Jati Diri Bangsa 1. Prof. Dr. Der. Soz Gumilar Rusliwa Somantri Rektor Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip

PANCASILA UNTUK INDONESIA

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

HUBUNGAN GOTONG ROYONG DENGAN EKSISTENSI PANCASILA

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM TATA HUKUM NASIONAL INDONESIA MARIA, SH. Fakultas Hukum Bagian Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

A. Pengertian Pancasila

disusun oleh Mirsa Ferriawan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Kelompok D Dosen : Drs.

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB VI PENUTUP. isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

TUGAS AKHIR PANCASILA PANCASILA ADALAH CERMIN HIDUP BANGSA INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma.

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

PANCASILA Sebagai Etika Politik

TUGAS AKHIR PANCASILA. Eksistensi Pancasila Dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PANCASILA. Implementasi Sila Ketiga. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI

Gerakan Nasional Revolusi Mental

Jurnal Edu Science (JES) (ISSN: X) Vol.1 No.1 Edisi April 2014

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU:

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

PANCASILA. Sebagai Sistem Etika. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA MAKALAH

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi. Program Studi Manajemen

IDENTITAS NASIONAL/JATI DIRI BANGSA

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

No kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, berasaskan Pancasila. Peran optimal ini dapat diwujudkan dengan menjadikan perguruan tin

PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-108 TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

MENGGAGAS URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI Fitri Yanti

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

PENDIDIKAN PANCASILA

VISI, MISI DAN PROGRAM DEKAN FAKULTAS ILMU BAHASA UNIVERSITAS MERCUBUANA

Generasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. animisme dan dinamisme. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya rohroh

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia

Indonesia Prae Indonesia. Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru 1)

PENDIDIKAN PANCASILA

ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL

PANCASILA. Dasar-dasar, Tujuan Penyelenggaraan, Capaian dan Metode Pembelajaran Pendidikan Pancasila. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.

PEREKONOMIAN INDONESIA

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

PENINGKATAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS SISWA (Improving Students Intelligence and Creativity)

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3.

NILAI-NILAI DASAR SILA-SILA PANCASILA

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

Transkripsi:

Jati Diri Bangsa 1 Prof. Dr. Der. Soz Gumilar Rusliwa Somantri Rektor Universitas Indonesia Percakapan mengenai jati diri bangsa menyembunyikan asumsi mengenai kesejatian yang bercokol pada fundamen sebuah bangsa. Bangsa dipersepsi sebagai entitas yang memiliki hakekat yang dengannya dia dibedakan dengan bangsa lain. Jati diri bangsa adalah sesuatu yang membuat kita lekas mengenali kebangsaan seseorang dari tutur kata, perilaku dan pandangannya. Jati diri, singkatnya, adalah semacam moralitas publik yang menjadi pegangan kehidupan orang per orang dalam sebuah bangsa. Jati diri, bukan sesuatu yang genetik dalam sebuah bangsa. Dia hadir dalam sejarah. Dan sejarah pun bukan sesuatu yang singular. Bangsa Indonesia, misalnya, terdiri dari berbagai suku bangsa dengan kesejarahannya masingmasing. Kesejarahan tersebut membentuk jati diri primordial yang berbeda satu dengan lainnya. Persoalan mengenai jati diri bangsa menyentuh sebuah perkara yang sangat fundamental: bagaimana keragaman sejarah dan tradisi dan konsekuensinya yaitu jati diri dapat membentuk kebangsaan yang utuh dan mengecualikan? Saya teringat saat Bung Karno berpidato panjang lebar mengenai Pancasila tanggal 1 juni 1945. Beliau menggali Pancasila dari kekayaan budaya bangsa Indonesia yang sudah berumur ratusan, bahkan ribuan tahun. Pancasila dalam bahasa Sansekerta dapat berarti ganda. Pertama adalah berbatusendi jang lima atau lima fundamen bangsa. Kedua adalah lima peraturan tingkah laku jang penting. Sila dapat juga diartikan sebagai kesusilaan 1 Disampaikan pada Seminar Etnopedagogik dan Pengembangan Budaya Sunda yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda Sekolah Pascasarjana UPI tanggal 23 September 2010

atau tingkah laku yang bermoral. Pancasila adalah lima panduan moral bagi perilaku orang per orang yang mengaku bangsa Indonesia. Bung Karno memeras Pancasila menjadi satu yakni gotong royong. Dalam gotong royong tersembunyi panduan sila lainnya: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan sosial. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan namun tetap tolong menolong sesama pemeluk agama yang berbeda. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tidak sekadar mementingkan diri sendiri namun juga membantu bangsa lain atas nama kemanusiaan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjalankan demokrasi dengan panduan moralitas publik yang jelas dan tegas. Demokrasi tidak sama dengan individualisme. Kompetisi dalam mendapatkan kekuasaan tidak membuat orang terasing satu sama lain melainkan tetap dalam ikatan kebangsaan yang kokoh. Terakhir, bangsa Indonesia adalah bangsa yang menempatkan keadilan sosial di atas pengejaran kemakmuran tanpa batas. Kemakmuran perorangan harus memiliki konsekuensi sosial bagi mereka yang kurang beruntung. Dalam sejarah intelektualitas Indonesia pernah terjadi perdebatan antara Sutan Takdir Alisjahbana dengan Sanusi Pane, dua pemikir kebudayaan yang cukup disegani. Sutan Takdir Alisjahbana menginginkan adanya keterputusan antara jati diri baru bangsa Indonesia dengan jati diri lama yang terkandung pada berbagai suku bangsa. Beliau mengatakan, Indonesia yang dicita-citakan oleh generasi baru bukan sambungan Mataram, bukan sambungan kerajaan Banten, bukan kerajaan Minangkabau atau Banjarmasin. (Polemik Kebudayaan, 1998: 5) Bangsa Indonesia dalam membangun jati dirinya harus mampu mencerna kebudayaan Barat yang dinamis seperti saat dirinya mencerna kebudayaan Hindu dan Arab.

Bagi Takdir, sudah bukan waktunya mempertentangkan antara Timur yang halus budi dengan Barat yang egois, materialis dan intelektualis. Para pendiri bangsa ini mendapat pendidikan di Barat (Belanda) dan pikiranpikiran modern mereka-lah yang kemudian mendobrak kolonialisme yang sudah bercokol selama berabad lamanya. Takdir berpendapat kalaupun ada elemen-elemen dari Indonesia lama, semua itu harus dimaknai dalam terang baru bernama modernitas. Beliau mengatakan, sementara tetap akan hidup kebudayaan pra-indonesia yang berupa kebudayaan setempatsetempat...malahan boleh jadi beberapa dari padanya akan mendapat kemajuan pula (Polemik Kebudayaan, 1998: 10) Takdir yakin bahwa jati diri baru bangsa Indonesia tidak akan menghancurkan bahkan sebaliknya jutru memajukan kebudayaan-kebudayaan yang sudah ada sebelumnya. Sanusi Pane berpendapat sebaliknya. Kebudayaan baru jangan mengadopsi prinsip-prinsip kehidupan Barat secara mentah-mentah. Barat menurut Pane melahirkan kebudayaan yang berbasis intelektualisme (mengedepankan akal budi), individualisme (mementingkan diri sendiri) dan materialisme (memuja segala sesuatu yang bersifat jasmani). Semua itu melahirkan persaingan tanpa batas dalam ekonomi dan pemujaan seni untuk seni (l art pour l art) dalam estetika. Pane menganjurkan adanya keterpaduan antara Barat dan Timur, antara materialisme dan spiritualisme, antara intelektualisme dan kehalusan emosi, antara individualisme dan kolektivisme. Dalam bahasa Pane, antara Faust dan Arjuna. Dengan kata lain, segala adat ketimuran yang tertanam dalam berbagai tradisi tidak untuk dikesampingkan. Jati diri baru bangsa Indonesia bukan sesuatu yang lepas sama sekali dari kekayaan tradisi lama yang sudah dikandung bangsa ini selama ratusan bahkan ribuan tahun. Kebudayaan Barat bukan menggantikan melainkan memperluas jati diri kultural bangsa Indonesia yang sudah terbentuk dari berbagai anak sungai

kebudayaan yang ada. Pane mengatakan, kewajiban kita ialah memetik zat yang sebaik-baiknya dan yang sesubur-suburnya, yang sesuai dengan zaman sekarang dan waktu yang akan datang, dari segala hasil kemajuan yang tersebut itu dan membuatnya menjadi dasar Indonesia Raya (yang harus diperluas dengan azas Barat). (Polemik Kebudayaan, 1998: 18) Di luar segala perbedaan yang tampak, Pane dan Takdir sesungguhnya berbicara hal yang sama mengenai jati diri bangsa kita. Mereka berbicara bangsa Indonesia sebagai bangsa yang toleran dan terbuka terhadap perbedaan. Buktinya, dalam sejarah ditemukan bagaimana bangsa kita sangat terbuka dan bahkan mengambil alih secara kontekstual kebudayaankebudayaan besar dunia (India, Arab, dan Eropa). Bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang sangat kreatif mengolah kebudayaan-kebudayaan pendatang guna akhirnya menjadi bagian integral dari jati diri bangsa. Bangsa Indonesia selama puluhan abad sudah membutikan diri sebagai bangsa yang tidak sekadar mengonsumsi melainkan memproduksi kebudayaan. Kisah Mahabarata di India tidak sama dengan kisah yang sama di tanah Jawa. Masalahnya, jati diri bangsa kita sebagai produsen kreatif kebudayaan, saat ini, berhadapan secara frontal dengan globalisasi kebudayaan berselubung globalisasi ekonomi. Ketika semua bangsa di dunia ketiga menjadi konsumen bagi produk-produk dunia pertama, sebuah pertanyaan mengenai keindonesiaan menjadi relevan kembali untuk dipertanyakan: masih adakah jati diri bangsa yang mampu menjadi benteng pertahanan kultural menghadapi globalisasi satu arah yang meratakan dan menyingkirkan lokalitas? Saya sendiri yakin bahwa jati diri tersebut masih tertinggal dalam bangsa Indonesia. Dalam bidang ekonomi, misalnya, bangsa ini membuktikan diri sebagai pelaku ekonomi kreatif yang diakui dunia. Produk-produk ekonomi

kreatif mampu menyaingi produk-produk ekonomi global. Produsen makanan siap saji lokal mampu bersaing dengan waralaba internasional. Produsen garmen lokal mampu menyedot pelanggan lokal bahkan internasional. Semua itu membuktikan bahwa bangsa ini masih memiliki jati diri yang mampu membuatnya bertahan sampai sekarang. Semua sekarang terpulang kehendak kita bersama untuk menggelar strategi kebudayaan, sesuatu yang sesungguhnya sudah dilakukan nenek moyang kita saat mengadopsi segala sesuatu yang positif dan dinamis dari kebudayaan asing. Strategi kebudayaan yang membuat kita kembali menjadi bangsa yang berdikari namun tetap mengedepankan sifat gotong royong guna kemaslahatan bersama. Kepustakaan Gilbert Paul. The Philosophy of Nationalism. Colorado, Westview Press: 1998 K. Mihardja, Achdiat. Polemik Kebudayaan. Jakarta, Balai Pustaka: 1998 Yamin, Muhammad. Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 Jilid I. Jakarta, Jajasan Prapantja: 1959