilai-nilai Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Salafiyah desa Pajarakan Kulon, kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, (Skripsi: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010) 5 James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, E.Koeswara, dkk, (Penerj.), (Bandung : Refika Aditama, 1999), Hal. 161. 8

penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan suatu keyakinan atau kesadaran akan kebenaran doktrin ataupun nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. 7 Atau juga sebuah proses menanamkan sesuatu, yakni proses pemasukan sesuatu nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas pengalaman. 2. Nilai : Standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatuhnya dijalankan dan diperhatikan. 8 5. Akhlak : Budi pekerti, tingkah laku, perangai 9 6. Pendidikan Agama Islam : Suatu usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran islam, atau upaya untuk mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt. Kepada manusia, upaya tersebut 6 Achmad Maulana, dkk. Kamus Ilmiah Populer lengkap, (Yogyakarta: Absolut, 2004), Hal. 175. 7 Dahlan, dkk, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Arloka, 1994), Hal. 267. 8 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, cet. III (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Hal. 17. 9 Ahmad Maulana, dkk. Ibid. Hal. 7. 9

dilakukan tanpa pamrih apapun kecuali untuk semata-mata beribadah kepada Allah Swt. 7. Sekolah Menengah Pertama (SMP) : Jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. 10 Jadi dari definisi operasional diatas, yang di maksud dengan judul Internalisasi Nilai-nilai Akhlak dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP IPIEMS Surabaya adalah sesuatu proses penanaman, penghayatan atau pendalaman nilai-nilai akhlak yang diterapkan ke dalam diri peserta didik, melalui pembelajaran pendidikan agama islam (PAI), supaya tercapai tujuan utama dari pendidikan Islam, khususnya di SMP IPIEMS Surabaya. 10 www.https://id.wikipedi.org/wiki/sekolah_menengah_pertama?_e_pi_=7%cpag_id10 %2C2054278393, diakses pada tanggal 23 November 2015 pukul 09.05. 10