MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan. Undang-Undang tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk

LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA PEMBELAJARAN YANG DILAKUKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

Sunardi, S.S., M.Pd. Alamat Jl. Borobudur Selatan III No. 10 Semarang Barat 50148

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berguna dan mandiri. Selain itu

Pengelompokkan model 1. Pengolahan Informasi 2. Interaksi Sosial atau Social Models 3. Personal atau Personal Models 4. Sistem Prilaku atau

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti model pembelajaran, hasil-hasil penelitian, produk-produk lulusan dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fakta, operasi, konsep, dan prinsip, (2) Berdasar pada perjanjian atau

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

I. PENDAHULUAN. mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, karena memang

SUDARYANTI NIM. A

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan. pembelajaran dan penilaian sikap spiritual pada kurikulum 2013 dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, di antaranya: pendidikan dan pelatihan guru, pengadaan sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Arus kemajuan zaman yang ditandai dengan semakin pesatnya ilmu

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

ANGKET UNTUK WAKIL KEPALA SEKOLAH KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia,

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan evaluatif melalui model Goal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Dr. Heru Kuswanto Pendahuluan Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus dan sistem penilaiannya berdasarkan standar nasional. Bagian yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi daerah untuk mengembangkan standar tersebut apabila dirasa kurang memadai, misalnya penambahan kompetensi dasar atau indikator pencapaian. Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan. Pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan Struktur Model Pembelajaran Seorang dosen, guru, instruktur, tutor maupun fasilitator harus menguasai berbagai strategi di dalam mengelola proses belajar mengajar. Banyak sekali sumber pustaka yang menyajikan kajian tentang metode-metode yang dapat digunakan oleh mereka. Salah satu dari strategi-strategi itu dikemukakan oleh Joyce dan Weil sebagai model-model pembelajaran. Mereka mengelompokkan jenis pembelajaran ini menjadi beberapa rumpun, yaitu rumpun sosial, rumpun proses informasi, rumpun personal dan rumpun sistem perilaku atau behavioral system. Dalam menyajikan model-model ini mereka membuat struktur sebagai berikut:

1. Syntax Syntax adalah urut-urutan kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir. Untuk rumpun yang berbeda diperlukan urut-urutan yang berbeda pula tergantung kepada karakteristik hasil belajar yang akan dicapai. Syntax menunjukkan penahapan kegiatan-kegiatan tersebut sehingga jelas harus memulai dari kegiatan apa. 2. Social system Social system menggambarkan peran-peran yang berbeda antara fasilitator dengan peserta program, serta pola-pola hubungan antara keduanya. Peran fasilitator, dosen atau guru berbeda pada tiap-tiap model. Adakalanya seorang dosen atau guru bertindak sebagai fasilitator adakalanya sebagai konselor, dan ada kalanya sebagai orang yang mengatur tugas-tugas, sedangkan di waktu lain ia bertindak sebagai sumber informasi. Peran-peran ini diletakkan diletakkan dalam struktur yang dari satu waktu ke waktu ataudari satu rumpun ke rumpun yang lain bersifat luwes, tergantung dari kecakapan maupun pribadi-pribadi para peserta. Untuk tujuan-tujuan yang bersifat kreatif, misalnya maka seorang fasilitator tidak terlalu banyak aktif tetapi lebih banyak menggali apa yang dapat dipikirkan, dan diinginkan peserta serta mengarahkannya. Boleh dikatakan kebebasan-kebebasan diperoleh oleh peserta tatkala suatu model bertujuan untuk membangun kreativitas. Akan tetapi bila kecakapan akademik yang diperlukan atau tuntutan dari belajar itu menghendaki seseorang melakukan latihan-latihan ketat, maka peran dosen, guru, fasilitator adalah mengawasi secara ketat dan memberikan umpan balik apakah yang dilakukan oleh peserta telah benar atau menyimpang. 3. Prinsip Reaksi yang dinamakan prinsip-prinsip reaksi atau principle of reaction yaitu cara bagaimana kita melihat peserta. Kadang-kadang kita memberi pengarahan yang agak ketat sehingga perilakunya dibentuk oleh dosen, guru, atau tutor tetapi di pihak lain dapat juga guru/dosen tersebut membiarkan aktivitas-aktivitas peserta berkembang dan kalaupun memberi komentar adalah komentar-komentar yang tidak bersifat evaluatif. 4. Sistem bantuan, atau support system Sistem bantuan yaitu hal-hal yang akan membantu tercapainya tujuan dengan menerapkan model tertentu. Jika kita menginginkan peserta untukbekerja mandiri 2

maka yang diperlukan adalah kejelasan tugas, kemudian para peserta dibiarkan untuk bereksplorasi mencari informasi-informasi dari sumber yang ada misalnya perpustakaan dan sumber-sumber belajar yang lain, dan membiarkan mereka bekerja sendiri. 5. Pengaruh-pengaruh Instruksional dan Pengaruh Ikutan Kedua pengaruh itu disebut sebagai instructional effect dan nurturent effect harus diperhitungkan. Dengan pengaruh instruksional, dimaksudkan sebagai pengaruhpengaruh yang langsung dari kegiatan pembelajaran sebagaimana yang diniatkan pada waktu merancang program. Sedangkan nurturent effect merupakan hasil sampingan dari kegiatan pembelajaran. Dengan memilih model pembelajaran tertentu apa pengaruh-pengaruh atau hasil yang akan dipetik secara langsung sebagai akibat dari proses tersebut. Misalnya siswa belajar menggeneralisasikan suatu prinsip setelah mengadakan pengamatan yang intensif terhadap sejumlah contoh-contoh baik dari alam sekitar maupun dari hubungan antar manusia di dalam masyarakat. Pengaruh langsungnya ialah bahwa mereka memperoleh informasi dan dapat menyimpulkan prinsip-prinsip umum dari persamaanpersamaan atas atas sejumlah gejala atau fenomena alam atau fenomena di masyarakat. Secara keilmuan mereka dapat melakukan penelitian dan memperoleh informasi langsung. Di samping itu ada pengaruh yang tidak langsung yang dinamakan nurturant effect seperti bahwa ia lebih teliti melakukan pengamatan, ia dapat memperoleh keterampilan bekerja sama dengan kawan-kawannya, dan memiliki kebiasaan untuk cermat. Sebagai contoh adalah dari suatu model pembelajaran yang mennggunakan latihan-latihan berhitung, di samping peserta memperoleh kecakapan menghitung ia juga dapat memperoleh kecakapan sampingan yaitu sifat teliti, dan kebiasaan untuk memeriksa ulang hasil pekerjaan. Contoh lain adalah jika penerapan model tersebut banyak menciptakan suasana kompetisi maka yang akan dihasilkan secara langsung adalah hasil yang tinggi. Tetapi, mungkin ada pengaruh-pengaruh yang negatif yaitu apabila sering dilakukan kegiatan-kegiatan untuk berkompetisi akan cencderung membentuk pribadi yang kurang dapat bergaul secara sosial sampai kepada yang paling dramatis yaitu orang bisa teralienasi dari pergaulan sosialnya. Dengan memperkirakan pengaruh-pengaruh positif dan negatif guru, dosen, atau fasilitator dapat berusaha untuk menciptakan keseimbangan-keseimbangan antara kompetisi dengan kerja sama, antara pendekatan-pendekatan yang sifatnya induktif dan deduktif, antara membangun disiplin dan kreativitas. 3

Berikut adalah ringkasan dari deskripsi tiap-tiap rumpun yang dekemukakan oleh Joyce dan Weil a. Rumpun Model Sosial Rumpun ini didasarkan kepada sifat-sifat sosial manusia yang mengambil bentuk mulai dari yang sangat sederhana yaitu proses mengatur siswa untuk bekerja bersama-sama secara demokratis untuk melakukan analisis terhadap masalahmasalah sosial dan nilai-nilai yang penting yang hidup di dalam suatu lingkungan. Bentuk kerja sama antar siswa misalnya, membantu satu sama lain di dalam memahami tugas-tugas sosial disampaikan kepada mereka. Manfaat dari model rumpun sosial ini adalah bahwa para peserta dapat bekerjasama memperoleh pengetahuan dan membentuk konsep-konsep serta membangun hipotesishipotesis. Dengan kerjasama secara positif, akan mempengaruhi perolehan hasil baik segi akademik maupun segi perkembangan sosial, dan mereka dapat membangun konsep diri khususnya pada dimensi menghargai kemampuan diri sendiri (self esteem). Bentuk-bentuk proses pembelajaran yang dapat dikategorisasikan sebagai rumpun sosial ini adalah penelitian kelompok dan role playing atau bermain peran khususnya unntuk mempelajari perilaku-perilaku sosial, dan nilai-nilai sosial yang hidup di dalam suatu lingkungan. Di samping itu ada yurisprudential inquiry, yaitu belajar memikirkan kebijakan-kebijakan sosial yang hidup di sekitarnya dan masalah-masalah yang muncul seperti misalnya kebijakan tentang pedagang-pedagang kaki lima bagaimana deskripsi kebijakannya, bagaimana praktek-praktek yang diamati dalam kehidupan seharihari, masalah-masalah yang ditimbulkan serta bagaimana untuk mengusulkan jalan keluar. b. Rumpun Proses Informasi Rumpun ini mengacu kepada bagaimana proses mencari informasi, mengatur atau mengorganisasikan informasi-informasi tersebut, membangun hipotesis dan menerapkan apa yang dipelajarinya itu dalam kegiatan-kegiatan yang lebih mandiri misalnya menulis karangan. Jurus lain adalah dengan menjelaskan kepada peserta secara langsung melalui ceramah bervariasi, misalnya melalui tugas membaca bahan-bahan, kemudian mereka menyusun konsep-konsep yang ditangkap dari ceramah dan sulber lain dalam bentuk esai. Termasuk ke dalam rumpun ini adalah berfikir secara induktif yaitu mengamati kejadian, mengumpulkan fakta-fakta, mengorganisasikan fakta menjadi informasi. Termasuk ke dalam kategori berfikir induktif adalah membuat klasifikasi dan 4

melakukan generalisasi. Dari kejadian yang khusus peserta diminta melakukan inferensi yaitu membuat kesimpulan yang bersifat umum, misalnya dari sampel perilaku anggauta arisan disimpulkan bagimana sifat kelompok anggauta arisan tersebut. Contoh lain adalah belajar konsep yaitu dengan mengamati karakteristik-karakteristik dari tiap-tiap kasus atau benda atau profesi apapun yang merupakan objek lalu mengenali dan mengklasifikasikan persamaanpersamaan sehingga ia dapat mengabstraksikan karakteristik-karakteristik tersebut dan membangun kesimpulan yang dinamakan konsep. Pada anak anak yang belajar tentang warna misalnya. Dari pengamatannya terhadap warna langit, baju sergam, tembok, crayon, ia dapat mengabstraksikan warna biru. c. Rumpun Personal Kelompok berikutnya adalah yang dinamakan rumpun yang bersifat personal yaitu bagaimana seorang fasilitator menggunakan teknik yang bersifat nondirektif atau tidak langsung, dengan menggali persepsi peserta mengenai dunia di sekitarnya. Tekanan dilakukan untuk membantu peserta memahami dirinya sendiri, apa yang dicita-citakannya, tanggungjawab yang harus dipikulnya dan arah hidupnya. Suasana yang diciptakan dalam model ini adalah suasana kesejajaran antara pebelajar dengan fasilitaor yang sama-sama dalam proses menjadi manusia. Fokus pembelajaran semacam ini adalah pada individu itu secara menyeluruh dan bukan terutama kepada aspek-aspek yang bersifat parsial. Di antara hal yang dikembangkan dalam model ini adalah konsep diri yaitu bagaimana gambaran tentang diri seseorang baik jasmani maupun rohaninya, serta kemampuan sosial, stabilitas emosi dan kemampuankemampuan lainnya. Diharapkan dengan konsep diri positif, seseoranng menjadai realistis keadaan dirinya. d. Rumpun Perilaku Rumpun yang keempat adalah rumpun perilaku yang dimotori oleh BF Skinner yang berakar pada aliran behaviorisme. Pada pendekatan ini tugas-tugas yang bersifat kompleks diurai menjadi tugas-tugas yang lebih spesifik sehingga dapat dikuasai oleh pebelajar. Termasuk ke dalam rumpun ini adalah belajar tuntas, belajar secara langsung atau direct instruction yang menekankan pada proses remedial atau perbaikan bagi mereka yang belum mencapai tingkat penguasaan; bagaimana seseorang mengubah pola-pola perilakunya dengan menggunakan prinsip-prinsip ganjaran dan hukuman, menggunakan umpan balik yang segera maupun yang ditangguhkan, dan mengarahkan pada pebelajar mandiri dengan 5

menggunakan pelajaran-pelajaran yang disusun secara terprogram dengan jawaban-jawaban peserta yang langsung memperoleh umpan bali (apakah menjadi kebenaran jawaban). Pelajaran terprogram merupakan ciri model ini. Dengan demikian, pebelajar dapat lebih mandiri untuk melatih kemampuankemampuannya dan memperoleh umpan balik yang melekat atau balikan yang tercantum pada bahan-bahan yang diajarkan. Dengan kata lain, manajemen proses belajar itu dapat berada pada tangan pebelajar sendiri. Namun, patut diperhatikan bahwa semua ini hanya dimungkinkan bila penyusun program memahami prinsip-prinsip belajar dengan memanfaatkan umpan balik serta koreksi. Penutup Guru tidaklah cukup hanya menggantungkan diri pada satu pendekatan atau metode pembelajaran. Model yang berbeda dapat digunakan secara bersama. Menguasai sepenuhnya model-model pengajaran yang banyak diterapkan merupakan proses belajar seumur hidup. Acuan A. Suhaenah Suparno, Membangun Kompetensi Belajar, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Jakarta 6