PENGAMATAN POTENSI REPRODUKSI KAMBING BETINA YANG DI PELIHARA SECARA TRADISIONAL DI DAERAH PESISIR KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA

dokumen-dokumen yang mirip
EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

KAJIAN PRODUKTIVITAS TERNAK KAMBING PADA SISTEM PEMELIHARAAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN ANDOOLO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN

DOE PRODUCTIVITY AND KID CROP OF ETAWAH GRADE DOES KEPT UNDER INDIVIDUAL AND GROUP HOUSING IN TURI SUB DISTRICT, SLEMAN DISTRICT - DIY PROVINCE

PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA GARUT PADA STASIUN PERCOBAAN CILEBUT BOGOR

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

KID CROP KAMBING KACANG (Capra Hircus) di KABUPATEN KONAWE UTARA

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

Analisis litter size, bobot lahir dan bobot sapih hasil perkawinan kawin alami dan inseminasi buatan kambing Boer dan Peranakan Etawah (PE)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

Lama Kebuntingan, Litter Size, dan Bobot Lahir Kambing Boerawa pada Pemeliharaan Perdesaan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus

Kata Kunci : Kerbau Betina, Karakteristik Reproduksi, Tingkat Kesuburan. Keyword: Female Buffalo, Reproductive Characteristics, Fertility Rate

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN

KORELASI BOBOT BADAN INDUK DENGAN LAMA BUNTING, LITTER SIZE, DAN BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

KACANG GOATS DOE PRODUCTIVITY IN KEDUNGADEM SUB-DISTRICT BOJONEGORO REGENCY

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

LAMA BUNTING, BOBOT LAHIR DAN DAYA HIDUP PRASAPIH KAMBING BOERKA-1 (50B;50K) BERDASARKAN: JENIS KELAMIN, TIPE LAHIR DAN PARITAS

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

PENAMPILAN REPRODUKSI AYAM KAMPUNG DI DESA KOTO PERAMBAHAN KECAMATAN KAMPAR TIMUR KABUPATEN KAMPAR

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN KACANG DENGAN PEJANTAN BOER (BOBOT LAHIR,BOBOT SAPIH DAN MORTALITAS)

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

DASAR-DASAR PROGRAM PENINGKATAN MUTU GENETIK DOMBA EKOR TIPIS

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN ANTARA PEJANTAN BOER DENGAN INDUK LOKAL (PE) PERIODE PRASAPIH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

BOBOT LAHIR BEBERAPA GENOTIPE KAMBING HASIL PERSILANGAN

Bachtar Bakrie, Neng Risris Sudolar, Heni Wijayanti

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

SELEKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA BERDASARKAN NILAI INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK DI KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

PRODUKTIVITAS INDUK DALAM USAHA TERNAK KAMBING PADA KONDISI PEDESAAN

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

PENAMPILAN REPRODUKSI DOMBA LOKAL YANG DISINKRONISASI DENGAN MEDROXY PROGESTERON ACETAT PADA KONDISI PETERNAK DI KELURAHAN JUHUT, KABUPATEN PANDEGLANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

I.M. Mulyawati, * D. Mardiningsih,** S. Satmoko **

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

PEMANFAATAN EFISIENSI REPRODUKSI MELALUI PROGRAM PEMULIAAN DOMBA : STRATEGI PADA PUSAT PEMBIBITAN DAN PEMANFAATANNYA PADA KELOMPOK PETANI PETERNAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pemeliharaan ternak kambing dikecamatan Bangun Purba kabupaten Deli Serdang propinsi Sumatera

Pola Usaha Peternakan Kambing dan Kinerja Produktivitasnya di Wilayah Eks-Karesidenen Banyumas Jawa-Tengah

PERFORMANS REPRODUKSI INDUK SAPI LOKAL PERANAKAN ONGOLE YANG DIKAWINKAN DENGAN TEKNIK INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA

POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN GROBOGAN (Growth Pattern of Body Weight of Female Kacang Goats in Grobogan Regency)

Laju Pertumbuhan Kambing Anak Hasil Persilangan antara Kambing Boer dengan Peranakan Etawah pada Periode Pra-sapih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

PRODUKTIVITAS ANAK DOMBA GARUT DI DUA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

Keunggulan Relatif Anak Hasil Persilangan antara Kambing Boer dengan Kacang pada Priode Prasapih

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENGARUH JENIS SINKRONISASI DAN WAKTU PENYUNTIKAN PMSG TERHADAP KINERJA BERAHI PADA TERNAK KAMBING ERANAKAN ETAWAH DAN SAPERA

Grade Kambing Peranakan Ettawa pada Kondisi Wilayah yang Berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor : 2915/Kpts/OT.140/6/2011 (Kementerian Pertanian, 2011),

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

MORTALITAS PRASAPIH KAMBING KACANG DAN BOERKA DI STASIUN PERCOBAAN LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

PENERAPAN SINKRONISASI BIRAHI KAMBING BOERKA DENGAN LOKAL DI AREAL PERKEBUNAN BERBASIS TANAMAN JERUK PADA LAHAN KERING

TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION. Dewi Hastuti

KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH

PRODUKTIVITAS TERNAK KAMBING LOKAL DI KABUPATEN TOLITOLI

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) PADA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA

JURNAL TERNAK Vol. 06 No.01 Juni

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KAJIAN PROFIL SOSIAL EKONOMI USAHA KAMBING DI KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

Transkripsi:

PENGAMATAN POTENSI REPRODUKSI KAMBING BETINA YANG DI PELIHARA SECARA TRADISIONAL DI DAERAH PESISIR KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA F. J. Monintja, M. J. Hendrik, E. Pudjihastuti, L. R. Ngangi Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115 ABSTRAK Ternak kambing khususnya betina memiliki potensi reproduksi yang dapat diukur berdasarkan kelahiran anak yang sehat, jarak kelahiran dan tipe kelahiran (tunggal atau kembar). Kecamatan Tombariri merupakan daerah di Kabupaten Minahasa yang berpotensi untuk pengembangan usaha ternak kambing. Untuk menggali potensi usaha ternak kambing di kecamatan ini memerlukan berbagai informasi salah satunya yaitu informasi mengenai potensi reproduksi kambing betina. Namun informasi ilmiah mengenai hal ini belum tersedia. Penelitian ini telah dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui potensi reproduksi kambing betina berdasarkan jarak beranak, kidding size dan potensi kelahiran kembar dari kambing yang dipelihara secara tradisional di Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei menggunakan alat bantu kuesioner. Survei dilakukan terhadap 40 orang peternak dengan total kepemilikan 100 ekor kambing betina. Parameter penelitian meliputi jarak kelahiran, jumlah anak sekelahiran dan tipe kelahiran. Hasil penelitian menunjukkan kambing betina di Kecamatan Tombariri memiliki rataan jarak beranak 243 hari, kidding size 1,84-2,018 ekor /induk/tahun dan persentase kelahiran kembar di atas 80% per tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa *Korespondensi (corresponding Author) Email: lentjingangi@gmail.com kambing betina yang dipelihara secara tradisional di daerah pesisir Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa memiliki potensi reproduksi yang baik. Kata kunci : kambing betina, jarak beranak, kidding size, kelahiran kembar, kecamatan Tombariri. ABSTRACT OBSERVATION OF DOE REPRODUCTIVE POTENTIAL RAISED TRADITIONALLY AROUND COASTAL AREAS OF TOMBARIRI DISTRICT MINAHASA REGENCY. Doe has reproductive potential that can be measure based on goatling healthy kids, kidding interval, kidding size and kidding type. Tombariri district is one of potencial areas in Minahasa Regency to develop goat farming. Goat farming development needs many information including reproductive potential of doe. In fact, the scientific information about this subject has not been available yet. The purpose of this study was to evaluate the reproductive potential based on kidding interval, kidding size and kidding type of doe that were raised traditionally in District of Tombariri, Minahasa Regency. Samples of this research was took using purposive random sampling method. Data were collected by interview using quetionnaires to 40 farmers with total ownerships of 100 doe. Parameters of this study were kidding interval, kidding size and kidding type. The results shown that doe in Tombariri district had 243 days average of kidding interval. Kidding size range was 1.84-2.018 goatling per doe per year. Percentage of twin kids were above 80 466

percens per year. Based on those results, it can be concluded that the doe which were farmed traditionally around coastal area of Tombariri district, Minahasa Regency had the good reproductive potential. Keywords : Doe, kidding interval, kidding size, twin kids,tombariri district. PENDAHULUAN Pembangunan peternakan memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sub sektor peternakan sebagai produsen protein hewani berperan dalam membangun ketahanan pangan maupun menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang sehat dan cerdas. Ternak kambing merupakan salah satu sumber bahan pangan yang mengandung protein hewani. Usaha ternak kambing saat ini semakin berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan daging kambing dari tahun ke tahun. Masyarakat pedesaan di Indonesia pun sudah sejak lama mengusahakan ternak kambing sebagai usaha sambilan dan masih bersifat tradisionil. Kelayakan dari seekor ternak betina dalam suatu usaha peternakan dapat dilihat dari potensi reproduksi yang dimilikinya. Pengukuran potensi reproduksi didasarkan pada kelahiran anak yang sehat, jumlah anak sekelahiran dan tipe kelahiran (tunggal atau kembar). Pengetahuan tentang potensi reproduksi dapat membantu dalam pengukuran laju pertumbuhan populasi ternak kambing. Pada akhirnya dengan mengetahui potensi reproduksi, pengembangan usaha ternak kambing akan lebih maksimal. Kecamatan Tombariri merupakan daerah di Kabupaten Minahasa yang berpotensi untuk pengembangan peternakan kambing. Dua desa pesisir pantai yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Tombariri yaitu Desa Tambala dan Borgo memiliki populasi kambing yang paling banyak. Usaha ternak kambing di kedua desa merupakan usaha sambilan dan masih dilakukan secara tradisional yaitu kambing dilepas dan hanya dikandangkan sewaktu-waktu. Untuk menggali potensi budidaya ternak kambing di Kecamatan Tombariri diperlukan berbagai informasi salah satunya yaitu informasi mengenai potensi reproduksi kambing betina. Namun informasi ilmiah mengenai hal ini belum tersedia. Oleh karena itu telah dilaksanakan penelitian di Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa yang bertujuan untuk mengetahui potensi reproduksi kambing betina. Potensi reproduksi yang diukur yaitu jarak beranak, kidding size dan tipe kelahiran. MATERI DAN METODE PENELITIAN 467

Penelitian ini telah dilaksanakan di daerah pesisir pantai Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa pada bulan Maret - Juni 2015. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 100 ekor kambing betina yang sudah pernah beranak. Penentuan sampel menggunakan purposive random sampling yaitu penentuan sampel yang didasarkan pada karakteristik tertentu. Sampel dalam penelitian ini yaitu 40 orang peternak yang memiliki kambing betina yang sudah pernah beranak lebih dari dua ekor per kelahiran. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei yaitu pengambilan keterangan secara langsung dengan mewawancarai peternak menggunakan kuesioner. Analisis Data Data dianalisa secara deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauh mana potensi reproduksi di daerah penelitian. Parameter penelitian meliputi jarak beranak atau kidding interval (bulan), jumlah anak sekelahiran atau kidding size dan tipe kelahiran baik tunggal maupun kembar. HASIL DAN PEMBAHASAN Jarak Beranak (Kidding Interval) Kidding interval adalah waktu atau periode antara dua kelahiran (Steele, 1996). Jarak antar kelahiran dipengaruhi oleh banyak faktor seperti genetik, lingkungan dan manajemen pemeliharaan (Sudewo, et.al., 2012). Berdasarkan hasil survei maka diperoleh data jarak beranak kambing yang ada didesa sampel berkisar antara 212 264 hari dengan rata-rata 243 hari. Angka ini masih masuk dalam kategori angka jarak beranak untuk kambing yang digembalakan. Priyanto, et.al., (1992) menyatakan bahwa kambing yang digembalakan memiliki selang beranak lebih pendek yaitu 249 hari dibandingkan yang dikandang 266 hari. Normalnya angka rataan jarak beranak yang dicapai kambing-kambing di desa Tambala dan Borgo dapat dijelaskan, bahwa kambing-kambing tersebut dapat beradaptasi dengan suhu lingkungannya. Jumlah Anak yang Dilahirkan per Sekelahiran (Kidding size) Kinerja reproduksi induk merupakan gambaran dari kemampuan induk bereproduksi, terutama dalam kemampuan induk untuk melahirkan sejumlah anak. Jumlah anak sekelahiran sangat mentukan laju peningkatan populasi ternak kambing, karena jumlah anak sekelahiran dapat mempengaruhi kenaikan populasi. Kinerja reproduksi kambing betina ditentukan oleh berbagai proses seperti lamanya musim perkawinan, siklus berahi, laju ovulasi dan tingkat kesuburan (Greyling, 2000). Hasil survei di desa sampel Tambala diperoleh 468

rataan jumlah anak sekelahiran disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah anak yang dilahirkan Kambing Betina Sampel di Desa Tambala Tahun 2014-2015 2014 2015 Anak Anak R* Induk Induk yang yang Ternak Bunting Ternak Bunting Dilahirkan Dilahirkan 1 6 7 12 6 4 8 2 3 4 7 3 2 4 3 2 3 4 2 2 4 4 3 4 8 3 2 4 5 2 4 6 2 0 0 6 6 7 14 6 2 4 7 4 4 8 4 0 0 8 1 1 2 1 1 2 9 2 2 2 2 2 4 10 2 2 2 2 1 2 11 2 3 6 2 2 4 12 4 6 12 4 2 4 13 2 3 6 2 1 2 14 2 2 4 2 2 4 15 3 6 12 3 2 4 16 2 3 5 2 0 0 17 2 2 4 2 2 4 18 2 3 6 2 2 4 19 5 8 16 5 4 8 20 2 3 6 2 0 0 Total 77 142 33 66 Rataan** 1,84 1,81 *) Responden; **) Dalam ekor anak/induk/tahun Sumber :Hasil Olah Data (2016) Data yang diperoleh dilapangan menunjukkan angka jumlah anak dalam sekelahiran per ekor ditahun 2014 dan 2015 di desa Tambala masing-masing sebesar 1,84 dan 1,81 ekor sedangkan untuk angka capaian kambing di desa Borgo tersaji dalam Tabel 2. 469

Tabel 2. Jumlah Anak yang dilahirkan Kambing Betina Sampel di Desa Borgo Tahun 2014-2015 2014 2015 Ana Anak R* Induk Induk k yang yang Ternak Bunting Ternak Bunting Dilahi Dilahirkan rkan 1 8 6 12 8 8 16 2 4 6 12 4 4 8 3 4 4 6 4 2 4 4 7 7 14 7 7 14 5 2 2 3 2 1 2 6 2 2 2 2 2 4 7 3 5 9 3 4 7 8 3 5 9 3 3 6 9 3 5 10 3 1 2 10 4 5 10 4 0 0 11 3 5 10 3 3 6 12 2 3 6 2 2 4 13 2 3 6 2 2 4 14 3 2 3 3 2 4 15 3 2 3 3 2 4 16 2 3 6 2 2 4 17 2 3 6 2 2 4 18 2 3 5 2 2 4 19 2 4 8 2 2 4 20 3 5 10 3 3 6 Total 80 150 54 107 Rataan** 1,87 2,018 *) Responden; **) Dalamekoranak/induk/tahun Sumber :Hasil Olah Data (2016) Hasil penelitian survei dengan angka pencapaian jumlah anak per sekelahiran didesa sampel Tambala dan Borgo masingmasing 1,84 ekor/ induk/ tahun dan 1,87 ekor/ induk/ tahun untuk tahun 2014 sudah menunjukkan angka yang memadai untuk kategori pemeliharaan secara tradisional dengan kondisi pedesaan. Hasil ini jauh lebih besar dengan hasil penelitian Subandriyo (1986) pada stasiun percobaan sebesar 1,50 ekor. Kidding size yang tinggi dipengaruhi oleh umur induk, nutrisi yang diberikan cukup, maka perkembangan dari ovum induk dan semen 470

pejantan juga baik dapat meningkatkan jumlah anak per sekelahiran. Pendapat ini didukung oleh Kostaman dan Sutama (2006) yang menyatakan bahwa kidding size seekor induk ditentukan oleh tiga faktor yaitu : jumlah sel telur yang dihasilkan setiap berahi dan ovulasi, fertilisasi dan keadaan selama kebuntingan serta kematian embrio. Ketiga faktor tersebut tergantung dari umur induk, bobot badan induk, kambing pemacek, suhu lingkungan dan genetik tetua. Kelahiran Kembar Induk kambing dapat beranak lebih dari satu ekor dan lamanya bunting lebih pendek dari ruminansia besar. Jumlah anak tiap kelahiran tergantung dari kemampuan betina, yakni banyaknya ovum yang masak dan jumlah telur yang dibuahi. Keberhasilan mendapatkan anak selain faktor genetik, pakan yang berkualitas sangat besar peranannya (Davis, et.al., 2002) Data jumlah anak dalam sekelahiran di tahun 2015 untuk kedua desa sampel Tambala dan Borgo masing-masing sebesar 1,81 dan 2,018. Angka-angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan angka pencapaian pada tahun 2014 yaitu 1,83 dan 1,89 (Tabel 3 dan Tabel 4). Hal ini dapat dijelaskan karena pada tahun 2014 ternak kambing betina yang bunting dan beranak masuk dalam status kebuntingan pertama, sedangkan di tahun 2015 kambing betina dengan status kebuntingan kedua dan beranak dengan tipe kelahiran kembar dua (twins) meningkat. Meningkatnya jumlah betina yang beranak kembar akan meningkatkan jumlah anak dalam sekelahiran. Kesemuanya ini dapat terjadi karena potensi melahirkan kembar yang dimiliki oleh ternak kambing biasanya terjadi pada kebuntingan kedua dan seterusnya. 471

Tabel 3. Tipe Kelahiran dari Kambing Betina Sampel Desa Tambala Tahun 2014-2015 Tahun 2014 2015 R Tipe anak Tipe anak Kelahiran yang Kelahiran yang Ternak Kebuntingan T K tingan T K Kebun- lahir lahir 1 6 7 2 5 12 4 0 4 8 2 3 4 1 3 7 2 0 2 4 3 2 3 2 1 4 2 0 2 4 4 3 4 0 4 8 2 0 2 4 5 2 4 2 2 6 0 0 0 0 6 6 7 0 7 14 2 0 2 4 7 4 4 0 4 8 0 0 0 0 8 1 1 0 1 2 1 0 1 2 9 2 2 0 2 4 2 0 2 4 10 2 2 0 2 2 1 0 1 2 11 2 3 0 3 6 2 0 2 4 12 4 6 0 6 12 2 0 2 4 13 2 3 0 3 6 1 0 1 2 14 2 2 0 2 4 2 0 2 4 15 3 6 0 6 12 2 0 2 4 16 2 3 1 2 5 0 0 0 0 17 2 2 0 2 4 2 0 2 4 18 2 3 0 3 6 2 0 2 4 19 5 8 0 8 16 4 0 4 8 20 2 3 0 3 6 0 0 0 0 57 77 8 69 144 33 0 33 66 % 10,39 89,61 100 R = Responden; T = Tunggal; K = Kembar. Sumber :Hasil Olah Data (2016) 472

Tabel 4. Tipe Kelahiran dari Kambing Betina Sampel Desa Borgo Tahun 2014-2015 Tahun 2014 2015 R* Tipe Tipe Ternak Kebuntingan Kelahiran Ternak Kebun- Kelahiran T K tingan T K 1 8 6 0 6 8 8 0 8 2 4 6 0 6 8 4 0 4 3 4 4 2 2 8 2 0 2 4 7 7 0 7 7 7 0 7 5 2 2 1 1 2 1 0 1 6 2 2 2 0 2 2 0 2 7 3 5 1 4 3 4 0 4 8 3 5 1 4 3 3 0 3 9 3 5 0 5 3 1 0 1 10 4 5 0 5 4 0 0 0 11 3 5 0 5 3 3 0 3 12 2 3 0 3 2 2 0 2 13 2 3 0 3 2 2 0 2 14 3 2 1 1 3 2 0 2 15 3 2 1 1 3 2 0 2 16 2 3 0 3 3 2 0 2 17 2 3 0 3 3 2 0 2 18 2 3 1 2 2 2 0 2 19 2 4 0 4 2 2 0 2 20 3 5 0 5 3 3 0 3 Total 64 80 10 70 74 54 0 54 % 10 90 0 100 Rataan 0,12 0,87 0 1 R = Responden; T = Tunggal; K = Kembar. Sumber : Hasil Olah Data (2016) Tipe kelahiran tunggal dan kelahiran kembar dari kambing betina di desa Tambala untuk tahun 2014 masing-masing 8 (10%) dan 69 (90%) sedangkan untuk tahun 2015 adalah 0 (0%) untuk kelahiran tunggal dan 33 (100%) kelahiran kembar (Tabel 3). Tipe kelahiran tunggal dan kembar untuk desa Borgo ditahun 2014 adalah 10 (12%) dan 70 (88%) sedangkan untuk tahun 2015 adalah masing-masing 0 (0%) dan 54 (100%) (Tabel 4). 473

Perbedaan angka capaian untuk tipe kelahiran tunggal dan kelahiran kembar menggambarkan bahwa kinerja reproduksi kambing betina yang ada di kedua desa sampel cukup baik, yang dapat diartikan bahwa potensi reproduksi kambingkambing betina di desa Tambala dan Borgo dapat mencapai maksimal. Potensi genetik reproduksi dapat dicapai secara maksimal apabila didukung oleh lingkungan sekitarnya. Toelihere (1981) menyatakan kemampuan ini dipengaruhi oleh sifat-sifat pembawaan (bakat), pengaruh luar (lingkungan), dan interaksinya (Toelihere, 1981). Greyling (2000) dan Marai, et.al. (2002) melaporkan bahwa penampilan produksi sangat ditentukan oleh interaksi faktor genetik, dan pengaruh paritas sangat nyata terhadap produktivitas kambing. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian terhadap potensi reproduksi kambing betina yang dipelihara secara tradisional diperoleh rataan jarak beranak 243 hari, kidding size 1,84-2,018 ekor/ induk/ tahun dan persentase kelahiran kembar di atas 80% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kambing betina yang dipelihara secara tradisional di daerah pesisir Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa memiliki potensi reproduksi yang baik. DAFTAR PUSTAKA Greyling, J.P.C. 2000. Reproduction traits in the Boer goat doe. Journal of Small Rum. Res. 36: 171-177. Kostaman, T dan Sutama I.K. 2006. Korelasi bobot badan induk dengan lama bunting, litter size, dan bobot lahir anak Kambing Peranakan Etawah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner: 522-527. Bogor. Marai, I.F.M., E.I. Abou-Fandoud, A.H. Daader and A.A. Abu-Ella. 2002. Reprodutive Doe Traits of the Nubian (Zaraibi) Goats in Egypt. Journal of Small Rum. Res. 46: 201-205. Priyanto, D.S., A, Supriyanto dan T.B, Mardiah. 1992. Potensi Daya Dukung Wilayah Dalam Usaha Pengembangan ternak domb dan kambing pada dua kondisi agroekosistem adat ternak. Dalam domba dan kambing untuk kesejahteraan masyarakat. Pros. Sarasehan Usaha Ternak domba dan kambing era PJPT II, kerjasama ISPI dan HPDK Cab. Bogor. Steele, M. 1996. The Tropical Agriculturalist: Goat. MacMillan Education Ltd. London and Basingstoke. Subandriyo, B. Setiadi dan P. Sitorus. 1986. Ovulation rate and litter size of Indonesian goats. Working Paper no. 73. SR-CRSP, Balai Penelitian Ternak, Bogor. Toelihere, MR. 1977. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Mutiara. Bandung. ------------------. 1985. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Mutiara. Bandung 474

Sudewo A, Setya, A.S, dan Susanto A. 2012. Produktivitas Kambing Peranakan Etawa Berdasarkan Litter Size, Tipe Kelahiran dan Mortalitas di Village Breeding Centre Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Sumberdaya edesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II. Purwokerto. Davis GH, Galloway SM, Ross IK, Gregan SM, Ward J, Nimbkar BV, Ghalsasi PM, Mimbkar C, Gray GD, Subandriyo, Inonunu I, Tiesnamurti B, Martyniuk E, Eythorsdottir E. Mulsant P, lecerf F, Hanrahan JP, Bradford GE, Wilson T. 2002. DNA Test in Prolific Sheep from Eight Countries Provide New Evidence on Origin of the Booroola (feeb) Mutation. Biol. of Reprod. 66 (6) : 1869-1874 475

476