IMPLEMENTASI WEWENANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBAHASAN RAPERDES, PENGAWASAN PELAKSANAAN

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI WEWENANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBAHASAN RAPERDES, PENGAWASAN PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Indonesia berdasarkan UUD 1945 Pasal 18 ayat (1) terdiri dari

PROFESIONALISME BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM MENJALANKAN TUGAS DAN FUNGSINYA NASKAH PUBLIKASI

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

PROSES PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERAN BPD DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN (Studi Kasus di Desa Ciputih, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes)

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT KECAMATAN... DESA...

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh: LITA AYU SOFIANA A

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA DESA. (Studi Kasus di Desa Gedangan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA DESA MENES KECAMATAN MENES KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DESA MENES KECAMATAN MENES KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

TATA KELOLA PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DESA MENURUT PP NO 72 TAHUN 2005 (STUDI KASUS DI DESA TARUBASAN KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN KLATEN)

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN. cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut Darmadi (2013:153), Metode

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 30 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 WALIKOTA PRABUMULIH,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SELAYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

BAB I Ketentuan Umum. Pasal 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

BUPATI LOMBOK TENGAH

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

Transkripsi:

IMPLEMENTASI WEWENANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBAHASAN RAPERDES, PENGAWASAN PELAKSANAAN PERATURAN DESA, DAN MENAMPUNG SERTA MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT (Studi kasus BPD di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Oleh: GALUH MUNITA SARI A 220100057 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

IMPLEMENTASI WEWENANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBAHASAN RAPERDES, PENGAWASAN PELAKSANAAN PERATURAN DESA, DAN MENAMPUNG SERTA MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT (Studi kasus BPD di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali) Galuh Munita Sari, A220100057, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014, xx+122 halaman (Termasuk Lampiran). Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi wewenang BPD dalam pembahasan rancangan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa; mendeskripsikan implementasi wewenang BPD dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa; mendiskripsikan implementasi wewenang BPD dalam menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumen/arsip. Teknik analisis data dilaksanakan dengan langkah yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi wewenang BPD dalam membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali dilakukan melalui beberapa ketentuan yaitu rancangan peraturan desa disusun oleh kepala desa dan atau anggota BPD; Rancangan peraturan desa disampaikan kepada ketua BPD untuk dibahas dalam rapat BPD; Ketua BPD mengundang anggota BPD dan kepala desa untuk menghadiri rapat BPD; Penetapan peraturan desa dilaksanakan dalam rapat BPD yang dihadiri paling sedikit 2/3 dari jumlah anggota BPD dan dinyatakan sah apabila disetujui paling sedikit 50% dari anggota BPD yang hadir; Peraturan desa ditandatangani kepala desa dengan dilampiri berita acara rapat BPD. Pengawasan yang dilakukan oleh BPD terhadap pelaksanaan pemerintahan desa dilakukan dengan cara pengawasan yang bersifat implementatif yaitu pengawasan terhadap kinerja pemerintah desa dalam melaksanakan peraturan desa. Sedangkan pengawasan yang bersifat administratif dilakukan dengan cara meminta arsip dan mengecek peraturan desa. Dalam menggali aspirasi masyarakat BPD menggunakan beberapa teknik yaitu teknik observasi, yaitu dengan cara mengamati (meninjau, memantau, melihat) objek-objek yang dituju dengan terjun langsung ke lapangan. Teknik wawancara, yaitu tanya jawab dengan individu/anggota masyarakat yang dianggap sebagai tokoh masyarakat. Teknik diskusi bersama tokoh masyarakat seperti RT. Kata Kunci: implementasi, wewenang, Badan Permusyawratan Desa, melaksanakan, pengawasan, Peraturan Desa, menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, menyalurkan aspirasi masyarakat Penulis, Galuh MunitaSari 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Desa dalam melaksanakan tugas pembangunan dan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat harus benar-benar memperhatikan hubungan kemitraan kerja dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa itu sendiri. Kemitraan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa disini berarti bahwa dalam melaksanakan tugas pembangunan maupun pemberian pelayanan kepada masyarakat, semua aparatur Pemerintahan Desa, baik itu Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan Badan Perwakilan Desa harus benar-benar memahami kapasitas yang menjadi kewenangan maupun tugasnya masing-masing. Sehingga dalam melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan Desa semua aparatur pemerintah desa dalam hubungannya dapat bersinergi dan bermitra dengan baik dan tepat dalam meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang profesional dan akuntabel (Mayowan, 2012). Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Indonesia memang seringkali mengalami persoalan-persoalan yang timbul terkait dengan hubungan tersebut, seperti hubungan antara Kepala Desa dengan BPD. Adanya salah pengertian antara masyarakat dengan lembaga-lembaga yang ada di desa, pengaduan yang seharusnya diadukan ke BPD ini malah diadukan ke lembaga-lembaga lain di desa selain bamusdes yang memang seharusnya menerima berbagai mpengaduan dari masyarakat. Pengaduan masyarakat yang seharusnya dilaporkan ke lembaga desa badan musyawarah desa atau BPD, yang pada fungsinya adalah lembaga yang menampung berbagai aspirasi-aspirasi masyarakat. Rendahnya kemampuan aparatur BPD; BPD Sering berselisih pendapat dengan kepala desa perihal bagaimana membangun desa atau menyelesaikan masalah desa; Kepala Desa sering menentang apa yang dilakukan atau diputuskan BPD; dalam hal pengawasan langsung yang dilakukan hanya jika ada proyek pembangunan yang sifatnya besar atau menyangkut fasilitas umum. Selain itu masyarakat belum paham akan peran dan fungsi BPD. 2

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis sebagai salah satu mahasiswa program studi Pendidikan Kewarganegaraan tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Implementasi wewenang Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pembahasan raperdes, pengawasan pelaksanaan peraturan desa, dan menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi wewenang BPD dalam pembahasan rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana implementasi wewenang BPD dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali? 3. Bagaimana implementasi wewenang BPD dalam menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali? C. Tujuan 1. Untuk mendeskripsikan implementasi wewenang BPD dalam pembahasan rancangan Peraturan Desa dan Peratutan Kepala Desa di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. 2. Untuk mendeskripsikan implementasi wewenang BPD dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. 3. Untuk mendiskripsikan implementasi wewenang BPD dalam menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Salakan Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan sejak persiapan sampai dengan penulisan 3

laporan penelitian secara keseluruhan dilakukan sejak bulan Januari 2014 sampai dengan bulan April 2014. B. Jenis dan Strategi Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian diskriptif kualitatif. Tipe penelitian ini berusaha menerangkan fenomena sosial tertentu. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu, misalnya perceraian, pengangguran, keadaan gizi, preferensi terhadap politik tertentu dan lain-lain (Singarimbun, 1989:4). C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar, 2003:34-35). Subjek dalam penelitian ini adalah Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Kepala Desa dan perangkat desa, serta warga masyarakat. Objek penelitian adalah aspek-aspek dari objek yang menjedi sasaran penelitian (Sugiyono, 2010:215). Objek dalam penelitian ini adalah implementasi wewenang Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pembahasan raperdes, pengawasan pelaksanaan peraturan desa, dan menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat di Desa Salakan, kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. D. Sumber Data Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). E. Teknik dan Instrumen Data 1. Metode wawancara Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara secara tidak terstruktur dengan alasan dapat menggali lebih banyak keterangan atau informasi penting dari narasumber secara mendalam disebut sebagai wawancara bebas. 2. Metode observasi Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang objek yang diteliti, peneliti melakukan observasi antara lain rapat BPD, hal tersebut dimaksutkan untuk 4

mengumpulkan data mengenai masalah-masalah atau problematika yang ada di desa, serta bagaimana pemecahan masalah yang dilakukan oleh BPD serta observasi diberbagai kegiatan berkaitan dengan kegiatan pembahasan rancangan peraturan desa, pengawasan pelaksanaan peraturan desa dan kegiatan menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. 3. Metode Dokumen/Arsip Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu atau arsip yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain. Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu notulen rapat BPD Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali; data pengurus BPD Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali; Keputusan BPD Desa Salakan Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali Nomor 1 Tahun 2013; profil Desa Salakan; Peraturan Desa Salakan Nomor 05 tahun 2013 tentang APBDes; Daftar Hadir Rapat BPD. F. Keabsahan Data Keabsahan data dapat disebut pula dengan validitas data. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sebuah instrumen, instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010:211). Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yang pertama triangulasi teknik atau metode pengumpulan data yang berasal dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kedua, triangulasi sumber data yang berupa informasi dari tempat, peristiwa dan dokumen atau arsip yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksudkan. G. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh baik melalui wawancara atau dokumen dalam penelitian ini dianalisis menggunakan model interaktif yang mencakup model interaktif yang mencakup pencatatan dokumen atau arsip baik dalam pengumpulan data, reduksi data sampai dengan penarikan kesimpulan. 5

HASIL PENELITIAN 1. Implementasi wewenang BPD dalam membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. BPD Desa Salakan dalam pembahasan peraturan desa bersama kepala desa, rancangan peraturan desa disusun oleh kepala desa dan atau anggota BPD. Rancangan peraturan desa disampaikan kepada ketua BPD untuk dibahas dalam rapat BPD. Sebelum peraturan desa ditetapkan dalam rapat BPD, ketua BPD menugaskan tim kerja BPD untuk koordinasi dan konsultasi dengan institusi atau lembaga kemasyarakatan atau pembahasan rancangan peraturan desa. Rapat koordinasi dilaksanakan oleh BPD dan atau anggota BPD yang diberi tugas bersama pemerintah desa. Pembukaan rapat didahului kehadiran rapat yaitu 9 orang anggota BPD, kepala desa, dan perangkat desa. Rapat sah 2/3 dari anggota, keputusan sah ½ ditambah 1 peserta dan dapat secara musyawarah/mufakat, serta voting. Apabila rapat tidak dihadiri 2/3 anggota selama 3 kali maka dicari musyawarah dan mufakat serta voting. Hasil rapat pembahasan melalui keputusan BPD bersama kepala desa. Masyarakat berhak memberikan masukan secara tertulis maupun secara lisan (perorangan/lembaga). Kepala desa wajib melakukan sosialisasi dalam usulan rancangan peraturan desa kepada masyarakat berbentuk wacana bahwa ada usulan rancangan peraturan desa dan masyarakat dapat dan berhak memberikan masukan agar usulan rancangan peraturan desa tersebut dapat diterima masyarakat. Rancangan peraturan desa disusun oleh kepala desa dan atau anggota BPD Desa Salakan. Masa kesepakatan rapat terhadap rancangan peraturan desa disampaikan kepala desa maksimal 7 hari kerja sejak diputuskan. Bupati/walikota dapat mendelegasikan kepada camat. Rancangan yang mendapat penolakan/perbaikan harus diperbaiki paling lama 14 hari kerja. Rancangan disampaikan dan dievaluasi selama 20 hari dan apabila sudah melampaui 20 hari kepala desa dapat menandatangani kecuali ditentuan lain. Kepala desa wajib tandatangan paling lama 30 hari terhadap rancangan yang lulus wvaluasi dan diundangkan dalam berita 6

daerah. Peraturan desa yang telah ditandatangani wajib disampaikan kepada bupati/walikota, dan dapat dibatalkan oleh perbub/perwali. Maka dari itu, pembahasan rancangan peraturan desa yang dilakukan oleh BPD bersama kepala Desa Salakan telah melaksanakan sesuai ketentuan dalam Keputusan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali Nomor 1 tahun 2013 Tentang Tata Tertib BPD Pasal 23. Jika BPD dan pemerintah desa saling melakukan kerjasama dengan baik maka peraturan desa akan terlaksana dengan baik pula. 2. Implementasi Wewenang BPD dalam Melaksanakan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali Pengawasan yang dilakukan oleh BPD terhadap pelaksanaan pemerintahan desa yang dipimpin Kepala Desa merupakan tugas BPD. Pengawasan yang bersifat implementatif yaitu pengawasan yang dilakukan oleh BPD terhadap kinerja pemerintah desa dalam melaksanakan peraturan desa, pemanfaatan fasilitas pemerintahan yang belum efektif dan lain-lain. Pengawasan pelaksanaan peraturan desa oleh BPD Desa Salakan dilakukan dengan cara menggunakan hak meminta keterangan yaitu anggota BPD mengajukan usul untuk meminta keterangan kepada pemerintah desa tentang sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan desa, peraturan kepala desa, dan kebijakan kepala desa. Pengawasan yang dilakukan oleh BPD terhadap kinerja pemerintah desa dalam melaksanakan peraturan desa, pemanfaatan fasilitas pemerintahan yang belum efektif atau terdapat penyimpangan maka BPD berhak menegur. Tetapi jika ada pelanggaran atau penyimpangan yang sangat keterlaluan maka BPD dapat melaporkan kepada bupati dengan adanya bukti pelanggaran. Pengawasan pelaksanaan peraturan desa yang bersifat administratif oleh BPD Desa Salakan dilakukan dengan cara meminta arsib dan mengecek laporan atau peraturan desa yang telah dibukukan atau disahkan diperiksa dan diteliti apakah materi peraturan desa tersebut menyimpang atau tidak dan apakah peraturan atau 7

laporan itu benar-benar sesuai dengan kesepakatan rapat pembuatan peraturan desa yang dilakukan oleh BPD bersama kepala desa dan pemerintah desa. Maka dari itu BPD Desa Salakan telah melaksanakan pengawasan peraturan desa dan peraturan kepala desa berdasarkan Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali Nomor 1 tahun 2013 tentang Tata Tertib BPD Pasal 28 dan Pasal 30. 3. Implementasi wewenang BPD dalam menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, dan menyalurkan aspirasi masyarakat di Desa Salakan, Kecamatan teras, kabupaten Boyolali Kegiatan yang dilakukan dalam menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, dan menyalurkan aspirasi masyarakat agar dalam pembuatan peraturan desa dalam hal penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, dan pasar desa maupun dalam hal pemberdayaan masyarakat dapat tersampaikan dan dapat dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah desa. Pimpinan BPD mengadakan pembagian tugas kepada anggota BPD untuk melaksanakan penyerapan aspirasi masyarakat dibidang pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan sesuai dengan wilayah perwakilannya. Untuk menggali aspirasi masyarakat BPD menggunakan beberapa teknik untuk menggali aspirasi masyrakat diantaranya adalah teknik observasi, yaitu dengan cara mengamati (meninjau, memantau, melihat untuk kemudian dicatat) objek-objek yang dituju dengan terjun langsung ke lapangan. Teknik wawancara, yaitu dengan cara tanya jawab antara anggota BPD dan individu/ anggota masyarakat yang dianggap sebagai tokoh masyarakat. Teknik diskusi bersama kelompok yang dijadikan fokus pengumpulan aspirasi masyarakat. Teknik diskusi bersama kelompok yang dijadikan fokus pengumpulan aspirasi masyarakat seperti RT selanjutnya hasil pencatatan dari observasi, wawancara, dan diskusi bersama didiskusikan dalam rapat BPD. Ketua BPD menyampaikan hasil penyerapan aspirasi dan permasalahan yang timbul kepada pemerintah desa atau instansi yang berwenang. Maka dari itu BPD Desa Salakan, kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali telah melaksanakan wewenangnya dalam 8

menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, dan menyalurkan aspirasi masyarakat berdasarkan Keputusan BPD Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib BPD Desa Salakan. KESIMPULAN 1. Implementasi wewenang BPD dalam membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Implementasi wewenang BPD dalam membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa merupakan penerapan wewenang yang telah dibahas dan dilakukan oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa dengan beberapa ketentuan yaitu: a. Usul rancangan peraturan desa oleh kepala desa kepada BPD atau sebaliknya. b. Kepala desa wajib melakukan sosialisasi dalam usulan ranvangan peraturan desa kepada masyarakat berbentuk wacana bahwa ada usulan rancangan peraturan desa dan masyarakat berhak memberikan masukan atau usulan secara tertulis maupun lisan agar usulan rancangan peraturan desa tersebut dapat diterima masyarakat. c. BPD mengadakan rapat koordinasi dengan pemerintah desa. Penetapan peraturan desa dilaksanakan dalam rapat BPD yang dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD dan dinyatakan sah apabila disetujui paling sedikit 50% (lima puluh persen) plus 1 (satu) dari anggota BPD yang hadir. d. Tindak lanjut kesepakatan rapat terhadap rancangan peraturan desa disampaikan kepala desa maksimal 7 hari kerja sejak diputuskan. Bupati/walikota mendelegasikan kepada camat bahwa rancangan yang mendapat penolakan/ perbaikan harus diperbaiki paling lama 14 hari kerja. Kepala desa wajib tandatangan paling lama 30 hari terhadap rancangan yang lulus evaluasi dan diundangkan dalam berita daerah. Peraturan desa yang telah ditandatangani wajib disampaikan kepada bupati/ walikota, dan dapat dibatalkan oleh perbub/perwali. 9

2. Implementasi Wewenang BPD dalam Melaksanakan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Pengawasan terhadap peraturan desa dan peraturan kepala desa dapat dijelaskan bahwa BPD Desa Salakan melakukan pengawasan dengan beberapa metode. Pengawasan yang bersifat implementatif yaitu pengawasan yang dilakukan oleh BPD Desa Salakan terhadap kinerja pemerintah desa dalam melaksanakan peraturan desa, pemanfaatan fasilitas pemerintahan yang belum efektif dan lain-lain. Pengawasan pelaksanaan peraturan desa oleh BPD dilakukan dengan cara menggunakan hak meminta keterangan yaitu anggota BPD mengajukan usul untuk meminta keterangan kepada pemerintah desa tentang sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan desa, peraturan kepala desa dan kebijakan kepala desa. Pengawasan pelaksanaan peraturan desa yang bersifat administratif oleh BPD Desa Salakan dilakukan dengan cara meminta arsib dan mengecek laporan atau peraturan desa yang telah dibukukan atau disahkan dan diteliti apakah materi peraturan desa tersebut menyimpang atau tidak dan apakah peraturan atau laporan itu benar-benar sesuai dengan kesepakatan rapat pembuatan peraturan desa yang dilakukan BPD bersama kepala desa dan perangkat desa. 3. Implementasi wewenang BPD dalam menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, dan menyalurkan aspirasi masyarakat di Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Kegiatan yang dilakukan BPD Desa Salakan dalam menggali aspirasi masyarakat menggunakan teknik: a. Observasi, yaitu dengan cara mengamati (meninjau, memantau, melihat untuk kemudian dicatat) objek-objek yang dituju dengan terjun langsung ke lapangan. b. Teknik wawancara, yaitu dengan cara tanya jawab antara anggota BPD dan individu/ anggota masyarakat yang dianggap sebagai tokoh masyarakat. c. Teknik diskusi bersama kelompok yang dijadikan fokus pengumpulan aspirasi masyarakat. Teknik diskusi bersama kelompok yang dijadikan fokus 10

pengumpulan aspirasi masyarakat seperti RT selanjutnya hasil pencatatan dari observasi, wawancara, dan diskusi bersama didiskusikan dalam rapat BPD. BPD Desa Salakan dalam menyalurkan aspirasi masyarakat kepada kepala desa berbentuk lisan atau tulisan. Bentuk lisan berupa penyampaian pendapat kepada kepala desa. Bentuk tulisan berupa penyampaian surat rekomendasi atau proposal kepada pemerintah desa. Penyaluran aspirasi masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk program-program pembangunan desa untuk jangka panjang, menengah, dan pendek atau program-program/perjanjian-perjanjian kerjasama pembangunan antara pihak desa dan pihak-pihak lain, baik dengan yang berasal dari dalam maupun dari luar desanya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Azwar, Syaifuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mayowan, Yuniadi. 2012. Kemitraan antara Pemerintah Desa, BPD, dan Peran Sekretaris Desa. (http://ymayowan.lecture.ac.id/2012/01/kemitraan-antar a- Pemerintah-Desa,-Bpd,-dan-Peran-Sekretaris-Desa.html) Diakses pada Senin tanggal 18 November 2013 pukul 10.36 WIB. Singarimbun, Marsi dan Effendi, Sofyan. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 11