BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dengan menumbuhkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan.untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut dokumen SISDIKNAS 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan.pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional. Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain, yaitu menyamakan pendidikan jasmani dengan olahraga kecabangan tertentu. Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya.walaupun memang benar olahraga kecabangan itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsurunsur pedagogi. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, serta mengembangkan

2 keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa. Pendidikan jasmani memiliki tujuan: (a) meletakkan landasan karakter moral, (b) membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi, (c) menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, (d) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis, mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga, (e) mengembangkan keterampilan mengelola diri dalam pemeliharaan kebugaran (Depdiknas; 2003). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa. Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Terpadu (IT) As-syifa yang beralamat di Jalan Raya Subang Bandung Km 12, Desa Tambakmekar Kecamatan Jalan cagak Kabupaten Subang, sedikit berbeda dengan sekolah SMP lain pada umumnya, karena siswa laki-laki dan perempuan di pisahkan dalam satu lingkungan. Siswa laki-laki terbagi menjadi 4 kelas dari kelas 7 sampai dengan kelas 9, yaitu kelas Ibnu Sinna, Al-Biruni, Al-Khawarizmi, dan Ibnu Khaldun. Berikut adalah rata-rata nilai akhir pelajaran pendidikan jasmani kelas 7 SMP IT As-syifa dalam kurun waktu 3 tahun terakhir :

3 Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Akhir Semester Mata Pelajaran Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang Semester Ganjil dan Genap Kelas Tahun Ajaran 2010-2011 2011-2012 2012-2013 Ganjil Genap Ganjil Genap Ganjil Ibnu Sina 74,38 68,91 77,09 86,10 67 Al Biruni 72,41 72,79 79,80 87,06 70 Al Khawarijmi 73,74 71,55 79,05 85,60 76 Ibnu Kholdun 73,44 69,71 83,00 84,40 70,8 Sumber: SMP IT As-Syifa Berdasarkan tabel 1.1, nilai rata-rata mata pelajaran pendidikan jasmani kelas 7 pada tahun ajaran 2010-2012 mengalami peningkatan. Namun pada tahun ajaran 2012-2013 semester ganjil nilai rata-rata mata pelajaran pendidikan jasmani mengalami penurunan drastis. Masalah diatas tentu saja tidak bisa dibiarkan karena berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya akan menentukan arah pembangunan suatu bangsa. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani bukan hal mudah, salah satu syarat diperlukan adanya partispasi atau keikutsertaan siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif, dan menyenangkan. Partisipasi merupakan keikutsertaan siswa dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini, dengan berpartisipasi siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, maka tujuan dari pendidikan jasmani itu sendiri dapat tercapai. Partispasi siswa di dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilihat dari tingkat kehadiran yang baik, keterlibatan dalam proses pembelajaran cukup aktif serta bagaimana keseriusan dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani. Menurut surat kabar harian online (www.edukasi.kompasiana.com) menjelaskan faktor yang mempengaruhi partisipasi belajar ialah faktor manusia, faktor tujuan, faktor bahan ajar, faktor fasilitas waktu dan sarana belajar. Dalam penelitian ini penulis akan meneliti faktor dalam diri manusia khususnya faktor

4 internal. Salah satu faktor internal manusia adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ). Menurut Baharuddin dan Nur Wahyuni Esa (2007:158): Kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan untuk mengendalikan, mengorganisasi, dan mempergunakan emosi ke arah kegiatan yang mendatangkan hasil optimal. Emosi yang dikendalikan ini merupakan dasar bagi otak untuk dapat berfungsi dengan baik. Dengan demikian, kecerdasan emosi tidak mengabaikan kecerdasan intelektual, tetapi melengkapinya agar menjadi suatu kekuatan intern dalam diri sesorang. Adapun ciri-ciri kecerdasan emosional menurut Baharudin dan Nur Wahyuni Esa (2007:158-160) yaitu kesadran diri/self-awarenes, pengaturan diri/selfregulation, motivasi/motivation, empati/emphaty, dan keterampilan sosial/social skill. Berdasarkan hasil pra penelitian penulis, yang dilakukan pada 61 siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ternyata setengah siswa memilki kecerdasan emosional yang dianggap kurang. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1 dibawah ini KurangBaik 49% Baik 51% Gambar 1.1 Kecerdasan Emosional Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang (Sumber: Murid SMP IT As-Syifa) Sebagian besar dari siswa menganggap dirinya kurang memiliki kecerdasan emosional sikap empati, selanjutnya keterampilan sosial, kesadaran diri, motivasi, dan terakhir pengaturan diri. Hal itu dapat tergambar oleh Gambar 1.2 dibawah ini:

5 Keterampilan Sosial 21% Sikap Empati 31% Kesadaran Diri 20% Pengaturan Diri 12% Motivasi 16% Gambar 1.2 Faktor Emosional yang Kurang Dimilki Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang (Sumber: Murid SMP IT As-Syifa) Dalam pembelajaran pendidikan jasmani kecerdasan emosional dapat menjadi pengendali siswa dalam aktivitas pendidikan jasmani, dimana pembelajaran pendidikan jasmani memerlukan kesadaran dan pengaturan diri, motivasi, empati, serta keterampilan sosial dari dalam diri siswa. Sebagai contoh, ketika dalam melakukan tugas belajar berupa gerak ataupun bentuk permainan siswa seharus mempunyai kesadaran diri berupa keyakinan atas kemampuan dirinya. Jika tidak maka siswa tersebut akan memiliki sifat rendah diri atau minder, yang itu merupakan suatu sikap yang tidak baik bagi masa perkembangan siswa. Masih berhubungan dengan rendahnya tingkat kesadaran diri siswa, ada siswa enggan untuk melakukan tugas gerak atau permainan dengan serius ataupun sungguhsungguh karena berlebihnya ketakutan yang akan menyebabkan badannya lelah, capek serta mengantuk yang membuat dirinya tidak fokus lagi untuk belajar mata pelajaran selajutnya setelah pelajaran pendidikan jasmani berakhir. Contoh selanjutnya, sikap empati, motivasi dan keterampilan sosial dalam pendidikan jasmani yaitu, jika ada siswa yang belum mampu melaksanakan tugas gerak ataupun melakukan kesalahan dalam permainan, ada sebagian siswa yang menjadikanya sebuah lelucon ataupun bahan ejekan. Jika sikap empati, motivasi dan keterampilan sosial nya telah ada dalam diri siswa, siswa tersebut tidak akan melakukan hal kurang baik itu, akan tetapi sebaliknya akan memberikan support atau dukungan, baik berupa ucapan verbal atau tindakan. Masih berhubungan

6 dengan contoh lain siswa yang kurang memliki keterampilan sosial, siswa tersebut enggan bekerja sama dengan teman yang lainya karena menggangap dirinyalah yang paling hebat (overconfiden). Salah satu partisipasi belajar siswa dalam pendidikan jasmani selain keseriusan belajar teori adalah belajar gerak. Belajar gerak dalam pengajaran pendidikan jasmani tidak hanya melibatkan motorik siswa, akan tetapi juga kognisi dan afeksi siswa. Gerak (tubuh) yang ditampilkan siswa akan selalu terkait dengan persepsi siswa tentang gerak (kognisi), dan begitu juga dengan mood, perasaan atau emosi siswa. Gerak (tubuh) tidak bisa menjadi tunggal, tetapi perlu dimanfaatkan dalam pengembangan kognisi dan afeksi siswa. Manakala siswa melakukan tugas belajar gerak, pada saat yang sama seorang guru pendidikan jasmani, perlu menggugah rasa dan fikiran siswa. Karena itu pendidikan jasmani menjadi sangat uniq dalam pengajaranya. Fisik dikembangkan, tetapi bersamaan dengan itu emosi dapat dikembangkan pula. Dengan demikian pengajaran pendidikan gerak, aktivitas jasmani ataupun olahraga akan selalu terkait dengan kecerdasan emosional siswa. Terlepas dari realita negatif tersebut, tak sedikit juga siswa yang telah mengetahui, memahami dan menyadari keistimewaan pembelajaran pendidikan jasmani untuk dunia pendidikan. Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (Study Deskriptif pada Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang) 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini akan mengkaji hubungan kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa di dalam kelas pendidikan jasmani. Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi, empati, serta keterampilan sosial. Semua siswa diharapkan bersedia dan berpartisipasi aktif didalam belajar gerak pada kelas pendidikan jasmani. Siswa perlu membawakan dan menggerakan dirinya untuk terlibat aktif dalam belajar gerak. Sedangkan, partisipasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah,

7 keterlibatan, spontanistas, dengan kesadaran disertai tanggung jawab diri untuk mencapai tujuan. Jadi penelitian ini akan membahas keterkaitan dimensi emosi dengan dimensi gerak tubuh dalam wujud partisipasi belajar gerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Atas dasar latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas dapat dimunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan antara kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang dalam pembelajaran pendidikan jasmani? 2. Bagaimana kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui partisipasi belajar siswa? 3. Bagaimana interaksi guru dan siswa ketika kecerdasan emosional dikaitkan dengan partispasi belajar siswa? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan pegangan/pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitianya. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang dalam pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Mendapatkan bukti-bukti kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui partisipasi belajar siswa. 3. Mengetahui interaksi guru dan perilaku siswa dalam meningkatkan kecerdasan melalui partisipasi belajar siswa. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

8 1. Manfaat Ilmiah Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran mengenai kecerdasan emosional terhadap partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Manfaat Praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat disajikan bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.