TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tumbuhan anggota Genus Saccharum, Famili Poaceae dan Tribe

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu dengan nama ilmiah Saccharum officinarum L termasuk dalam

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan penting

I. PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan pengembangan energi alternatif bioetanol sebagai

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Sistem Perakaran Tanaman Pisang Sistem Bercocok Tanam Pisang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

TINJAUAN PUSTAKA. sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom:

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccarata L.) atau yang lebih dikenal dengan

PENDAHULUAN. Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

TEBU. (Saccharum officinarum L).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

Gede Adi Bramsista, I Gede Swibawa & Solikhin

II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala Penyakit. (a) Gambar 7 Tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 (a) terinfeksi NSK, (b) sehat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yaitu letak

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula

KELIMPAHAN NEMATODA PARASIT TUMBUHAN DAN TINGKAT KERUSAKAN AKAR PADA TANAMAN TEBU PERIODE PLANT CANE DAN RATOON-I

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

IV. ORGANISME TANAH UNTUK PENGENDALIAN BAHAN ORGANIK TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tebu merupakan tumbuhan anggota Genus Saccharum, Famili Poaceae dan Tribe Andropogoneae. Beberapa spesies tebu diantaranya: Saccharum officinarum, S. spontaneum, S. barberi, S sinense, dan S. robustum. Namun, spesies tebu yang paling banyak dibudidayakan yaitu S. officinarum. Saat ini telah banyak dikembangkan klona-klona baru dari varietas S. officinarum dengan keunggulannya. Tebu (S. officinarum) berbatang tinggi, berumur panjang, dengan lapisan kulit batang yang tebal. Umumnya tanaman tebu tumbuh membentuk rumpun yang terdiri atas batang-batang tebu yang jumlahnya sangat bervariasi. Pada saat tanaman sudah tua, panjang batang tebu dapat mencapai 2-3 meter dengan diameter antara 20-30 mm. Batang tanaman tebu terdiri atas serangkaian bukubuku tempat terdapatnya mata kuncup dan daun. Tanaman tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Namun, tanaman ini masih dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah subtropika pada berbagai jenis tanah di dataran rendah hingga ketinggian 1.400 di atas permukaan laut (Anonim, 2010 a ). Tanaman tebu diduga berasal dari daerah Pasifik Selatan, yaitu New Guinea dan selanjutnya menyebar ke tiga arah migrasi yang berbeda. Pertama, dimulai pada 8000 tahun sebelum masehi yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia

Baru. Penyebaran kedua dimulai sekitar 6000 tahun sebelum masehi, yaitu ke Filipina, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Malaysia dan Thailand, serta India. Ketiga, yaitu antara tahun 500 hingga 1100 masehi, yaitu ke Fiji, Tonga, Tahiti, Marquesa, dan Hawaii. Di Indonesia, tanaman tebu telah ditemukan tumbuh di beberapa tempat di Pulau Jawa dan Sumatera sekitar tahun 400 Masehi. Namun baru pada abad ke-15 tanaman tersebut diusahakan secara komersil oleh sebagian imigran asal China. Industri pergulaan dalam skala yang besar baru berdiri seiring kedatangan Belanda yang selanjutnya mendirikan perusahaan dagang Vereeniging Oost Indische Compagnie (VOC) pada bulan Maret 1602. Produksi gula tersebut dipasarkan untuk memenuhi permintaan gula dari Eropa. Dibawah kendali VOC, industri gula Indonesia pernah mencapai puncak produksi pada tahun 1930-an dengan areal pertanaman seluas 200.000 hektar dengan 179 pabrik gula yang terkonsentrasi di Pulau Jawa. Total produksinya mencapai 14,8 ton gula per hektar (Anonim. 2010 a ). Luas areal pertanaman tebu di Indonesia pada musim tanam 2004/2005 mencapai 367.875 hektar yang menyebar di Pulau Jawa seluas 61% (324.422 hektar) dan di luar Pulau Jawa seluas 39% dari luasan total (143.453 hektar). Sekitar 60% pertanaman tebu di pulau Jawa diusahakan di lahan sawah dan 40%-nya diusahakan di lahan tegalan atau lahan kering. Sedangkan pertanaman tebu di luar Pulau Jawa, seluruhnya diusahakan di lahan tegalan. Lampung saat ini menjadi salah satu provinsi lumbung gula nasional. Terdapat enam perusahaan gula yang beroperasi di wilayah Lampung, lima diantaranya

merupakan perusahaan gula swasta dan satu perusahaan gula BUMN. PT. Gunung Madu Plantations (PT. GMP) merupakan perusahaan gula yang memelopori berdirinya perusahaan gula di luar pulau Jawa, terutama di Lampung. Kehadiran PT. GMP dengan perkembangannya yang baik menjadi pemicu berdirinya perusahaan gula yang lain, seperti PT. Bunga Mayang, PT. Gula Putih Mataram, PT. Sweet Indo Lampung, PT. Indo Lampung Perkasa, dan PT. Pemuka Sakti Manis Indah. Kehadiran beberapa perusahaan gula di Lampung turut andil dalam mengembangkan budidaya tebu oleh rakyat (tebu rakyat) di beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Utara, Way Kanan, dan Kabupaten Tulangbawang. Budidaya tebu rakyat dilakukan dengan pola kemitraan dengan sistem bagi hasil. Dalam laporan dari sumber yang sama dalam Indarto et al. (1995), berdasarkan data Badan Statistik Provinsi Lampung tahun 1993, luas total perkebunan tebu di Lampung seluas 210.043 hektar. Luasan tersebut meliputi 50% luasan lahan perkebunan tebu nasional. Laporan dari sumber yang sama dalam Indarto juga disebutkan bahwa produksi tebu oleh perkebunan swasta di Lampung sekitar 6,18 ton gula perhektar, sedangkan di Jawa produksi gula berkisar 10,37 19,17 ton gula per hektar. Namun PT. GMP (Anonim, 2010 a ) yang memiliki luas 25.000 hektar, dalam setahunnya mampu memproduksi gula mencapai 190.000 ton gula, yang berarti dalam tiap hektarnya mampu memproduksi gula sebanyak 7,6 ton. Faktor biofisik tanah dapat menjadi kendala dalam produksi tebu. Tanah yang cocok untuk budidaya tebu adalah tanah yang agak basah dengan curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun, tidak terlalu masam, ph di atas 6,4, ketinggian kurang dari 500 m dpl.

B. Nematoda Nematoda adalah hewan yang bergerak aktif, lentur, berbentuk seperti pipa, hidup pada permukaan lembab atau berair. Nematoda mempunyai sistem organ lengkap seperti hewan lain, tetapi tidak mempunyai sistem peredaran darah (Dropkin, 1992). Rerata panjang nematoda nir-parasit dan nematoda parasit tumbuhan sekitar 1 mm. Larva nematoda atau jenis yang kecil panjang tubuhnya kurang dari 200μm, sedangkan jenis nematoda yang panjang dapat mencapai lebih dari 1cm. Tubuh nematoda berbentuk simetri bilateral dengan beberapa bagian tubuh yang simetri radial. Tubuh nematoda tidak bersegmen (beruas), tetapi kutikulanya menyerupai cincin-cincin. Bagian yang simetri radial dari tubuh nematoda diantaranya mulutnya. Mulutnya dikelilingi oleh enam labium, dengan mulut yang mengarah ke kapsula. Di dalam kapsula terdapat stilet yang digunakan untuk melakukan penetrasi ke sel tanaman (Semangun, 2000). Namun, tipe mulut nematoda mengalami modifikasi dan bervariasi, tergantung dari jenis sumber makanannya. Menurut Dropkin (1992), saluran pencernaan pada nematoda terdiri atas 4 bagian, yaitu stoma (mulut), farink (esofagus), usus, dan anus. Bentuk mulut nematoda disesuaikan dengan sumber makanannya. Esofagus terdiri dari 4 bagian, yaitu prokorpus, metakorpus, isthmus, dan basal bulbus. Usus berfungsi untuk penimbunan cadangan makanan yang tersusun oleh sel-sel besar berbentuk seperti jari (mikrofili). Menurut Semangun (2000), telur nematoda yang menetas akan menjadi larva dengan bentuk hampir sama dengan nematoda dewasa, namun dengan ukuran

yang relatif lebih kecil. Larva yang menetas adalah instar dua. Tiap individu nematoda mengalami ganti kulit sebanyak empat kali. Hingga ganti kulit ketiga, jenis kelamin nematoda belum terbentuk dengan jelas. Pada ganti kulit keempatlah akan terbentuk dengan jelas kelamin nematoda. Jangka waktu yang diperlukan untuk satu daur hidup nematoda bervariasi, tergantung jenis nematoda dan lingkungannya. Misalnya, untuk nematoda puru akar Meloidogyne, satu daur hidupnya memerlukan waktu 18-21 hari. Nematoda tanah dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, nematoda hidup bebas (nir-parasit tumbuhan) dan nematoda parasit tumbuhan (fitofagus) (Dropkin, 1992). Nematoda hidup bebas meliputi nematoda saprofagus (pengurai), fungifagus (pemakan jamur), bakterifagus (pemakan bakteri), dan predator. Nematoda predator mempunyai pengaruh penting terhadap dinamika populasi berbagai jenis nematoda tanah lainnya. Genus nematoda predator yang meliputi Mononchus, Mononchoides, Butlerus, Anantonchus, Diplogaster, Tripyla, Seinura, Dorylaimus, dan Discolaimus mempunyai peranan cukup besar dalam pengendalian nematoda fitofagus (parasit tumbuhan). Pembukaan suatu kawasan hutan memberikan pengaruh terhadap keseimbangan ekosistem yang telah ada sebelumnya terutama terhadap keanekaragaman hayati pada daerah tersebut. Menurut Dropkin (1992), kondisi lingkungan akan mendorong terjadinya adaptasi dan evolusi nematoda yang mengakibatkan terjadinya keanekaragaman jenis nematoda.

Menurut Dropkin (1992), di dalam tanah terdapat 10 kelompok utama ordo nematoda, dua ordo diantaranya terdiri atas nematoda parasit tumbuhan yaitu Tylenchida dan Dorylaimida. Menurut Luc et al. (1995), berdasarkan tipe nya nematoda parasit tumbuhan (Gambar 1) dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) Nematoda ektoparasit yang hidup di luar jaringan tanaman; memperoleh makan dengan menusukkan stiletnya ke dalam sel tanaman; jenis nematoda yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: Criconemoides, Helicotylenchus, Rotylenchulus, Haplolaimus; (2) Nematoda endoparasit, yaitu nematoda yang hidup dan berada di dalam jaringan tanaman; nematoda yang tergolong dalam kelompok ini antara lain: Pratylenchus, Radopholus, Ditylenchus, Meloidogyne dan (3) Nematoda ekto-endoparasitik, yaitu nematoda yang pada fase larva bersifat endoparasit, namun setelah dewasa bersifat ektoparasit; nematoda yang tergolong dalam kelompok ini yaitu Heterodera. A B C D

Gambar 1. Nematoda parasit tumbuhan (A=Hemicriconimoides (Anonim. 2011 h ); B=Hoplolaimus (Anonim. 2011 e ), C=Pratyelenchus (Anonim. 2011 f ), D= Xiphinema (Anonim. 2011 g ); Sumber : http//www. nematode.unl.edu; http://www plantwise.org; http://www plantpath.caes.uga.edu; Gejala serangan nematoda pada tanaman dapat diamati di atas maupun di bawah permukaan tanah. Serangan nematoda di atas permukaan tanah, umumnya muncul gejala seperti daun yang menguning, layu, daun berwarna coklat. Sedangkan gejala serangan di bawah permukaan tanah seperti puru akar, busuk akar, lesio, dan pelukaan akar. Nematoda parasit tumbuhan biasanya melimpah pada kedalaman 0-15cm dari permukaan tanah. Kecenderungan itu muncul karena adanya perakaran tanaman dan kadar oksigen yang relatif tinggi, sehingga laju reproduksi nematoda lebih cepat (Agrios, 2000). Aktivitas nematoda sangat dipengaruhi oleh struktur dan tekstur tanah, aerasi, dan kelembaban tanah. Nematoda hanya dapat bergerak aktif pada jarak pendek sekitar 20-30cm setahun. Angin, aliran air, hewan, dan juga manusia dapat membantu penyebaran nematoda dengan jarak yang relatif lebih jauh (Semangun, 2000). Peran ekologi nematoda yaitu (1) siklus hara, nematoda berperan penting dalam mineralisasi atau pelepasan unsur hara dalam bentuk tersedia bagi tanaman. Contohnya ion ammonium (NH + 4 ) ketika jamur dan bakteri dimakan oleh nematoda; (2) makan, kegiatan makan nematoda merangsang kecepatan tumbuh populasi makanannya. Artinya, nematoda pemakan bakteri merangsang pertumbuhan bakteri, nematoda pemakan akar merangsang pertumbuhan akar

tanaman, dan seterusnya. Nematoda predator dapat mengatur populasi nematoda pemakan bakteri dan pemakan jamur, sehingga dapat mengendalikan A keseimbangan antara bakteri dan jamur, dan komposisi spesies dari komunitas mikroba; (3) penyebar mikroba, nematoda membantu mendistribusikan bakteri dan jamur ke seluruh bagian tanah dan sepanjang akar dengan membawa mikroba hidup atau dorman pada permukaannya dan dalam system pencernaannya; (4) sumber makanan, nematoda adalah sumber makanan untuk predator tingkat lebih tinggi, termasuk nematoda predator, mikroartopoda tanah, dan insekta tanah; (5) penekan penyakit, nematoda mengkonsumsi organisme penyebab penyakit, seperti nematoda pemakan akar, atau mencegah aksesnya ke akar. Hal ini sangat potensial B untuk agen pengendali biologi.

C D Gambar 2. Nematoda nir-parasit tumbuhan (A=nematoda bakteriovora: Rhabditis (Anonim. 2011 c ); B=nematode fungivora: Aphelenchus (Anonim.2011 d ; C=nematode predator: Iotonchus (Anonim. 2011 i ) (; D= nematode omnivore: Dorylaimus (Anonim. 2012 a ). C. Sistem Olah Tanah Konservasi Teknologi Olah Tanah Konservasi (OTK) mulai diperkenalkan di Indonesia oleh segelintir peneliti pada tahun 1980-an. Waktu itu baik para peneliti, dosen, birokat maupun petani sangat sedikit yang merespon secara positif terhadap budidaya OTK. Walaupun menentang arus dan banyak tantangan, saat ini sudah banyak petani yang menerapkan pengolahan tanah secara bijak. Sukses OTK dalam menapak perjalanan panjang ini tidak lepas dari keunggulan dalam menyelamatkan sumberdaya lahan dari degradasi (Utomo, 2000). Sepuluh keuntungan Olah Tanah Konservasi didasarkan pada preferensi petani terhadap OTK yaitu: (1) mengurangi tenaga kerja dan menghemat waktu, (2) mengurangi kebutuhan energi dan peralatan pengolahan tanah, (3) meningkatkan pendapatan petani, (4) meningkatkan bahan organik tanah, (5) memperbaiki agregasi tanah, (6) meningkatkan konservasi air, (7) menekan aliran permukaan dan erosi, (8) meningkatkan biodiversitas tanah, (9) memperbaiki kualitas sumberdaya air, dan (10) memperbaiki kualitas udara.

Pada persiapan lahan teknik OTK, pembakaran residu tanaman tidak diperbolehkan, tetapi justru harus digunakan sebagai mulsa untuk melindungi tanah dari degradasi. Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (Rujter & Agus, 2004). Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai yaitu sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Keuntungan mulsa organik adalah lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung (Anonim, 2010 b ). Pemberian mulsa pada permukaan tanah mampu menahan penguapan air tanah sehingga kelembaban dan ketersediaan air meningkat yang akan berpengaruh terhadap menurunnya suhu tanah yang berdampak positif terhadap meningkatnya aktifitas biota tanah dan pertumbuhan tanaman. Mulsa juga mampu memperbaiki iklim mikro tanah dan memasok bahan makanan bagi biota tanah sehingga mampu berkembang dengan baik. Adanya mulsa pada permukaan tanah OTK di lahan kering mampu menahan penguapan air tanah sehingga kelembapan dan ketersediaan air meningkat. Menigkatnya kelembaban tanah akan berpengaruh terhadap menurunnya suhu tanah yang berdampak positif terhadap meningkatnya aktivitas biota tanah dan pertumbuhan tanah. Mulsa pada permukaan lahan OTK mampu meningkatkan

infiltrasi dan menekan aliran permukaan sehingga dapat mengurangi erosi oleh air. Tergantung dari tipe tanah dan jumlah mulsanya, erosi tanah dapat ditekan sampai 90%.