KEKUATAN LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON DAN BATA RINGAN TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI TINGGI BATA RINGAN PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

dokumen-dokumen yang mirip
KEKUATAN LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON DAN BATA RINGAN TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI MUTU BETON PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

INTERAKSI KEKUATAN LENTUR DAN BERAT VOLUME PELAT BETON RINGAN TUMPUAN SEDERHANA BERTULANGAN BAMBU PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

PERBANDINGAN KUAT LENTUR SATU ARAH PELAT BETON TULANGAN BAMBU DENGAN PELAT BETON TULANGAN BAMBU ISI STYROFOAM PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

PENGARUH BESAR DAN POSISI BEBAN TERHADAP MOMEN, DEFLEKSI DAN REGANGAN PADA BALOK MELINTANG JEMBATAN KOMPOSIT BAMBU

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

INTERAKSI KEKUATAN LENTUR DAN BERAT VOLUME PELAT BETON RINGAN TUMPUAN TERKEKANG BERTULANGAN BAMBU PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAMBU TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANG BAMBU DENGAN AGREGAT KASAR BATU PUMICE PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

ABSTRAK. Kata kunci: Tulangan Bambu Pilin, Tulangan Baja, Peningkatan Rasio Tulangan, Kuat Lentur, Pola Retak. ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

PENGARUH PEMAKAIAN KLEM SELANG TERHADAP BEBAN MAKSIMUM PADA SAMBUNGAN BALOK-KOLOM BETON BERTULANGAN BAMBU NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

UJI CABUT TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI JARAK KAIT DARI KLEM SELANG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

PENGARUH JENIS KAIT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN PENGAIT PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

ANALISIS KUAT GESER STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG HOLLOW CORE PADA TENGAH PENAMPANG BALOK NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGUJIAN GESER PANEL KOMPOSIT LAPIS ANYAMAN BAMBU MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI BAHAN AGREGAT DENGAN VARIASI JARAK SHEAR CONNECTOR

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

PONDASI PRACETAK BAMBU KOMPOSIT

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

Kajian Eksperimental Perilaku Lentur dan Geser Balok Sandwich Beton

STUDI EKSPERIMENTAL MOMEN BATAS PADA PELAT BERUSUK AKIBAT PEMBEBANAN MERATA

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

PENGARUH VARIASI UKURAN TULANGAN DAN PENGGUNAAN KLEM SELANG TERHADAP KUAT CABUT TULANGAN BAMBU

Jhohan Ardiyansyah, et al.penentuan Lendutan Pelat Beton Bertulang Bambu dan Baja...

RESPON SAMBUNGAN GROUTING PADA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU TERHADAP VARIASI BEBAN VERTIKAL SIMETRIS DAN HORIZONTAL NASKAH PUBLIKASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

KUAT LENTUR BALOK TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 15 CM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

PENGARUH POLA TULANGAN GESER BAMBU PADA PENGUJIAN GESER-LENTUR BALOK NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KAPASITAS KUAT LENTUR PADA BALOK TULANGAN BAMBU PILIN DENGAN KULIT DAN TANPA KULIT

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUJIAN BEBAN SIKLIK KOLOM PERSEGI BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PEN-BINDER DAN FRP ABSTRAK

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

KEGAGALAN STRUKTUR DAN PENANGANANNYA

PENGARUH LAMA WAKTU PENGECORAN PADA BALOK LAPIS KOMPOSIT BETON BERTULANG TERHADAP AKSI KOMPOSIT, KAPASITAS LENTUR DAN DEFLEKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA RETAK DAN LEBAR RETAK DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

STUDI PERILAKU MEKANIK BETON RINGAN TERHADAP KUAT GESER BALOK

PENGARUH PENGGUNAAN PENGEKANG (BRACING) PADA DINDING PASANGAN BATU BATA TERHADAP RESPON GEMPA

ANALISIS LENTUR DAN GESER BALOK PRACETAK DENGAN TULANGAN SENGKANG KHUSUS ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU YANG TERKANG PADA JALUR TEKANNYA

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN BAJA TULANGAN YANG DIPASANG MENYILANG PASCA BAKAR NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Perilaku Lentur Balok Beton Bertulang Tampang T Menggunakan. Response-2000

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PENGARUH MUTU BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT SKRIPSI TEKNIK SIPIL

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM

ANALISIS DAN PENGUJIAN PERILAKU DARI VARIASI LUBANG PADA BATANG ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PENAMPANG PERSEGI TERHADAP BEBAN LENTUR

PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA)

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DISISI DALAM

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

PENGARUH RASIO TULANGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT. Ronny Setiawan, Sri Murni Dewi, Eva Arifi

PERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN

III. METODE PENELITIAN

Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan

Transkripsi:

KEKUATAN LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON DAN BATA RINGAN TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI TINGGI BATA RINGAN PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik LEMBAR JUDUL FERRY SINGGIH PRASETYO NIM. 1060100111076 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2016

KEKUATAN LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON DAN BATA RINGAN TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI TINGGI BATA RINGAN Ferry Singgih Prasetyo, Sri Murni Dewi, Roland Martin Simatupang Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono No. 167, Malang, 65145, Indonesia - Telp. : (0341) 567710, 587711 E-mail: ferrysinggieh@gmail.com ABSTRAK Teknologi beton ringan sangat dibutuhkan dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama pada gedung-gedung pencakar langit yang menghendaki berat sendiri yang kecil guna meminimalkan daya impact akibat beban gempa. Penelitian kemudian didesain dengan dua variable tinggi bata ringan yaitu 6,5 cm dan 8,5 cm, serta dengan mutu beton rencana MPa. uji memiliki dimensi 200 x 16 x 20 cm, sedangkan bata ringan yang digunakan memiliki dimensi 50 x 8 x 8,5 cm. Dalam proses pengujian, balok diletakkan di atas dua tumpuan sederhana dengan beban terpusat dibagi menjadi dua titik ntuk mendapatkan kapasitas lentur murni. Dial gauge diletakkan di kedua sisi untuk mengetahui lendutan yang terjadi. Berdasarkan pengujian diperoleh tinggi bata ringan 8,5 cm memiliki berat volume yang lebih kecil dibandingkan balok komposit dengan tinggi 6,5 cm. Balok komposit dengan tinggi bata ringan 6,5 cm mampu menahan beban 2476 kg, sedangkan balok komposit dengan tinggi bata ringan 8,5 cm mampu menahan beban 37 kg. Dengan menggunakan metode conjugate beam dan mengambil beban pada saat kondisi elastis, maka didapatkan tinggi bata ringan 6,5 cm memiliki lenduta 0,858 mm dan tinggi bata ringan 8,5 cm memiliki lendutan 0,972 mm. Balok komposit dengan tinggi bata ringan 6,5 cm, memiliki kekakuan 519,23 kg/mm sedangkan balok komposit dengan tinggi bata ringan 8,5 cm memiliki kekakuan 605,23 kg/mm. Sedangkan berdasarkan pengamatan pola retak, tidak ada pengaruh yang signifikan akibat variasi tinggi bata ringan. Kata kunci: balok, komposit, bata ringan, kuat lentur. ABSTRACT Lightweight concrete technology is needed in infrastructure development in Indonesia, especially in skyscraper buildings that require minimum weight to minimize the impact due to earthquake load. Early research was designed with two variables light brick with high of 6.5 cm and 8.5 cm, and the quality of concrete plan of MPa. The test object has a dimension of 200 x 16 x 20 cm, while the lightweight brick has dimensions of 50 x 8 x 8.5 cm. In the process of testing, beam laid on two simple support with the concentrate load which divided into two points to get pure bending capacity. Dial gauge placed on both sides to get the deflection occurs. Based on the obtained test, the lightweight brick with height of 8.5 cm has smaller weight volume than the composite beam with height of 6.5 cm. Composite beam with a 6.5 cm high lightweight brick can support the weight 2476 kg, while the composite beam with a 8.5 cm high lightweight brick can support the weight 37 kg. By using conjugate beam method and take the load at the elastic condition, then obtained that 6.5 cm high lightweight brick has deflection of 0.858 mm and a height of 8.5 cm lightweight brick has deflection of 0,972 mm. Composite beams with lightweight brick 6,5 cm high, has stiffness of 519.23 kg/mm, whereas composite beams with a height of 8.5 cm lightweight brick has stiffness of 605.23 kg/mm. While based on the observation of crack patterns, there was no significant effect due to high variations in lightweight brick. Keywords: beams, composite, lightweight brick, flexural strength.

I. PENDAHULUAN Efisiensi kinerja di bidang konstruksi, perencanaan bangunan memperhatikan aspek gempa, serta inovasi beton komposit, yang menjadi landasan ide akan balok beton komposit bata ringan dengan tulangan bambu sebagai alternatif beton bertulang. Namun beberapa aspek teknis masih perlu dikaji secara berkelanjutan guna menginterpretasi karakteristik teknis yang sebenarnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Balok Komposit Balok didefinisikan sebagai elemen struktur portal dengan bentang arah horizontal. Beban yang bekerja pada balok berupa beban lentur, geser, dan torsi. (Asroni, 2010). Prinsip komposit adalah dengan memperhitungkan karakteristik dari elemen-elemen penyusunnya yang berbeda menjadi satu, sehingga ketika menahan beban menghasilkan perilaku yang sama. Salah satu karakteristiknya adalah modulus elastisitas yang berbeda, yang kemudian diekuivalenkan dengan persamaan berikut: Sehingga diperoleh luas penampang komposit: ( ) 2.2 Beton Ringan Beton ringan total adalah beton yang agregat halusnya bukan pasir alami, sedangkan beton ringan berpasir adalah beton ringan yang agregat halusnya dari pasir alami. Beton ringan struktur adalah beton yang mempunyai berat isi kering maksimum sebesar 1900 kg/m 3, dan diperoleh dengan menggantikan agregat normal dengan agregat ringan yang mempunyai berat isi kering gembur maksimum 1100 kg/m 3. (SNI,1991). Campuran beton ringan hampir sama dengan beton pada umumnya, hanya komposisinya saja yang berbeda. Selain itu, beton ringan juga tetap perlu memperhatikan nilai FAS, slump, dan mutunya. 2.3 Bata Ringan Bata beton ringan adalah bata yang memiliki berat yang jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan batu bata pada umumnya. Bata beton ringan ini cukup ringan, halus,dan memiliki tingkat kerataan yang baik. Bata beton ringan dibuat untuk mengurangi beban struktur, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisir sisa material saat proses pemasangan dinding. Pada umumnya berat bata beton ringan berkisar antara 600-1600 kg/m 3. Dalam penelitian ini, bata beton ringan yang kami gunakan memiliki berat isi sekitar 800 kg/m 3. Menurut SNI 03-3449- 13. 2.4 Bambu Bambu memiliki kekuatan yang bervariasi pada setiap bagiannya. Tegangan terendah terjadi pada bagian pangkal, dan tegangan tertinggi pada bagian ujung (Duff, 1941). Bambu juga memiliki kelemahan terhadap serangan serangga, namun hal ini dapat diatasi dengan pengawetan, misalnya dengan merendam bambu dalam air (Ghavami, 2004). Selain itu bambu juga mempunyai sifat kembang susut, bambu akan mekar jika menyerap air dan susut kembali jika mengering. Untuk itulah diperlukan lapisan kedap air yang dapat berupa melamin, sikadur, cat, atau vernis. Pada penelitian ini lapisan kedap air yang digunakan pada bambu adalah cat, dengan pertimbangan daya lekat yang baik, mudah dalam mengaplikasikan, dapat menutup permukaan dengan baik, dapat membentuk kohesif film (bagian cat yang menempel) dan tahan terhadap cuaca. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Morisco (1999) diperoleh kuat batas dan tegangan ijin bambu sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.3. 2

Tabel 2.3 Tegangan Batas dan Tegangan Ijin Bambu. Macam Tegangan Kuat Batas ( kg/m 2 ) Tegangan Ijin ( kg/m 2 ) Tarik 981-3920 294,2 Lentur 686 2940 98,07 Tekan 245 981 78,45 E Tarik 98070-294200 196100 Selain itu, juga memperhatikan kuat lekat tulangan yang dihitung berdasarkan uji tegangan pull out. Dalam penelitian yang dilakukan The United States Naval Civil Engineering Laboratory (1966, 2000), persentase minimum tulangan bambu adalah 3%-4% untuk menghasilkan nilai beban optimum. Dalam penelitian ini digunakan jenis Bambu Petung (Dendroculumus asper) yang memiliki karakteristik sebagai berikut: No Sifat Fisik & Mekanik satuan Bambu petung 1 Kadar Air % 12,5 2 Berat Jenis gr/cc 0,63 3 MOE kg/cm² 166703 4 MOR kg/cm² 1490 5 Tekan Sejajar Serat kg/cm² 321,5 6 Tarik Sejajar Serat kg/cm² 1664 7 8 Poison Ratio Longitudinal Radial Poison Ratio Longitudinal Tangensial 0,189 0,2 2.5 Sengkang Sengkang pada penelitian balok beton komposit ini menggunakan tulangan baja yang berfungsi mengurangi bahaya pecah beton yang mempengaruhi daktilitasnya. Perencanaan sengkang yang relatif rapat dapat memperbaiki sifat beton, karena memberikan pengekangan yang lebih baik. (Nurlina, 2008). 2.6 Kapasitas Balok Kapasitas balok diinterpretasikan berdasarkan nilai momen lentur nominal yang dianalisis dengan persamaan berikut sebagaimana diilustrasikan dengan gambar di atas: Gaya horizontal 0; C T 0 ' 0.85 f ab A M n c s f y c As f y 0, sehingga a ' 0.85 f b a A s f y Ta d As f yd 1 ' 2 1.70 f cbd A s Jika, sebagai rasio tulangan tarik, maka M bd s n c f 2 bd 1 0.59 f 2.7 Defleksi Balok Analisis defleksi balok beton komposit dalam penelitian ini dapat mengikuti persamaan berikut: III. METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian 1. Persiapan 3 buah benda uji balok beton yang memiliki tinggi bata ringan 6,5 cm dengan ukuran balok 200x20x16 cm, dimensi penampang tulangan bambu 2x1x194 cm, dan dimensi bata ringan 50x10x10 cm. 2. Persiapan 3 buah benda uji balok beton yang memiliki tinggi bata ringan 8 cm dengan ukuran balok 200x20x16 cm, dimensi penampang tulangan bambu 2x1x194 cm, dan dimensi bata ringan 50x10x10cm. 3. Pembuatan bekisting y ' c 3

4. Pengecoran benda uji balok 5. Pengambilan sampel silinder beton berukuran 5 cm sejumlah 3 buah pada masing-masing pengecoran. 6. Perawatan benda uji selama hari dengan cara disiram dan ditutup karung basah. 7. Pengujian kuat tekan beton dari sampel beton setelah berumur hari. 8. Pengujian balok beton yang berusia hari dilakukan dengan beban statik vertikal hingga mencapai beban maksimum aktual. 9. Rekap dan analisis data 3.2 Variabel Penelitian Terdapat hubungan antara variabel A dan B. Variabel B adalah variabel terikat (dependent) dan variabel A adalah variabel bebas (antecedent). Variabel penelitian yang diukur dalam penelitian ini adalah: a. Variabel bebas (antecedent) Jenis benda uji terdiri dari 2 jenis, yaitu balok beton komposit bata ringan tulangan bambu yang memiliki tinggi bata ringan 6,5 cm dan balok beton komposit bata ringan tulangan bambu yang memiliki tinggi bata ringan 8 cm. b. Variabel terikat (dependent) Besar beban Nilai lendutan 3.3 uji berupa balok beton komposit bata ringan tulangan bambu dengan mutu beton yang berbeda yang memiliki tinggi bata ringan 6,5 dan 8 cm. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu petung dan bata ringan yang digunakan adalah bata ringan yang ada di pasaran. Dimensi tulangan bambu 2x1 cm dengan panjang 194 cm. Beton dicor secara konvensional dengan campuran semen, pasir, dan batu pecah 0,5 cm. 3.4 Setting Up Setting up untuk pengujian balok beton komposit dilakukan setelah curing selama hari dan telah berumur hari. Sebelum pengujian dilakukan dilakukan kalibrasi terhadap skala pembacaan beban. uji diberikan beban hingga mencapai keruntuhan, kemudian dilakukan pengambilan data meliputi besar beban, nilai lendutan, dan dimensi balok komposit. 3.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah: 1. Balok komposit tulangan bambu dengan bata ringan sebagai pengisi agregat di daerah tarik mempunyai momen kapasitas lebih besar apabila tinggi bata ringan semakin rendah. 2. Balok komposit tulangan bambu dengan bata ringan sebagai pengisi agregat di daerah tarik mempunyai nilai berat volume lebih besar apabila tinggi bata ringan semakin rendah. 3. Balok komposit tulangan bambu dengan bata ringan sebagai pengisi agregat di daerah tarik mempunyai 4

lendutan yang lebih besar apabila tinggi bata ringan semakin tinggi. 4. Balok komposit tulangan bambu dengan bata ringan sebagai pengisi agregat di daerah tarik mempunyai kekakuan yang lebih besar apabila tinggi bata ringan semakin rendah. 5. Balok komposit tulangan bambu dengan bata ringan sebagai pengisi agregat di daerah tarik mempunyai pola retak lebih banyak apabila tinggi bata ringan semakin tinggi. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Komponen Penyusun Balok Slump Test slump dilakukan untuk mengetahui tingkat kelecakan beton, yang diperoleh dari besarnya penurunan beton segar yang telah dikeluarkan dari dalam cetakan. Hasil pengujian menunjukkan nilai slump sebesar 100 mm yang masih memenuhi target yaitu 90 mm. Resapan Air Terhadap Bambu Hasil pengujian mengindikasikan bahwa tinta tidak meresap ke dalam tulangan bambu yang direndam selama 3 hari, hal ini membuktikan lapisan cat dan taburan pasir mampu mengurangi sifat higroskopis bambu yang mencegah air meresap. Lekatan Bata Ringan Tehadap Beton Hasil percobaan menunjukkan bahwa terjadi lekatan antara beton dan bata ringan. Hal tersebut dikarenakan agregat penyusun bata ringan dan beton adalah sama. Pengujian Kuat Tekan Beton Pengujian kuat tekan beton digunakan 6 buah silinder dengan vasiasi mutu beton rencana 15 MPa dan MPa. Berikut adalah hasil pengujian kuat tekan beton. Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Mutu 15 MPa No Nama Luas Penampang (cm²) Beban Maksimum Kuat Tekan (kg/cm²) (fci-fcm)² kn kg hari (fci) kg/cm² 1 A1 176.715 472 47200 267.097 1599.132 2 B1 176.715 614 61400 347.453 1629.447 3 C1 176.715 542 54200 306.709 0.142 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Mutu MPa No Nama Luas Penampang (cm²) Jumlah 921.260 32.722 fc'm 307.087 SD 40.179 f'c (kg/cm²) 241.193 f'c (Mpa) 24.119 Beban Maksimum Kuat Tekan (kg/cm²) (fci-fcm)² kn kg hari (fci) kg/cm² 1 A2 176.715 576 57600 3.949 3463.553 2 B2 176.715 679 67900 384.235 0.320 3 C2 176.715 785 78500 444.219 3530.480 Jumlah 1154.404 6994.354 fc'm 384.801 SD 59.137 f'c (kg/cm²) 7.817 f'c (Mpa).782 Hasil uji tekan beton menunjukkan nilai rata-rata 24,119 MPa untuk mutu beton rencana 15 MPa. Sedangkan mutu beton rencana Mpa diperoleh mutu beton rata-rata sebesar,782 MPa. 4.2. Analisis Beban Maksimum (Pu) Balok diasumsikan memiliki tumpuan sendi-rol yang kemudian diberi beban vertikal yang terbagi pada 2 titik, yang dimaksudkan untuk memperoleh nilai kuat lentur murni tanpa adanya kegagalan geser pada balok komposit. 5

Analisis Beban Vertikal Maksimum Teoritis Berdasarkan analisis teoritis menggunakan prinsip keseimbangan gaya diperoleh beban vertikal maksimum sebesar 2079,068 kg. Analisis Beban Vertikal Maksimum Pengujian dilakukan pada saat umur beton mencapai hari yang kemudian diperoleh data berikut: Tabel 4.3 Perbandingan antara Beban Maksimum dengan Teoritis A-85 1750 B-85 2718 C-85 2700 D-85 00 E-85 2990 F-85 2200 A-65 3600 B-65 04 C-65 1730 D-65 1850 E-65 1600 F-65 3638 P maks (kg) Rata-Rata 2476 Teoritis 2079.068 KR % 16.042 37 18.050 Berdasarkan table di atas diperoleh bahwa balok komposit dengan bata ringan lebih tinggi mampu menahan beban vertikal maksimum yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan bata ringan yang lebih kecil memiliki kekakuan yang lebih besar. Berdasarkan hasil pengujian aktual dan teoritis didapatkan kesalahan relatif 16,042 %. Beberapa dugaan yang menyebabkan perbedaan antara analisis teoritis dan hasil pengujian di antaranya: lekatan antara bambu dan beton yang lebih kuat dari data sekunder yang digunakan, yakni 0,41 MPa. Semakin kasar permukaan bambu, maka koefisien kekasaran bambu akan semakin besar yang berakibat pada peningkatan tegangan slip bambu tersebut. 4.3. Berat Volume Balok Komposit Berat Volume Teoritis Salah satu parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah berat volume balok komposit yang ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 4.4 Berat Volume Teoritis Bata Ringan 6,5 cm bata Bahan Berat volume (kg/m³) dimensi (cm) lebar tinggi Panjang Tabel 4.5 Berat Volume Teoritis Bata Ringan 8,5 cm Berat Volume Tabel 4.6 Perbandingan Berat Volume dan Teoritis Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui rata-rata berat volume balok komposit tidak berbeda jauh antara perhitungan teoritis dan pengujian aktual. Mutu beton yang lebih kecil akan memiliki berat volume yang lebih kecil. Sedangkan tinggi bata ringan yang lebih besar akan memiliki berat volume yang lebih kecil. Hal ini disebabkan beton memiliki berat isi yang lebih besar dibandingkan bambu dan bata ringan. Namun selisih yang didapatkan antara mutu beton dan tinggi bata ringan tidak terlalu besar yakni sebesar 0,361% 2,043% n Volume Berat ringan 583.33 0.08 0.065 0.5 3 0.0078 4.55 Bambu 1000 0.02 0.01 2 4 0.0016 1.6 Beton 2197.52 0.16 0.2 2 1 0.0546 119.984 Baja 6 mm 0.22 0.54 11 5.94 1.319 Bahan Berat/volume (kg/m³) dimensi (cm) lebar tinggi Panjang n (kg) Total (kg) 127.45 Berat volume (Kg/m³) 1991.45 Volume Berat bata ringan 583.33 0.08 0.085 0.5 3 0.0102 5.95 Bambu 1000 0.02 0.01 2 4 0.0016 1.6 Beton 2197.52 0.16 0.2 2 1 0.0522 114.710 Baja 6 mm 0.222 0.54 11 5.94 1.319 Tinggi Bata Ringan (cm) 8.5 6.5 A-85 1957.764 B-85 1962.052 C-85 1959.176 D-85 2049.549 E-85 1908.365 F-85 1998.077 A-65 1997.831 B-65 2000.236 C-65 1956.171 D-65 2045.023 E-65 1967.262 F-65 1946.970 Berat Volume (kg/m 3 ) Rata-rata (kg) Total (kg) 123.58 Berat volume (Kg/m³) 1930.92 Teoritis KR % 1972.497 1932.205 2.0427 1985.582 1992.796 0.36199 6

4.4. Analisis Kekakuan Balok Komposit Perhitungan Lendutan Dalam perhitungan lendutan dengan menggunakan metode conjugate beam dan pada beban kondisi elastis 500 kg, dihasilkan lendutan sebesar 0,291 mm untuk balok komposit dengan tinggi bata ringan 6,5 cm maupun 8,5 cm. Perbandingan nilai lendutan teoritis dan aktual untuk variasi tinggi bata ringan dapat dilihat dari tabel berikut:. Tabel 4.7 Perbandingan Nilai Lendutan Teoritis dan Tinggi Bata Ringan (cm) 8.5 6.5 A-85 1.085 B-85 0.86 C-85 0.97 D-85 0.320 E-85 0.0 F-85 0.950 A-65 0.64 B-65 0.995 C-65 0.94 D-65 0.760 E-65 0.720 F-65 0.470 Lendutan (mm) Rata-rata Teoritis KR % 0,739 0,291 60,69 0,754 0,291 61,40 Dari tabel di atas terlihat perbedaan lendutan teoritis dan actual yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan besar E teoritis dan aktual yang berbeda. Juga dikarenakan material balok terdiri dari berbagai macam bahan, sehingga lekatan antar material kurang homogen. Beton sebagai material penyusun utama dari balok memiliki modulus elastisitas yang berbeda tergantung mutu dan kepadatannya, sehingga menyebakan hasil perhitungan lendutan yang berbeda pula. Nilai perbandingan antara kekakuan teoritis dan aktual dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Perbandingan Nilai Kekakuan Teoritis dan Tinggi Bata Ringan (cm) 8.5 Kekakuan (kg/mm) A-85 460.83 B-85 581.40 C-85 515.46 D-85 1562.50 E-85 2000.00 F-85 526.32 6.5 A-65 781. B-65 502.51 C-65 531.91 D-65 657.89 E-65 694.44 F-65 1063.83 Ratarata Teoritis KR (%) 941,085 1718,213 45,22 705,31 1718,213 58,95 Kekakuan teoritis lebih besar dibandingkan kekakuan aktual. Hal tersebut dikarenakan balok komposit terdiri dari beton, bata ringan, bambu dan baja yang memiliki karakteristik berbedabeda. Padahal pada perhitungan teoritis dianggap sebagai satu kesatuan yang monolit. Perhitungan Kekakuan Balok Nilai kekakuan dapat diperoleh dari rasio nilai beban (P) pada kondisi elastis dan lendutannya ( ). Secara teoritis diperoleh kekakuan balok beton komposit sebesar 1718,213 kg/mm. 7

Perbandingan Pola Retak dan Beban Vertikal Maksimum Tabel 4.9 Tipe Pola Retak dan Beban Maksimum pada Tinggi Bata Ringan 6,5 cm. Pola Retak Tabel 4.9 Tipe Pola Retak dan Beban Maksimum pada Tinggi Bata Ringan 8,5 cm. Dari tabel tersebut terlihat mayoritas balok mengalami retak geser yang disebabkan tinggi bata ringan yang lebih tinggi, sehingga terjadi reduksi yang cukup besar karena tinggi efektif balok akan berkurang sehingga besar kapasitas geser pun akan berkurang. Kekasaran bambu juga sangat berpengaruh terhadap tipe keruntuhan yang terjadi. Semakin kasar permukaan bambu maka slip akan terjadi secara countinue sehingga pola retak akan Tipe P maks 34 16 16 A1-65 B 3600 42 20 24 42 30 B1-65 17 20 A 04 29 19 C1-65 A 1730 20 19 15 13 14 A2-65 B 1850 22 29 18 15 21 B2-65 A 1600 18 47 17 15 C2-65 B 3638 Pola Retak 58 13 17 10 22 15 24 48 20 Tipe (kg) P maks 14 21 A1-85 A 1750 46 21 B1-85 17 24 A 2718 37 39 37 19 C1-85 13 B 2700 15 39 46 17 46 A2-85 47 B 00 43 17 13 15 13 14 11 11 41 34 34 53 42 B2-85 34 B 2990 14 12 C2-85 A 2200 11 14 10 11 13 34 47 33 39 12 17 50 47 31 40 30 50 (kg) semakin menyebar. Apabila permukaaan bambu cenderung lebih halus maka slip akan terjadi secara bersamaan dan kapasitas balok akan semakin kecil V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis data yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Balok komposit dengan tinggi bata ringan 8,5 cm, memiliki berat volume yang lebih kecil dibandingkan dengan balok komposit dengan tinggi 6,5 cm. Hal ini sesuai dengan perhitungan teoritis dengan kesalahan relative 0.3619% - 2,0427%. 2. Balok komposit dengan tinggi bata ringan 6,5 cm mampu menahan beban sebesar 37 kg. Sedangkan balok komposit dengan tinggi bata ringan 8,5 cm, mampu menahan beban sebesar 2476 kg. Dari hasil ini, balok komposit dengan tinggi bata ringan 6,5 cm memiliki kekuatan lebih besar sebesar 2,4 % lebih besar dibandingkan balok komposit dengan tinggi bata ringan 8,5 cm 3. Belum ada pengaruh yang signifikan antara tinggi bata ringan dengan lendutan, karena. Balok komposit dengan tinggi bata ringan 8,5 cm memiliki lendutan 0,739 mm dan balok komposit dengan tinggi bata ringan 6,5 cm memiliki lendutan 0,754 mm. 4. Balok komposit dengan tinggi bata ringan 8,5 cm, memiliki kekakuan lebih besar dibandingakan dengan balok komposit dengan tinggi bata ringan 6,5 cm. Belum terbukti kalau tinggi bata ringan yang rendah memiliki kekakuan yang lebih besar dibandingkan bata ringan yang tinggi. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi kekakuan suatu bahan. 5. Belum ada pengaruh yang signifikan antara tinggi bata ringan dan pola 8

retak. Karena ada banyak hal yang mempengaruhi pola retak. Diantaranya, friksi tulangan dan beton yang bekerja secara monolit. Apabila bambu memiliki friksi yang besar maka pola retak akan menyebar di seluruh penampang balok. Tetapi apabila friksi yang dimiliki bambu kecil maka, Retak hanya terjadi di tengah bentang dan langsung ke atas. 5.2 Saran Berikut merupakan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian balok komposit beton dan bata ringan dengan tulangan bambu: 1. Penelitian ini bisa dijadikan referensi, agar dalam penelitian selanjutnya perbedaan tinggi bata ringan dibuat lebih signifikan. Sehingga pengaruh tinggi bata ringan bisa terlihat jelas. 2. Dalam pelaksanaan, pemotongan bata ringan perlu diperhatikan karena akan berpengaruh signifikan terhadap berat volume dan kekakuan balok komposit. 3. Perlu diadakan praktikum yang lebih detail dalam perencanaan kuat tekan beton agar mutu beton tidak terlalu dekat. Sehingga pengaruhnya bisa terlihat jelas. 4. Dalam penelitian selanjutnya, perlu menggunakan straingauge agar data regangan tulangan bambu bisa didapatkan. 5. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai balok komposit bertulangan bambu dengan bata ringan sebagai pengisi didaerah tarik, misalnya dengan bata ringan yang bibuat secara menerus. Karyadi, dkk. 2010. Kapasitas Tekan Kolom Laminasi dari Bahan Kayu Sengon dan Bambu Petung Sebagai Alternatif Pengganti Kayu Komersial. Proseding Seminar Nasional Teknik Sipil VI-2010 ISBN 978-979-99327-5-4. Morisco. 1999. Rekayasa Bambu. Yogyakarta. Mulyono, T. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi Offset. Nawy, E., G., & Suryoatmono, B. (Penerjemah). 1998. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung : PT. Refika Aditama. Nindyawati. 2014. Panel Dinding Beton Ringan Bertulangan Bambu. Disertasi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Nurlina, Siti. 2008. Struktur Beton. Malang : Bargie Media Pusat Pengembangan Bahan Ajar, Ir. Muji Indarwanto, MM.MT Schodek, D. L.. 1998. Struktur. (B Suryoatmono, Penerjemah). PT. Refika Aditama. Wang, C. K. & Salmon, C. 1994. Desain Beton Bertulang. Jakarta : Pradnya Paramita. DAFTAR PUSTAKA Frick, H. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu. Yogyakarta Kanisius. Ghavami, K. 2004. Bamboo as Reinforcment in Structural Concrete Elements, Journal, science and Direct Elsevier, 2005 9