BAB I PENDAHULUAN. berkembang sekitar abad ke-iv, ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu. Hal

dokumen-dokumen yang mirip
PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam buku

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan salah satu potensi bagi sebuah negara dimana

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat karena, hanya

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elwin Adlian Raharja, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tidak mengenal metode pembelajaran jangan harap dapat melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Secara Umum, Pendidikan seni yang dilaksanakan di SMK Negeri 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pencak silat akan menghadapi lawan dengan gerakan yang terpola dan terukur.

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tari adalah ekspresi jiwa manusia, dalam mengekspresikan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan yaitu implementasi, proses tersebut memerlukan kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Budaya sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pencak silat atau silat adalah suatu seni beladiri tradisional yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah dalam kurikulum pendidikan terdapat dalam

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai ciri dan adat kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Proses Pendekatan Persuasif pada Pembelajaran Seni Tari di SMP

produktifitas,efisiensi kebutuhan fisik bagi pengguna.

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan persaingan di era

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER MELUKIS DI SD MUHAMMADIYAH I MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang butuh akan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (IPSI) didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, yang di

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak Silat merupakan warisan budaya bangsa yang secara turun temurun hidup dan berkembang di Indonesia. Perkembangan itupun telah berabad- abad lamanya dan merupakan salah satu aset budaya bangsa. Berdasarkan sejarah perkembangannya, pencak silat di Indonesia mulai berkembang sekitar abad ke-iv, ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu. Hal ini diungkapkan Notosejitno (1995:5), sampai saat ini belum ada orang atau peneliti yang bisa menjawab dengan pasti kapan asal mula berdirinya pencak silat. Akan tetapi sebagai sebuah aktivitas pembelaan diri, cikal bakal pencak silat dapat dikatakan setua usia manusia. Apapun namanya setiap bentuk gerakan tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya, dalam bentuk apapun merupakan suatu seni bela diri. Indonesia memiliki berbagai perguruan pencak silat yang dengan teknik dan jurus yang berbeda. Dalam Terminologi bahasa sunda Pencak silat disebut Amengan yaitu sebuah bentuk permainan pencak silat yang dikenal di kalangan kaum bangsawan Sunda. Istilah lain untuk pencak silat dalam bahasa Sunda adalah Ulin, dan Maenpo untuk merujuk kepada permainan pencak silat yang lebih umum. Selain itu ada juga yang menyebut Tangtungan adalah istilah dalam bahasa sunda yang berarti sikap berbagai bentuknya, ada yang mengartikannya sebagai Sikap Pasang, Kuda-Kuda, atau Posisi Awal (Ochid 2010: 6 ). Seni bela diri khas Indonesia ini merupakan ilmu bela diri yang merujuk pada keindahan tata gerak, pola langkah, dan serang-bela. Dalam seni pencak

silat lebih khusus diartikan sebagai seni pertunjukan ibing pencak silat, yaitu keindahan gerak dan langkah yang dipadukan dengan iringan musik gendang pencak yang dimainkan oleh sekelompok orang yang biasa disebut pang rawit. Selain itu seni pencak silat juga bisa diartikan sebagai teknik yaitu: teknik menyerang, teknik menghindar, menangkis, memukul, dan sebagainya. Berbeda dengan orang awam seorang yang menguasai pencak silat akan menghadapi lawan dengan gerakan yang terpola dan terukur. Pada dasarnya pencak silat berhubungan dengan kekuatan dan irama, sehingga lahir pencak silat dalam bentuk seni. Dalam seni pencak silat ditemukan gerak dan irama yang bertujuan membentuk keterampilan dan keindahan gerak sesuai dengan wiraga, wirahma, dan wirasanya. Berbicara tentang seni bela diri Asia yang berakar dari budaya melayu adalah seni bela diri yang sudah dikenal di Malaysia, Brunei, Singapura, terutama di Indonesia. Pencak silat tersebut adalah keterampilan orang-orang asli Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat yang berasal dari berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak seperti yang kini ditemui. Tidak hanya di Jawa Barat seni pencak silat juga berkembang di berbagai wilayah di Indonesia. Draeger dalam buku yang ditulis oleh Kasmahidayat dan Isus Sumiyati yang berjudul Ibing Pencak Silat Sebagai Materi Pembelajaran (2008: 1) mendefinisikan bahwa pencak silat yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau Sumatera Barat, yaitu : Pencak is a skillful body movement in variations for selft-defence and silat is

the fighting application of pencak, silat cannot exist without pencak, pencak without silat is purposeless. (Pencak Silat adalah kemahiran badan yang memberi variasi-variasi untuk pembelaan diri, dan silat adalah aplikasi pencak pada perkelahian, silat tidak akan ada tanpa pencak, pencak tanpa silat adala tidak berarti). Di dalam dunia persilatan kita mengenal berbagai macam teknik dan jurus, yang intinya berfungsi sebagai perlindungan diri maupun serangan. Jurus jurus dalam Pencak Silat pada umumnya dipergunakan oleh para pendekar pada saat latihan maupun bertarung. Gerak inti harus dilakukan dengan sikap gerak dan posisi tubuh yang baik agar mempermudah dan melancarkan serangan terhadap lawan, serta melindungi bagian-bagian tubuh kita yang dianggap lemah. Nama jurus yang lazim digunakan dalam ilmu persilatan di Jawa Barat di antaranya : ajeg bandul, besot, centok, depok, gedig, giles, guar, jalak pengkor, jambret, kalmia pancer, kelid, kocet, kuda-kuda, limbung, malih mande, pe pe g, peupeuh, rogok, siku, tangkis dan sebagainya. Jurus-jurus tersebut digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan manakala terjadi pertarungan dengan lawan. Jurus yang sudah baku di Jawa Barat yaitu jurus cimande, cikalong, dan syahbandar, jurus tersebut dikembangkan oleh salah seorang warga yang diangkat menjadi guru pencak silat di lingkungan bangsawan di Cianjur. Berdasarkan informasi, bahwa terdapat pula pencak silat yang tanpa mengusung aliran tersebut yaitu pencak silat Tadjimalela. Tadjimalela merupakan seni bela diri yang memiliki aliran tersendiri, nama Tadjimalela didapat melalui proses tafakur dan munajat kehadirat Allah

SWT. Berawal dari ketidakpuasan salah seorang pendekar silat yaitu Kang Djadjat dalam mempelajari ilmu silat, yang pada waktu itu hanya diberikan seni ibingnya dari seorang guru pencak, sementara ia menghendaki jurus-jurus praktis yang dapat digunakan jika terjadi perkelahian, maka ia pun terdorong untuk mencari lebih dari apa yang diterimanya, dengan memohon kepada Allah SWT agar diberikan nama untuk perguruan silat dengan jurus-jurus yang ia ciptakan sendiri. Akhirnya ia mendapat petunjuk agar memberi nama Tadjimalela kepada perguruan silatnya. Pada dasarnya Tadjimalela dilakukan dengan iringan musik internal yaitu wirahma yang ada di dalam dirinya sendiri, tetapi seiring perkembangan zaman dan minat dari pesilat yang mengikuti pencak silat ini maka digunakanlah juga musik eksternal atau musik penggiring. Sama seperti pencak silat pada umumnya yaitu menggunakan gamelan sunda yang terdiri dari kendang dan serunai. Salah satu yang membedakan pencak silat Tadjimalela dengan pencak silat lainnya adalah Tadjimalela tidak banyak menggunakan gerakan tangan seperti ukel sehingga langsung pada sasaran. Perguruan Tadjimalela mengajarkan macam ragam jurus sesuai dengan tingkatan atau level yaitu terdiri dari tingkat dasar, tingkat lanjutan, dan pendekar kemudian pada pendekar dibagi lagi menjadi Pendekar muda, pendekar madya dan pendekar utama. Biasanya bagi kebanyakan murid, pengajaran hanya sampai pada tingkatan olah raga, bela raga dan seni budaya. Sedangkan inti kedalaman pengajaran jurus Tadjimalela tidak diberikan sembarangan pada tiap murid karena Ini berhubungan dengan kesadaran jiwa

yang tercukupi, dan matang untuk masuk ke alam diri. Sehingga tidak semua murid sanggup masuk sampai pengajaran inti (spiritual) Tadjimalela. Pengembangan dan pembelajaran teknik jurus Tadjimalela dapat dilakukan di sekolah formal maupun non formal termasuk padepokan-padepokan pencak silat sebagai materi ajar yang disesuaikan dengan acuan akademik. SMK Mutiara Bandung merupakan salah satu tempat pembelajaran penerapan jurus pencak silat Tadjimalela. Pembelajaran pencak silat Tadjimalela diberikan untuk memupuk nilai-nilai pendidikan yang berkarakter. Nilai-nilai dasar itu dapat diintegrasikan dalam berbagai kegiatan akademik dan kesiswaan, dari sanalah kita dapat melakukan pembinaan peserta didik. Oleh karenanya di SMK Mutiara bandung memilih salah satu kegiatan akademik Ekstrakurikuler yaitu pencak silat Tadjimalela. Kegiatan Ekstrakurikuler ini dilakukan setelah jam belajar berakhir sehingga tidak mengganggu aktivitas belajar umum. Guru memberikan beberapa jurus sesuai pada tingkatannya, pada tingkat dasar yaitu pendekar muda bisa diberikan kepada siswa karna pada tingkat dasar ini olah gerak tidak terlalu sulit, dan bisa merangsang siswa untuk lebih aktif, kreatif, serta dapat mengendalikan diri siswa baik pada saat pembelajaran maupun pada saat siswa berada dilingkungan mereka masing masing semua itu dilakukan dengan mengolah rasa, olah pikir dan gerak. Berdasarkan kurikulum yaitu pembentukan karakter siswa disini pencak silat Tadjimalela mencoba menerapkan jurus yang mengandung nilai-nilai pendidikan berkarakter berupa nilai moral, nilai mental spiritual serta nasionalisme yang meliputi rasa tanggung jawab, jujur, sopan santun dan rasa percaya diri serta untuk memperkuat naluri

siswa dalam membeladiri terhadap berbagai ancaman dan bahaya. Kemudian nilai nasionalismenya dimunculkan pada diri para siswa dalam menjaga dan memelihara budaya Indonesia serta mendidik mereka untuk menjadi kader-kader bangsa. Selain itu guru juga membentuk pengembangan pribadi diri anak agar tumbuh rasa kreatifitas pada diri siswa dan dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya dalam hal bergerak maupun berfikir. Dengan mengolah rasa, pikir, dan mengolah gerak, siswa menjadi lebih tenang, tegas dan menjadi kesatria dalam menghadapi semua permasalahan. Penelitian ini bisa memberikan informasi kepada masyarakat yang ingin membina anak-anaknya agar mereka kelak tumbuh menjadi pemberani, tegas, berwibawa, berbakti, sehat, dan juga bisa mendidik anak lebih tenang dalam menghadapi apapun. Seperti prinsip Tadjimalela Batur Usik Urang Anggeus = Orang lain bergerak kita selesai, Maju terus pantang mundur = Cicing (diam) celaka,mundur Neraka artinya jika orang lain mengusik selesaikan secara kesatria. terus maju selalu optimis terus bergerak dengan semangat yang menjunjung tinggi kebenaran dan menghadapi Setiap gerak langkah senantiasa memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk membentuk siswa yang lebih berkarakter SMK mutiara melakukan kebijakan kegiatan ekstrakurikuer pencak silat. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu pembentukan karakter siswa yaitu seperti nilai moral, kejujuran, tanggung jawab dan nasionalisme.

Dalam proses pembelajaran Ekstrakurikuler berlangsung ada kendala atau faktor-faktor penghambat ketika pelaksanaan pembelajaran, kecil tapi bisa sanggat mengganggu ketersampaiannya materi yaitu ; 1. Terbatasnya fasilitas atau ruang latihan, siswa memakai lapangan basket yang berada di halaman depan sekolah, sedangkan ketika hujan kondisi lapangan yang terbuka tidak memungkinkan untuk siswa melaksanakan Ekstrakurikuler di lapangan terbuka sehingga mereka membutuhkan ruang kelas yang tertutup, kadang-kadang mereka meminjam ruang kelas yang telah kosong. 2. Terbatasnya dana atau anggaran terutama untuk pembelajaran ekstrakurikuler, walaupun ekstrakurikuler Tadjimalela sudah diakui oleh sekolah tetapi terkadang dana yang dibutuhkan untuk perlengkapan dan keperluan latihan masih terbilang lambat. 3. Belum terdokumentasikannya rencana program latihan secara rapih dan terencana, dari sini bisa dilihat bahwa proses pembelajaran Ekstrakurikulerpun membutuhkan Rencana Perencanaan Pembelajaran beserta silabusnya agar proses pembelajaran bisa lebih terencana. 4. Ketertarikan siswa yang mengikuti Ekstrakurikuler pencak silat Tadjimaela, minat dan kemauan siswa yang berbeda-beda sehingga menyebabkan semangat dan keingintahuan mereka menjadi faktor penghambat perubahan sikap yang diinginkan pada perkembangan. Jika saja pencak pembelajaran pencak silat Tadjimalela tidak hanya diterapkan

pada program Ekstrakurikurer besar kemungkinan proses penerapan nilai berkarakter kebangsaan yang ada pada jurus Tadjimalela tersampaikan kepada semua siswa SMK Mutiara Bandung. Faktor-faktor tersebut tidak menjadi penghambat keberlangsungan kegiatan Ekstrakurikurer, namun hal tersebut menjadi pemacu keberlangsungan kegiatan pembelajaran. Untuk itu sekiranya saya perlu melakukan penelitian ini. Berdasarkan kutipan dan keterangan di atas saya tertarik pada jurus yang ada pada Perguruan Silat Tadjimalela dan bagaimana penerapan yang di dalamnya membahas tentang perencanaan, proses, dan hasil pembelajarannya. Alasan mengadakan penelitian tersebut, peneliti sadar benar bahwa kita sebagian dari anggota masyarakat untuk menjaga keutuhan kesenian tradisonal atau kesenian rakyat di daerah kita sendiri, seperti halnya yang diungkapkan oleh Sedyawati (1974:61) tentang seni tradisonal yang menjadi salah satu masalah serius untuk diperhatikan yaitu sebagai berikut : Bagaimana kalau sampai terjadi seni tradisional punah dan bagaimana cara smengatasi dan memelihara agar seni tradisional itu tetap hidup. Bagi setiap daerah masalah ini bukan merupakan masalah yang gampang bisa diselesaikan oleh beberapa segelintir seniman dan para ahli seni, tetapi merupakan masalah yang harus mendapat dukungan dan minat masyarakat terhadap seni tradisional. Sehubungan dengan hal yang yang di ungkapkan di atas, peneliti akan mendeskripsikan dan menganalisis Penerapan Jurus Pencak Silat Perguruan Tadjimalela pada Siswa di SMK Mutiara Bandung

B. RUMUSAN MASALAH Pencak silat yang terdapat di Jawa Barat mempunyai bentuk dan aliran yang berbeda-beda, agar penelitian ini tidak terlalu meluas, maka akan dibatasi hanya pada Pencak Silat tentang Penerapan Jurus silat pada Perguruan Tadjimalela. Berdasarkan kepada persoalan yang ada di dalamnya. Masalahmasalah tersebut di rumuskan ke dalam bentuk pertannyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana Penerapan pembelajaran jurus pencak silat Tadjimalela di SMK Mutiara Bandung? 2. Bagaimana hasil penerapan jurus pencak silat Tadjimalela di SMK Mutiara Bandung? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk menumbuh kembangkan rasa cinta terhadap seni tradisi, menguasai seni bela diri Pencak Silat daerah setempat, serta mengetahui proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan dalam penerapan jurus pencak silat Tadjimalela. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai dari kegiatan penelitian ini adalah a. Mendeskripsikan penerapan jurus Tadjimalela di SMK Mutiara Bandung. b. Mendeskripsikan hasil penerapan pencak silat Tadjimalela di SMK Mutiara Bandung.

D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis. dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan dilakukan dengan cara melihat obyek pengkajian sebagai suatu sistem, dengan kata lain obyek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait. Penelitian kualitatif lebih mengutamakan kualitas data, oleh karena itu teknik pengumpulan datanya banyak menggunakan wawancara yang berkesinambungan dan observasi langsung. Peneliti bermaksud menggambarkan atau menguraikan tentang Penerapan Jurus Pencak Silat Tadjimalela di SMK Mutiara Bandung. Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif, artinya penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yang berupa kata-kata tertulis terhadap apa yang diamati, atau dengan kata lain data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskriptif. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah teknik yang di lakuakan dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipatif. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada objek yang akan diteliti

yaitu mengenai penerapan jurus Tadjimalela di Sekolah Menengah Kejuruan dan apa saja yang sebenarnya menjadi jurus-jurus andalan pada pencak silat Tadjimalela. Observasi ini bertujuan untuk melihat secara langsung objek penelitian guna mendapatkan hasil penelitian yang tepat dan nyata. b. Wawancara Wawancara merupakan suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Selain itu juga untuk mengetahui pemahaman nilai-nilai pendidikan berkarakter yang terdapat pada jurus Tadjimalela. Melalui tahap ini peneliti akan melakukan wawancara kepada ketua padepokan sekaligus Guru pada perguruan Tadjimalela di sekolah ini, dan kepada murid-murid yang berada di SMK Mutiara Bandung tersebut, guna mendapatkan informasi yang relevan dan hasil yang maksimal. c. Dokumen Studi dokumentasi ini untuk mengumpulkan dokumen-dokumen baik yang ada di lembaga maupun yang ditemukan di lapangan. Bukti dokumentasi dapat lebih memperjelas hasil penelitian yang ada. Kemudian memberi keterangan pada setiap apapun yang ditemukan di sekitar tempat penelitian narasumber dan beberapa objek yang diteliti.

E. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan yang berkecimpung di dunia seni, khususnya dalam Seni Tari di antaranya untuk : 1. Peneliti Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang jurus Tadjimalela, selain itu peneliti dapat menambah referensi dan wawasan tentang jurus pencak silat pada Perguruan Tadjimalela. 2. Seniman Penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk memotivasi dalam melestarikan Kesenian Pencak Silat yang ada di daerahnya agar lebih kreatif dalam mengelola jurus-jurus Pencak Silat. 3. Pembaca Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang bagaimna penerapan teknik dan jurus pencak silat Perguruan Tadjimalela di SMK Mutiara Bandung. 4. Bagi Siswa Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswa tentang kesenian pencak silat dan memberikan motivasi untuk mencintai kesenian daerah melalui belajar pencak silat. 5. Bagi Guru Penelitian ini dapat memberikan referensi untuk menambah bahan ajar khususnya dalam pembelajaran pencak silat.

F. ASUMSI Sebagai tolak ukur dari penelitian ini peneliti berasumsi bahwa pencak silat perguruan Tadjimalela merupakan warisan turun temurun yang mempunyai ciri khas tersendiri baik dari bentuk jurus maupun teknik yang digunakan, oleh karena itu pencak silat Tadjimalela dipilih oleh SMK Mutiara Bandung untuk diterapkan kepada peserta didik yang ada disini, agar dapat memupuk nilai-nilai pendidikan yang berkarakter pada siswa yaitu moral, kejujuran, tanggung jawab, dan nasionalisme. G. Lokasi, Populasi dan Sampel 1. Lokasi Dalam Penelitian ini yang dijdikan lokasi penelitian adalah SMK Mutiara Bandung yang beralamat di jln. Meleber Andir Bandung, dikarnakan di sekolah tersebut salah satu tempat dikembangkan ide dan gagasan pencak silat Tadjimalela yang kemudian diterapkan kepada siswa yang kreatif dalam melakukan kegiatan berkesenian. 2. Populasi Populasi adalah wilayah generallisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan di tarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Mutiara Bandung yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat Tadjimalela yaitu berjumlah 9 orang.

3. Sampel Sampel yang di ada dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Akutansi yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat Tadjimalela yaitu berjumlah 9 orang, sampel yang digunakan adalah Sampel Total dengan alasan didasarkan tidak adanya pertimbangan di dalam pengambilan sampel.