Peneliti, Divisi Litbang, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp:

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDHULUAN. pertanian dalam pembangun suatu perekonomian adalah menghasilkan bahan pangan

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

BAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan,

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

I. PENDAHULUAN. Tanah marginal adalah tanah sub-optimum yang potensial untuk pertanian baik untuk

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya disebabkan oleh beberapa hal seperti berkurangnya luas kawasan hutan

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengalaman dari collaborative research FORDA/ACIAR/CSIRO/UTAS/UGM/Arara- MHP-RAPP

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. yang termasuk ke dalam kelompok legum merambat (cover crop). Legum pakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Eldridge et al. (1993), taksonomi tanaman Eucalyptus adalah. : Plantae (Tumbuhan) : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Produksi Rumput Gajah Taiwan (Pennisetum Purpureum Schumach)

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

PENELITIAN BUDIDAYA JENIS SUNGKAI ASPEK : SILVIKULTUR MANIPULASI LINGKUNGAN

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Manajemen Pemupukan untuk Pembuatan Hutan Tanaman Acacia mangium sebagai Pengalaman PT. Musi Hutan Persada dalam Pengelolaan Hutan Tanaman Industri, di Sumatera Selatan Oleh: Maydra Alen Inail *, Bambang Supriadi**, Rachmat Wahyono*** * Peneliti, Divisi Litbang, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp: +62 713 324108 Email: alen_inail@yahoo.co.id ** Menejer Research and Pest Control,, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp: +62 713 324108 Email: ba_sprdi@yahoo.com *** General Menejer, Research and Pest Control,, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim,Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp: +62 713 324108 Email: rchmtw@yahoo.co.id ABSTRAK Pembangunan hutan tanaman merupakan suatu alternatif utama dalam rangka penyediaan bahan baku perkayuan baik bagi industri maupun bagi kebutuhan masyarakat. PT. Musi Hutan Persada (PT.MHP) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan spesies utama A. mangium yang ditujukan untuk memasok bahan baku bagi industri pulp. Upaya pengelolaan hutan tanaman dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi yaitu meningkatkan produksi tanaman dengan melakukan pembangunan hutan tanaman pada lahan seluasluasnya, sedangkan pola intensifikasi yaitu meningkatkan produksi tanaman dengan mengoptimalkan berbagai aspek yang dapat menunjang produktivitas pertumbuhan tanaman persatuan luas hektar. Salah satu aspek penting dalam pengelolaan hutan industri berbasis intensifikasi adalah pemakaian teknik budidaya atau silvikultur yang baik, salah satunya manajemen pemupukan. Pada tanah podsolik merah kuning, pemupukan P umumnya memberikan respons yang sangat positif, akan tetapi pemupukan nitrogen (N) pada lahan yang telah ditanami A. mangium tidak memberikan respon karena diduga ketersediaan N di dalam tanah cukup besar akibat kemampuan fiksasi N yang dilakukan tanaman. Manajemen pemupukan phosphat yang tepat dan benar akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan hutan tanaman A.mangium. Kata kunci : A. Mangium, intensifikasi, silvikultur, manajemen pemupukan PENDAHULUAN Untuk mendapatkan tegakan tanaman dengan kualitas yang tinggi, tidak terlepas dari pemakaian benih yang berkualitas tinggi juga. Walaupun demikian, 1

dalam pengelolaan selanjutnya banyak faktor pendukung yang menjadikan tegakan menjadi berkualitas tinggi. Salah satu aspek yang paling penting adalah teknik silvikultur yang benar. Silvikultur yang dimaksudkan dalam pengelolaan hutan tanaman mencakup beberapa aspek, yaitu; manajemen lahan atau tapakan, manajemen pemupukan, serta manajemen gulma. Praktik silvikultur sangat menentukan produktivitas hutan tanaman. Penyiapan lahan yang banyak merusak lapisan permukaan tanah dan serasah (biasanya dilakukan secara mekanis), menejemen hara dan menejemen vegetasi yang buruk juga memberikan kontribusi yang sangat signifikan pada produktivitas hutan tanaman yang rendah. Di luar Jawa kebanyakan hutan tanaman dikembangkan pada tanah podsolik merah kuning (Ultisol, Oxisol) yang secara alami memiliki tingkat kesuburan tanah rendah. Tanah seperti ini umumnya telah mengalami tingkat pelapukan lanjut karena temperatur dan curah hujan yang tinggi. Reaksi kimia (ph) umumnya masam, cadangan hara biasanya rendah, kapasitas pertukaran kation rendah dan kapasitas fiksasi P tinggi. Level N, P, K, Ca dan Mg umumnya rendah sampai sangat rendah. Dengan demikian pada tanah seperti ini manajemen hara untuk menunjang produktivitas yang tinggi sangat penting. Acacia mangium merupakan salah satu spesies penting yang diusahakan dalam pembangunan hutan tanaman industri di Indonesia. Spesies ini mampu tumbuh baik dan menghasilkan pulp berkualitas dan kayu pertukangan. A. mangium diintroduksi di Sumatera Selatan pada tahun 1979. Spesies ini diusahakan dalam skala luas oleh PT. Musi Hutan Persada (PT. MHP) di Sumatera Selatan pada tahun 1990 (Arisman dan Hardiyanto 2006). Kondisi tanah di konsesi PT. Musi Hutan Persada yang didominasi jenis Podsolik Merah Kuning (Ultisol dan Oxisol) dicirikan dengan rendahnya ketersediaan unsur hara, ph tanah dan base saturation. Hal ini tentunya berkebalikan dengan karakter A. mangium yang memerlukan pasokan unsur hara yan tinggi, terutama unsur Phosphat pada awal pertumbuhannya. Pemupukan Phosphat (P) merupakan hal krusial untuk mempertahankan produktivitas hutan A. mangium sedangkan P tersedia cenderung terus menurun seiring bertambahnya umur tanaman. Pada tahun-tahun awal proses pertanaman, 2

Volume (m3/ha) pengaruh pupuk P sangatlah penting untuk menjamin pertumbuhan yang optimal dari tanaman pokok. Oleh sebab itu teknik manajemen aplikasi pupuk fosfat (P) pada A. mangium yang efektif dan efisien di PT. MHP, baik itu teknik, tata waktu, maupun dosis pupuk phosphat yang diaplikasikan sangat penting untuk dipahami. DOSIS PEMUPUKAN P PADA Acacia mangium Studi pemupukan variasi pupuk P menunjukan respon yang positif terhadap pemupukan phosphat. Respon kuat ini terdeteksi pada awal pertumbuhan A. mangium, yaitu sebelum tanaman menutup kanopi (Gambar 1). Gambar 1. Pertumbuhan Acacia mangium pada berbagai dosis pemupukan P 7.0 6.5 5.5 3.5 3.0 9.0 8.0 7.0 Tinggi 1.5 thn 3.0 2.0 0 10 40 100 200 P (kg/ha) Diameter 1.5 thn 0 10 40 100 200 P (kg/ha) 20.0 1 12.0 8.0 0.0 Volume 1.5 thn Gemawang Lagan 0 10 40 100 200 P (kg/ha) Pertumbuhan tanaman yang diaplikasikan pupuk P menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan tanpa pemupukan P. Pada proses selanjutnya, setelah kanopi menutup pengaruh pemupukan phosphat mulai mengalami penurunan. Selanjutnya, jika dilihat pada pertumbuhan antar rotasi. Pemakaian pupuk P juga cukup berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan A. mangium (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh Pemupukan P antar rotasi A.mangium umur 1 tahun P - Level (g TSP/tan) Tinggi Diameter Rotasi 2 Rotasi 3 (m) (cm) 70 0 5.66 7.60 70 67.2 5.83 7.93 70 268 5.93 8.24 140 0 5.71 7.64 140 67.2 5.93 8.08 140 268 5.91 8.17 3

TEKNIK PENEMPATAN PUPUK P P merupakan unsur yang bersifat tidak mobil sehingga pemberiannya harus sedekat mungkin dengan sistem perakaran. Di samping itu karakter tanah Ultisol yang dicirikan dengan kandungan Fe/Al yang tinggi menyebabkan unsur P mudah terfiksasi sehingga tingkat penyerapannya oleh perakaran rendah. Penempatan pupuk phosphat tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tanaman, sampai umur 1 tahun (Gambar 2). Walaupun begitu penempatan pupuk phosphat dalam tanah dianggap sebagai teknik mudah dan cukup efektif karena pupuk tertumpuk pada satu tempat sehingga mengurangi risiko bersinggungan dengan tanah dalam jumlah banyak. Sedangkan metode pupuk dicampur dengan tanah diasumsikan pupuk menyebar dalam lubang tanam sehingga ketika sistem perakaran tanaman menyebar dapat bersinggungan dengan pupuk P, walaupun ada risiko unsur P terfiksasi oleh unsur Fe/Al sehingga mengurangi efektivitas penyerapan oleh perakaran. Metode penempatan pupuk di samping sistem perakaran merupakan metode yang mengakomodasi dua metode sebelumnya yaitu dosis pupuk dibagi menjadi dua dan diletakkan di samping sistem perakaran dengan cara tugal. Gambar 4. Pertumbuhan Acacia mangium pada berbagai posisi penempatan pupuk P 3.0 2.0 1.0 Tinggi 1 thn 10.0 8.0 2.0 Diameter 1 thn 0.0 Tanpa Pupuk Lubang Tanam Samping Lubang Campur Tanah 0.0 Tanpa Pupuk Lubang Tanam Samping Lubang Campur Tanah LUBANG TANAM YANG BAIK UNTUK PEMUPUKAN Keberhasilan penanaman Acacia mangium dipengaruhi oleh berbagai faktor, beberapa diantaranya seperti kondisi tapak, teknik penanamannya serta penambahan berbagai perlakuan yang mendukung pertumbuhannya. Kesesuaian antara kondisi tanah dengan kondisi bibit yang akan ditanam sangat penting untuk 4

dikaji demi menjamin keberhasilan pertumbuhannya. Pada usia muda, suatu tanaman sangat membutuhkan kondisi tanah yang gembur untuk mendukung proses penyebaran akar didalam tanah. Untuk meningkatkan daya adapatasi tanaman dan penyebaran akar yang maksimal maka dibutuhkan ukuran lubang tanam yang efektif untuk mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Dengan posisi pupuk terdapat didalam lubang tanam, maka variasi ukuran lubang tanam juga dianggap perlu dalam menunjang pertumbuhan A.mangium yang baik. Hasil pengamatan menunjukkan jika semakin dalam dan semakin lebar lubang tanam membuat pertumbuhan tanaman lebih baik (Gambar 3). Hal ini diindikasikan pada saat awal pertumbuhan akar tanaman lebih cepat beradaptasi. Gambar 5. Pertumbuhan Acacia mangium pada berbagai macam ukuran lubang tanam 5.4 5.4 5.1 5.1 4.8 Tinggi 1 thn 4.8 Diameter 1 thn 4.2 10x10x10 15x15x20 20x20x15 20x20x20 4.2 10x10x10 15x15x20 20x20x15 20x20x20 Ukuran Lubang (cm) Ukuran Lubang (cm) TATA WAKTU PEMUPUKAN P Aplikasi pupuk P (14 g P per tanaman) pada saat tanam (seluruh dosis atau hanya setengahnya) mengindikasikan bahwa pemberian pupuk P pada saat tanam memberikan respons pertumbuhan yang sangat positif, terutama bila dibandingkan dengan tanpa pemupukan (Gambar 4). Ketika setengah dosis pupuk P diaplikasikan pada 1, 2 atau 3 bulan setelah tanam sistem perakaran A. mangium yang bersifat lateral telah berkembang keluar dari lubang tanam dan diduga sistem perakaran tidak dapat memanfaatkan tambahan pupuk yang diberi pada radius 15 cm dari batang dengan sistem tugal. Ketika tanaman berumur 3 5

bulan kondisi lahan mulai ditumbuhi oleh gulma sehingga muncul persaingan memperebutkan unsur hara. Gambar 4. Pertumbuhan Acacia mangium pada berbagai tata waktu pemupukan P 4.9 4.7 4.3 4.1 3.9 3.7 3.5 5.5 Tinggi 1 thn 3.5 Kontrol SOP 44gr_1bln 44gr_2bln 44gr_3bln Diameter 1 thn Kontrol SOP 44gr_1bln 44gr_2bln 44gr_3bln Beberapa penelitian menjelaskan bahwa efektivitas pemupukan P dipengaruhi oleh pengendalian gulma sampai dengan kanopi menutup, di samping itu efek pemupukan dapat menstimulasi pertumbuhan gulma dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman (Turvey 2006). Pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi absorbsi dan kemungkinan respons terhadap pemupukan: 1) kebutuhan hara, 2) laju pertumbuhan, 3) efisiensi penggunan hara dalam proses metabolisme dan 4) kemampuan mengabsorbsi hara dari tanah (Goncalves et a., 2004). TANTANGAN MANAJEMEN PEMUPUKAN SELANJUTNYA Kelestarian hasil dari pertanaman Acacia mangium terancam oleh adanya serangan hama monyet dengan tingkat kerusakan tanaman yang sangat besar, salah satu upaya yang diambil dalam mengatasi pemasalahan ini adalah dengan mengganti spesies menggunakan Eucalyptus pellita. Karena dari beberapa plot penelitian tanaman Eucalyptus pellita yang telah dimiliki oleh Divisi research menunjukkan pertumbuhan yang baik. Tantangan selanjutnya adalah untuk mengetahui manajemen pemupukan pada pengelolaan Eucalyptus pellita, baik pada lahan ex tanaman Acacia mangium untuk rotasi pertama maupun rotasi rotasi berikutnya agar didapatkan produktivitas tanaman yang maksimal. 6

KESIMPULAN 1. Pemberian pupuk P sangat berpengaruh pada pertumbuhan awal Acacia mangium. 2. Metode penempatan pupuk P pada dasar lubang tanam lebih efektif dibandingkan metode penempatan lainnya. Pemberian dosis pupuk P sekaligus pada saat tanam lebih efektif dibandingkan dengan pemberian setengah dosis dan ditambahkan setengahnya pada 1,2 atau 3 bulan setelah tanam. PUSTAKA Arisman, H. and Hardiyanto, E.B. 2006. Acacia mangium a historical perspective of its cultivation. In: Potter, K., Rimbawanto, A., and Beadle, C. (eds.). Heart rot and root rot in tropical Acacia plantations. Proceedings of a workshop held in Yogyakarta, Indonesia, 7-9 February 2006. ACIAR Proceedings No. 124, Canberra. pp.11-15. Goncalves, J.L.M., Stape, J.L., Benedetti, V., Fessel, V.A.G. and Gava, J.L. 2004. An evaluation of minimum and intensive soil preparation regarding fertility and tree nutrition. In : Goncalves, J.L.M and Benedetti, V (Eds). Forest Nutrition and Fertilization. Institute of Forest Research and Study, Piracicaba, Sao Paolo. pp. 13-64 Turvey, N. 1996. Growth at age 30 months of Acacia and Eucalyptus species planted in Imperata grasslands in Kalimantan Selatan, Indonesia. Forest Ecology and Management 82:185-195. 7