MENCARI KEBAHAGIAN Secara naluri setiap manusia menginginkan kebahagian, menginginkan sesuatu yang baik terjadi pada dirinya. Siapapun dia dan apapun latar belakangnya. Walaupun ukuran kebahagian masing-masing orang bisa berbeda. Ada yang menilai kebahagian itu terletak pada kekayaan, namun ada pula yang menganggap letak kebahagian itu pada ketampanan (kecantikan). Sementara sebagian orang melihat status sosial, nama besar atau penghargaan masyarakat sebagai sesuatu yang dapat melahirkan kebahagian. Namun ada pula orang yang sangat berbahagia ketika ia dapat melakukan sesuatu yang mencengangkan atau yang menghebohkan. Di sisi lain, dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan kenyataan orang memiliki uang yang banyak, rumah bagus, status terhormat di masyarakat, suami atau istri yang cantik, ternyata hidupnya tidak bahagia. Bahkan tidak sedikit diantara mereka hidup menderita. Kegelisahan dan kehampaan menjadi bagian dari kehidupannya. Juga tidak sedikit dari mereka akhirnya pergi meninggalkan kehidupan normalnya untuk sekedar mencari apa yang dinamakan kebahagian. Kemudian banyak juga diantara mereka akhirnya membentuk komunitas tersendiri untuk membebaskan diri dari segala keterikatan yang mereka anggap sebagai belenggu untuk memperoleh kebahagian. Untuk beberapa saat atau beberapa waktu, hal-hal tersebut mungkin bisa mengobati kegelisahan dan kehampaan mereka. Namun pada titik tertentu, keresahan, kebosanan, dan kehampaan kembali menjangkiti mereka. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang mendapat penderitaan secara fisik. Sehingga ada tanda tanya besar di sini, kenapa mereka tidak bahagia, atau sebenarnya dimanakah kebahagian itu? KEBAHAGIAN DALAM ISLAM Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah sajalah hati akan menjadi tenteram (QS Ar Ra d : 28). Rasa bahagia atau rasa duka merupakan bagian dari emosi manusia. Dan hal ini ternyata lebih banyak ditentukan oleh keadaan hati orang yang bersangkutan. Walaupun tidak menutup kemungkinan hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor 1
eksternal seperti perlakuan seseorang, keadaan lingkungan, kekayaan, kesehatan, status sosial, dan sebagainya. Namun semua itu hanyalah sebagai pelengkap, bukan merupakan syarat utama untuk melahirkan perasaan bahagia. Keadaan hatilah yang banyak berperan menentukan kebahagian seseorang. Hati yang dimaksud di sini adalah hati dalam pengertian ruhaniyah bukan dalam pengertian jasadiyah seperti limpa atau jantung. Dan hati ini akan hidup dengan sehat jika ia diperlakukan sesuai dengan naluri alamiahnya, yaitu bersatu dengan Tuhannya. Karena itu Allah mengingatkan manusia untuk senantiasa berdzikir kepada-nya agar hati menjadi tenteram. Ketentraman hati inilah yang kemudian menimbulkan kedamaian, ketenangan, dan kebahagian hidup. Dzikir dari segi bahasa dapat diartikan dengan ingat. Sehingga dzikrullah dapat diterjemahkan dengan ingat kepada kepada Allah. Dimana manifestasinya bisa mempunyai bentuk yang bervariasi, bisa berwujud dalam bentuk ucapan, perbuatan atau pemikiran. (Yaitu) orang-orang yang berdzikir kepada Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia (QS Ali Imran : 191). Namun dalam pandangan Islam, ketentraman jiwa atau ketenangan batin bukanlah merupakan bentuk kebahagian yang paripurna. Ada kebahagian lain yang jauh lebih baik dan jauh lebih besar dari sekedar ketenangan batin, yaitu surga. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) : Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu (QS Fushshilat : 30). Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya (QS Al Baqarah : 25). Surga adalah anugerah Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-nya yang disayangi. Ulama menggambarkan kebahagian surga adalah kebahagian yang 2
sempurna, dimana kebahagiannya belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, bahkan belum pernah terbertik dalam hati sedikitpun. Jadi konsep kebahagian seorang muslim tidak hanya sebatas kebahagian yang sifatnya lahiriyah saja namun mencakup kebahagian yang sifatnya batiniyah. Bahkan lebih jauh dari itu, tidak hanya menyangkut kebahagian hidup di dunia tetapi juga mencakup kebahagian hidup di akhirat. Justru dalam hal ini, Islam memandang bahwa akhiratlah kehidupan yang hakiki. Disanalah manusia akan mendapat balasan yang sempurna dari segala apa yang diperbuat selama hidupnya. Kehidupan dunia hanyalah persinggahan sementara untuk sekedar melepas lelah dan kemudian segera melanjutkan kembali perjalanan menuju tujuan akhir, yaitu akhirat. Rasulullah SAW bersabda, Perumpamaanku dan perumpamaan dunia adalah bagaikan seorang yang sedang berkelana di hari yang panas di bawah sebatang pohon dan beristirahat sejenak (HR At-Tirmidzi). UNSUR-UNSUR KESUKSESAN HIDUP Dalam suatu kesempatan Prof. KH Ali Yafie mengatakan ada beberapa unsur kesuksesan hidup dalam rangka meraih kebahagian (menurut surat Al Ashr). Unsurunsur tersebut ialah : 1. Iman Iman dapat diartikan sebagai keyakinan kuat dalam hati. Dalam konteks ini, iman yang dimaksud adalah iman yang benar (lurus). Tentang hal ini Allah SWT menjelaskan dalam firman-nya, Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak raguragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar (QS Al Hujurat :15). Dalam ayat lain Allah memberikan penjelasan Sesungguhnya orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat- Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian 3
dari rezeki yang kami berikan kepada mereka, itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya (QS Al Anfal :2-4). 2. Amal Sholeh Setiap pekerjaan atau perbuatan manusia disebut sebagai amal. Sementara sholeh dari segi bahasa artinya ialah cocok atau serasi. Sehingga amal sholeh dapat diambil pengertian setiap perbuatan manusia yang sesuai dengan petunjuk atau kehendak Allah. Amal sholeh merupakan syarat kesempurnaan iman seseorang. Suatu keimanan belum dapat dikatakan sempurna apabila ia belum terwujud dalam perilaku nyata anggota badan (amal sholeh). Oleh karena itu dalam kaidah keimanan dikatakan bahwa iman itu ditambatkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diwujudkan dengan perbuatan nyata. 3. Saling Mendukung Dalam Menegakkan Kebenaran Disadari atau tidak, pada dasarnya manusia membutuhkan peran manusia lain dalam kehidupannya. Manusia tidak bisa menjalankan hidupnya dengan baik tanpa kehadiran manusia lain. Bisa diambil contoh ketika seseorang membutuhkan sehelai pakaian, maka dengan sendirinya ia membutuhkan kehadiran penjual busana, atau ia membutuhkan jasa seorang penjahit, atau paling tidak ia membutuhkan seorang penjual kain (jika ia mempunyai kemampuan membuat pakaian). Kemudian secara tidak langsung ia pun membutuhkan adanya pabrik tekstil atau pabrik pembuat peralatan jahit. Sehingga bisa juga dikatakan bahwa ia pun berhutang jasa kepada para petani kapas, para pembuat pupuk atau insekstisida untuk tanaman kapas, para pembuat peralatan pertanian, para sopir yang mengangkut kapas ke tempat pengolahan, dan seterusnya. Dapat dibayangkan ternyata begitu banyak orang terlibat hanya untuk menghasilkan sepotong pakaian. Kebersamaan adalah sunnatullah kehidupan manusia. Dan dalam konteks inilah Allah SWT mengingatkan manusia agar senantiasa bekerja sama, saling mendukung, saling memotivasi dalam menegakkan suatu kebenaran. Dalam ayat lain Allah 4
mengatakan Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS Al Maidah : 2). Dengan kebersamaan inilah diharapakan potensi masing-masing orang dapat disinergikan untuk menghasilkan suatu hasil yang lebih optimal. Hendaklah kamu selalu bersama-sama (bersama jama ah), serigala hanya menerkam domba yang sendirian, demikian nasihat Rasulullah SAW. Namun yang perlu diberikan catatan disini, kebersamaan yang dinginkan oleh Allah adalah kebersamaan dalam rangka penegakan kebajikan dan ketakwaan bukan dalam hal yang lain. 4. Saling Mendukung Dalam Menegakkan Kesabaran Jika dilihat dari sisi istilah, penegakan kebenaran merupakan bagian dari amal sholeh. Begitupun dengan penegakan kesabaran, jika dilihat dari sisi istilah merupakan bagian dari penegakan kebenaran. Pernyataan secara nyata oleh Allah tentang hal-hal tersebut memberikan informasi tentang pentingnya hal-hal tersebut. Dari sekian banyak amal sholeh dalam ayat ini Allah memilih kebersamaan dalam penegakkan kebenaran (tercakup di dalamnya interaksi saling mendukung, saling menasehati, saling memotivasi, dan seterusnya) sebagai unsur penting, dan dalam penegakkan kebenaran ini Allah mengingatkan bahwa ada satu aspek yang tidak boleh dilupakan, yaitu kesabaran. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya hal yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (QS Al Baqarah : 45). Orang bijak mengatakan bahwa yang dinamakan kesabaran itu tidak mengenal batas, jika masih ada batasnya, maka hal itu belum dapat dikatakan sebagai kesabaran. Masih menurut Prof. KH Ali Yafie, disamping unsur-unsur di atas, ada hal yang paling mendasar dalam mempengaruhi kesuksesan seseorang, yaitu Al Ashr (waktu) itu sendiri. Dengan bahasa lain dapat dikatakan kesuksesan hidup seseorang lebih ditentukan sikap orang tersebut terhadap waktu, bagaimana ia menghargai waktu, bagaimana ia memanfaatkan dan mengelola waktu tersebut. Wallahu a lam bi shawab. 5
6