BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat kerap menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A Navis Kajian : Stilistika. Oleh: Ana Ade Suryani A1B

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Innayatunnisa, 2015

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide,

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sehingga menimbulkan kesan yang menarik. Sastra sering kali tercipta

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan bahasa di dalam karya sastra terkait dengan sejumlah ragam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SIMILE DALAM NOVEL LARUNG KARYA AYU UTAMI

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. keindahan. Sastra adalah hasil penghayatan pengarang terhadap kehidupan. Hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ungkapan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat kerap menjadi pilihan setiap penutur suatu bahasa untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Berkaitan dengan fungsi bahasa, Halliday (1978:11) menyatakan bahwa ungkapan digunakan untuk memberikan penekanan hubungan emosi di antara penutur karena ungkapan memiliki fungsi kontrol suatu tindakan untuk saling memengaruhi antarpartisipan. Menurut Keraf (2009: 112--113), ungkapan merupakan variasi gaya berkomunikasi agar situasi tutur tidak monoton dan kaku, tetapi berdampak khusus terhadap mitra tutur melalui penggunaan bentukbentuk bahasa yang bermakna kias. Hal ini disebabkan oleh masyarakat bahasa masih menganut sistem budaya tidak langsung. Artinya, penyampaian suatu maksud tidak secara tegas, lugas, atau langsung mengacu pada hal yang dimaksud (Hymes, 1964:5). Dalam pergaulan sehari-hari, masyarakat penutur bahasa menggunakan ungkapan melalui dua saluran berbeda (Sumarlan, 2003:1). Dua macam saluran yang dimaksud adalah komunikasi bahasa lisan dan bahasa tulis. Komunikasi bahasa lisan merupakan proses penyampaian dan penerimaan informasi, baik secara verbal maupun nonverbal tanpa menggunakan perantara atau media. Komunikasi bahasa

2 tulis merupakan proses penyampaian dan penerimaan informasi dengan menggunakan perantara atau media. Salah satu di antara media tersebut adalah wacana tulis. Menurut Chaer (2006:1), wacana tulis merupakan ungkapan pengalaman batin seseorang yang berfungsi mewujudkan ide yang ada di dalam pikiran manusia yang berbentuk karya sastra. Karya sastra merupakan salah satu wacana naratif lahir dari imajinasi dan keinginan pengarang untuk mengungkapkan pengalaman batin melalui untaian katakata yang mengandung makna, baik makna denotatif atau makna pusat maupun makna konotatif atau makna samping (Bloomfield, 1976: 149). Misalnya dalam bahasa Indonesia, kupu-kupu memiliki makna denotatif (literal) dengan fitur semantik, yaitu sejenis serangga, bersayap indah yang hinggap dari bunga satu ke bunga lainnya untuk mengisap madu bunga. Sebaliknya, kupu-kupu malam memiliki makna konotatif (nonliteral), yaitu wanita yang bercinta dengan laki-laki hidung belang untuk menguras isi kantongnya. Seorang pengarang mengemukakan obsesinya terhadap lingkungan di sekitarnya sebagai perbandingan karakter atau keadaan dengan kehidupannya untuk mengekspresikan kegundahan, pengalaman diri, pemikiran, pandangan hidup, dan keinginan-keinginan dalam jiwanya, baik yang bersifat nyata maupun imajinatif. Daya imajinatif berarti pengarang dapat menggambarkan keadaan di luar kehidupan nyata, kemudian ditangkap, baik oleh pembaca maupun pendengar karya sastra atau fiksi sebagai karya seni (Nurgiyantoro, 2000:3).

3 Menurut ragamnya, karya sastra dibedakan atas prosa, puisi, dan drama (Pradopo, 2007:49). Puisi, baik yang tradisional maupun modern merupakan ekspresi pengalaman batin pengarang atau penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa dengan estetika yang padu, utuh dan kata-kata yang dipadatkan. Menurut Pradopo (2007:49), puisi merupakan salah satu karya sastra yang menggunakan bahasa yang khas, yakni majas. Bahasa khas berarti bahasa yang digunakan dalam puisi dapat melukiskan apa yang dialami jiwa pengarang, sedangkan bahasa sehari-hari tidak bisa mencakup imaji dalam ranah-ranah di luar bahasa. Indonesia sangat kaya dengan beragam karya sastra daerah yang menunjukkan ciri khas adat istiadat, budaya, serta sejarah tiap-tiap daerah. Ungkapan yang menghiasi karya sastra dapat ditemukan di semua bahasa daerah, termasuk bahasa Bali. Karya sastra bahasa Bali memendam kekayaan intelektual dengan nilai-nilai estetis, pendidikan, dan budaya yang tertuang dalam karya sastra. Salah satu karya sastra tradisional Bali berbentuk prosa yang ditulis dalam daun lontar adalah geguritan. Geguritan merupakan sarana penyampaian pesan untuk memahami alam pikir dan dunia imajinasi orang Bali dengan gaya bahasa atau majas yang lugas, mudah dimengerti, dan sangat menyentuh daya imaji pembaca (Simpen, 1980). Rangkaian ungkapan dalam karya sastra geguritan tersusun melalui kaidahkaidah penulisan bait dan jenis pupuh atau tembang yang berbeda (Simpen, 1980). Geguritan biasanya berisi tentang cerita atau rekaman peristiwa dalam periode tertentu yang melegenda, Sebagai contoh, Geguritan Sampik-Ingtai. Geguritan

4 Sampik-Ingtai (GSI) merupakan hasil karya sastra dalam versi bahasa Bali. Ungkapan yang terdapat dalam karya sastra ini tersusun dari bentuk majas (trope) sehingga kekhasan daya estetis karya ini dapat memukau pemirsa yang secara tidak langsung semua nilai-nilai dapat terpatri dalam ingatan dan perilaku mereka. Majas termasuk salah satu gaya bahasa. Pengertian tentang gaya bahasa (style) menurut penjelasan Kridalaksana (1982) adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur untuk memperoleh efek-efek tertentu serta keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra. Dalam tulisan ini pengertian gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, dan untuk tujuan tertentu. Kemudian muncul pertanyaan, apakah sebenarnya fungsi penggunaan majas atau gaya bahasa? Pertama-tama, bila dilihat dari fungsi bahasa, gaya bahasa termasuk fungsi wacana estetik, yakni wacana yang bersumber pada tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu (Leech, 1974: 52). Ditambahkan oleh Jakobson dalam Vanoye (1971: 59) bahwa penggunaan gaya bahasa termasuk ke dalam fungsi puitik, yaitu menjadikan pesan lebih berbobot. Pemakaian gaya bahasa yang tepat disesuaikan dengan konteks, baik konteks budaya maupun konteks situasi (Malinowski, 1935). Menurut Halliday dan Hasan (1985: 17), bila penggunaan konteks tidak tepat, maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka karena tidak menarik, bahkan menimbulkan kesalahpahaman pembaca. Majas atau gaya bahasa berdasarkan perbandingan makna adalah simile dan metafora yang dalam bahasa Bali dapat berupa sesawangan, pepindan, dan

5 sesenggakan. Majas ini ditonjolkan oleh pengarang karena maknanya yang bersifat eksplisit, artinya perbandingan yang langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain (Mulyono, 1979: 175). Sebagai contoh, sesawangan: Seledetne makadi tatit lirikannya seperti kilat. Unsur yang dibandingkan adalah seledetne lirikannya dengan tatit kilat. Majas perbandingan ini tidak menimbulkan kesulitan pemahaman karena kata yang dibandingkan muncul bersamaan dengan kata pembanding, yaitu sekadi seperti, tan bina sekadi tiada bedanya dengan; waluya ibarat, dan lain-lain. Ungkapan yang digunakan masyarakat bahasa tidak terlepas dari fenomena sosial dan sistem budaya masyarakat yang menaunginya (Bagus, 1979). Salah satu di antaranya adalah bias gender dalam bahasa. Budaya berperan langsung mengkonstruksi bentuk-bentuk bahasa laki-laki dan perempuan dalam menunjukkan dominasi terhadap perempuan, baik dalam tataran leksikal, semantik, maupun sintaksis. Misalnya, dalam pola urutan, yaitu urutan pertama mengacu laki-laki bersifat generik dan urutan kedua untuk perempuan bersifat spesifik, putra-putri, pemuda-pemudi, Dewa-dewi, Lingga-Yoni atau dalam bahasa Bali, truna-truni muda-mudi, lanang-istri, laki-laki perempuan Widyadara-widyadari, bidadari, Betara-betari Dewa-dewi, dan lain-lain. Perbedaan acuan dalam majas untuk menggambarkan laki-laki dan perempuan juga terdapat dalam tataran leksikal yang merupakan kesepakatan budaya Bali dan kepercayaan penutur. Sebagai contoh, Bulan bulan mengacu pada perempuan, sedangakan Kala Rawu Dewa Kala Rawu mengacu pada laki-laki. Tentu muncul pertanyaan, bagaimanakah pembaca

6 menentukan makna yang tersusun dalam majas yang mengacu bentuk laki-laki atau perempuan? Setiap kata mempunyai wilayah makna tertentu yang terdiri atas sejumlah komponen makna, yaitu satuan makna terkecil (Tutescu, 1979: 84-87). Contoh ungkapan bias gender bahasa Bali pada tataran klausa, Sekar harum dalu, tambulilingane pasliab Bunga harum semerbak, kumbang berterbangan. Kata tambulilingan kumbang mengacu pada jenis serangga yang mengisap sari bunga satu ke bunga lainnya. Berdasarkan komponen makna penyama, kata ini menunjukkan pergeseran acuan, yaitu laki-laki, sedangkan bunga identik dengan perempuan. Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa ungkapan bahasa Bali yang terdiri atas bentuk-bentuk majas dapat memperindah karya sastra geguritan berupa imaji, baik dari dalam maupun di luar dirinya. Bentuk ungkapan tersusun dari majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas pertautan yang menunjukkan fungsi estetis, poetik, direktif, dan ekspresif. Pengarang GSI tidak hanya menuangkan nilainilai pendidikan dan agama, tetapi juga fenomena sosial dalam sistem budaya dalam masyarakat, yaitu bias gender dalam ungkapan BB. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik pada fenomena kebahasaan dan pengaruh sistem budaya pada bahasa yang digunakan oleh pengarang geguritan sebagai bentuk kreativitas mereka untuk memikat hati para pembaca dan pendengarnya. Dari sekian jumlah karya sastra tradisional geguritan BB yang ada, dipilih dan dikaji fenomena-fenomena kebahasaan yang terdapat dalam GSI sebagai

7 topik penelitian. Hal ini dipilih karena dari pengamatan awal, diketahui bahwa dalam karya sastra ini terdapat majas bernuansa bias gender yang perlu digali dari tataran leksikal, semantik dan aspek komunikatif. Majas yang dimaksud, antara lain majas perbandingan (simile dan metafora), majas pertentangan (antitesis, ironi, hiperbola), dan majas pertautan (litotes, eufemisme). Selain itu, topik ini dipilih karena adanya strategi linguistik yang dibangun oleh pengarang melalui wacana percakapan di antara tokoh lak-laki dan perempuan untuk menunjukkan kuasa dan solidaritas atau menjaga hubungan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, ada empat masalah pokok yang perlu dicari jawabannya. Keempat masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Bagaimanakah bentuk UBB bias gender dalam GSI? (2) Apa fungsi UBB bias gender dalam GSI? (3) Bagaimanakah makna pemakaian majas UBB bias gender dalam GSI? (4) Bagaimanakah strategi linguistik tokoh lak-laki dan perempuan untuk menunjukkan kuasa dan solidaritas dalam wacana percakapan GSI?

8 1.3 Tujuan Penelitian Setiap gerak dan aktivitas pasti memiliki tujuan tertentu, sehingga nantinya dapat memberikan arah dari aktivitas yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban dari permasalahan yang ditemukan. Tujuan ini dapat dirumuskan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus yang diuraikan secara terpisah berikut ini. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk ikut menggali, mengembangkan, dan melestarikan budaya yang terekam melalui bahasa dalam karya sastra tradisional Bali, khususnya geguritan sebagai warisan budaya bangsa. Penelitian ini juga dapat memberikan pandangan kepada masyarakat agar mengenal dan menikmati karya sastra puisi tradisional dengan harapan dapat menggugah rasa kecintaan masyarakat terhadap kesusastraan Bali yang tentunya secara langsung dapat mengajekkan budaya Bali. 1.3.2 Tujuan Khusus Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan khusus penelitian ini adalah

9 (1) mendeskripsikan bentuk UBB yang terdapat dalam GSI yang bernuansa bias gender, (2) mendeskripsikan fungsi UBB dalam GSI yang bernuansa bias gender, (3) mengkaji makna pemakaian majas yang tersirat dari UBB dalam GSI yang bernuansa bias gender, (4) mendeskripsikan strategi linguistik UBB dalam wacana percakapan GSI. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat, baik secara teoretis maupun praktis yang dapat dijelaskan sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat (1) menjadi bahan pembuktian penerapan teori fungsional, teori majas, teori fungsi dan teori gender, (2) membangun model kajian pengembangan linguistik pada majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas pertautan dengan makna kias yang bersifat aplikatif.

10 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada dunia pendidikan, di antaranya adalah sebagai bahan acuan tambahan pembelajaran bagi guru, khususnya pembelajaran bahasa dan sastra daerah Bali. Di samping itu, sebagai pengetahuan baru bagi seniman, khususnya pengarang tentang penggunaan majas sebagai pengungkap makna dan menambah nilai estetika sebuah wacana. Untuk khalayak umum, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai media efektif untuk mengkritisi peranan sistem budaya patrilineal yang mengeksploitasi perempuan dalam kehidupan masyarakat.