BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia

A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Latar belakang pengelolaan pendidikan multikultural terdiri dari (1) latar

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

tujuan, program pendidikan, kurikulum, satuan pendidikan strategi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan. negara (Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan generasi muda inilah melalui pemberian fondamen yang kuat yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003).

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

BAB VI PENUTUP. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai A) Kesimpulan; B) Implikasi; dan C) Saran.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk menjadi negara maju, bermartabat, dan sejahtera. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI BAHASA INDONESIA DALAM PENDIDIKAN. Yoga Yolanda Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

316 BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi antara guru dan siswa. Guru selalu mengedepankan akhlakul karimah untuk membangun sikap emosional, spritual dan sosial. Guru menjunjung tinggi harkat martabat dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sebagai bahan kajian dalam mengimlementasikan pendekatan humanis dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013 di SMA Negeri 1 Matauli Pandan ada bebrapa hal yang penting untuk dipedomani dan dijadikan referensi pendekatan tersebut. Untuk itu berikut dipaparkan hasil temuan penelitian ini dalam bentuk kesimpulan, sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Landasan pendekatan humanis dalam mengembangkan kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013 adalah: a. Landasan filosofis di mana pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini dan untuk membangun masa depan yang lebih baik. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan dapat diraih melalui pengembangan kurikulum. Hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar, memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi dan mengembangkan potensi. Peserta didik mampu berintelektual, berkomunikasi, bersikap sosial, peduli, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik.

317 Disimpulkan bahwa landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya. Kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan filosofi ini kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi peserta didik yang mempunyai kemampuan dalam berfikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat demokrasi yang lebih baik. Berdasarkan landasan filosofi kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013 adalah upaya mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, bernilai dari berbagai dimensi masyarakat, bangsa dan umat manusia. b. Landasan yuridis kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013 adalah memuat 1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 19, pasal 36,37 dan 38. 2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. 3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 4) Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia.

318 5) Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; 6) Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia. 7) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II. 8) Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 tentang Organisasi dan tata kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama. 9) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. 10) Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. 11) Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah 12) Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. 13) Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. 14) Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah 15) Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. 16) Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Sekolah/Madrasah.

319 17) Peraturan Menteri Agama Nomor: 090 tahun 2013 tentang penyelenggaraan Madrasah di lingkungan Kementerian Agama. c. Landasan sosiologis bertujuan menciptakan perubahan sosial yang positif dalam pengembangan kurikulum humanis. Kurikulum Pendidikan Agama Islam memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai tata nilai, pedoman, pembimbing dan pendorong atau penggerak untuk mencapai kualitas hidup yang lebih layak. d. Landasan empiris kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) 2013 mempunyai tempat yang sangat strategis pada semua jalur dari jenjang pendidikan persekolahan. Pendidikan Agama Islam merupakan bidang ajaran kajian yang sangat penting dan fundamental dalam pembentukan manusia secara utuh, yaitu manusia yang berkembang akalnya, berwawasan ilmu pengetahuan tinggi, cerdas dan terampil, berakhlak mulia berkepribadian, memiliki semangat kebangsaan dan kegotong royongan. e. Landasan struktur kerja, struktur kerja yang dihiasi dengan amar ma ruf nahyi munkar dihiasi akhlakul karimah, rasa syukur dan aqîdah yang kuat untuk mencapai kehidupan penuh kasih sayang, dihiasi dengan ilmu untuk kelangsungan hidup yang bermakna. Penelitian ini merekomendasikan perlunya landasan struktur kerja pendekatan humanis dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013 yaitu dengan memperhatikan pendekatan yang terencana dan insidensial baik dari pendidik ataupun siswa. f. Landasan organisatoris, mempunyai prinsip bebas dalam memilih tetap punya jati diri, sehingga termotivasi dan jeli dalam pengembangan diri dengan memadukan rasa dan fikir untuk mengevaluasi diri. 2. Konsep pendekatan humanis mengenai pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam memenuhi tuntutan kurikulum 2013 ialah menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti

320 langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Pendekatan pengembangan kurikulum humanis berpusat pada peserta didik dan mengutamakan perkembangan afektif peserta didik sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Pengembangan kurikulum 2013 berdasarkan konsep humanis adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif (sikap spiritual dan sosial). Pencapaian perwujudan ini ditempuh melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dijabarkan dalam kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). 3. Implementasi pendekatan humanis dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013 di SMA Negeri 1 Matauli Pandan ditemukan bahwa: a. Pemahaman guru PAI dalam mengimplementasikan pendekatan humanis dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013 mampu mengarahkan peserta didik memiliki kualitas hidup yang: 1) Mempunyai prinsip Man jadda wajada, jika sungguhsungguh pasti mendapat: 2) Mempunyai niat untuk mencapai tujuan. 3) Memiliki orientasi untuk maju: Sebesar kesungguhanmu sebesar itu pula keberuntunganmu. 4) Mempunyai kemauan untuk banyak belajar dari orang sukses 5) Mengisi kehidupan dengan bergaul bersama orang pintar, cerdas, pandai dan berakhlakul karimah. b. Merencanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2013 dengan menggunakan pendekatan humanis dapat mencapai tujuan di mana peserta didik mampu menyeimbangkan antara ikthiar bathiniah dengan ikhtiar lahiriah. Peserta didik dapat membekali diri dengan hal-hal yang terjadi di lingkungan masyarakat.

321 c. Melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan pendekatan humanis, ditemukan bahwa peserta didik mempunyai kemampuan memimpin, kemampuan menghargai sesama dan kemampuan berbuat baik terhadap setiap orang. Ditemukan pula bahwa peserta didik semakin mencari dan mau berbuat dan berusaha. d. Mengevaluasi pendekatan humanis dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013, dilakukan dengan cara melakukan penilaian secara komprehensif dan berkesinambungan serta mengedepankan rasa kemandirian dari masing-masing peserta didik. Pendekatan humanis yang dirasakan adalah bahwa peserta didik merindukan pendidik, demikian juga pendidik sangat mengharapkan kehadiran peserta didik dalam menggali ilmu secara bersama-sama. Dari setiap implementasi pendekatan humanis dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam 2013 di SMA Negeri 1 Matauli Pandan tersebut merujuk kepada 5 bentuk prinsip pendekatan humanis dalam tujuan, materi dan evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu: a. Prinsip pendekatan humanis peserta didik bebas memilih mata pelajaran. b. Prinsip pendekatan humanis membangkitkan minat belajar c. Prinsip pendekatan humanis peserta didik mengevaluasi diri d. Prinsip pendekatan humanis keterpaduan rasa dan pikir e. Prinsip pendekatan humanis adalah kenyamanan belajar peserta didik. Pendekatan humanis menjadikan pembelajaran sebagai wadah dalam mengembangkan kemampuan dan kepedulian. Setiap aktivitas dalam pembelajaran merupakan fasilitator dalam memahami setiap individu. Adanya saling memahami terhadap kebutuhan peserta didik menjadikan pembelajaran berproses secara efektif. Pendidik

322 mengetahui potensi dasar yang dimiliki peserta didik sehingga mudah untuk mengembangkan bakatnya. Potensi dasar peserta didik dapat dijadikan ajang pengembangan bakat sehingga pendidik berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Guru mengarahkan kemampuan peserta didik dengan pendekatan-pendekatan humanis baik dengan cara membangun interaksi yang harmonis antara peserta didik dan pendidik. Adanya saling kepedulian terjalinlah komunikasi yang utuh sehingga tercapai keterbukaan dan sikap demokrasi yang terpimpin. B. Saran-Saran Banyak hal yang ingin disampaikan dalam rangka memperbaiki dan memberikan nilai terbaik pada pendidikan khususnya kurikulum. Berdasarkan temuan penelitian, peneliti menyarankan kepada: a. Pemerintah, dalam hal ini yang memiliki kebijakan dalam mengembangkan kurikulum. Berdasarkan landasan-landasan pendekatan humanis dalam mengembangkan kurikulum diharapkan pemerintah merujuk landasan-landasan filosofis, yuridis, sosiologis, empiris, struktur kerja dan organisatoris. Pemerintah berupaya menjadikan peserta didik menjadi peserta didik yang sesuai dengan budaya dan kemajuan bangsa yang lebih baik. Pemerintah dapat memberikan peluang kepada peserta didik yang berhasil dalam mencapai nilai spritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan berupa wadah ataupun lembaga yang melatih dan membimbingnya dan memformatnya menjadi pemikir bangsa. Pemerintah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan segala potensi yang ada yang berkaitan dengan nilai-nilai dan kecakapan hidup sehingga dapat mengembangkan diri sesuai dengan konsep humanis yaitu memanusiakan manusia melalui forum-forum ilmiah yang mempunyai lisensi yang layak dari pemerintah. Pemerintah memberikan kesempatan kepada semua warga pendidikan agar memperhatikan masalah-masalah global dan juga masalah-masalah yang berkenaan dengan kemajuan moral peserta didik dengan bantuan

323 penelusuran kaedah-kaedah sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan nilai akademis dan humanis melalui penjaminan mutu lembaga pendidikan. Pemerintah dapat membuat program di setiap lembaga pendidikan dengan nama Program Potensi Diri. b. Kementerian Pendidikan Nasional sebagai lembaga pemerintah hendaknya memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk melaksanakan dan mengembangkan nilai-nilai moral yang berkenaan dengan kemampuan dasar dan kemampuan afektif psikomotorik melalui pelatihan-pelatihan dan bimbingan-bimbingan ritual, spritual sehingga peserta didik mempunyai nilai humanis yang mapan. c. Kementerian Agama sebagai lembaga pemerintah yang menangani masalah-masalah pendidikan dan agama supaya memberikan penghargaan kepada pendidik yang berhasil mengembangkan potensi peserta didik melalui promosi jabatan, insentif yang produktif, pengembangan karir serta selalu diikutsertakan dalam setiap memajukan program-program pendidikan. d. Lembaga pendidik, baik sekolah dan madrasah mulai dari jenjang dasar/ibtidaiyah hingga menengah atas/aliyah dapat dijadikan sebagai lembaga dalam mengorganisir kerja para pendidik yang mampu melakukan pendekatan-pendekatan humanis. Sekolah dijadikan sebagai media dan wadah untuk mengkaji nilai-nilai humanis dan akademik. Sekolah dijadikan sebagai organisasi formal yang mewadahi pelaksanaan pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan humanis. Sebab dari hasil temuan, sekolah dengan segala disiplin dan aturan dapat menjadikan warga didiknya taat terhadap aturan dan azas yang berlaku di sekolah tersebut. e. Pendidik, agar bersedia dan berkualitas serta propesionalitas dalam rangka memberikan pendekatan-pendekatan humanis baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Di dalam kelas pendidik supaya mengembangkan materi pelajaran yang mencerminkan nilai-nilai humanis. Pendidik membuat format rancangan pembelajaran yang

324 isinya bahwa peserta didik mempunyai tempat utama dalam pembelajaran. Di lingkungan pendidikan, pendidik selayaknya menjadi panutan dan membawa nilai-nilai humanis dalam setiap sikap, perilaku. f. Peneliti lain, hasil penelitian ini cenderung menemukan landasanlandasan dan konsep. Peneliti mengharapkan kiranya untuk lebih menemukan betapa luhurnya pendekatan humanis supaya dikaji lebih mendalam lagi. Peneliti lain dapat menelusuri di lembaga pendidikan tentang implementasi pendekatan humanis. Peneliti lain kiranya dapat meneliti tentang pendekatan humanis dalam setiap ranah keilmuan yang bersifat behaviour.