BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN ADVERSITY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurursan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa globalisasi seperti sekarang, keadaan menuntut kita segera

BAB I PENDAHULUAN. lapangan tidak begitu adanya. Pengangguran terdidik bagi para lulusan

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perekonomian keluarga, mengisi waktu luang daripada menganggur,

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mutu tingkat pendidikan antardaerah yang dilakukan oleh pusat penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling

STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang muncul sebagai dampak dari krisis moneter dan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

STRUKTUR UMUR SERTA TINGKAT PENDIDIKAN PENGANGGUR BARU DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA. Nugraha Setiawan

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. menerus di bidang fisik, ekonomi dan lingkungan sosial yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Coping Mechanism adalah tingkah laku atau tindakan penanggulangan

IRRA MAYASARI F

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didalamnya terdapat unsur pencurian berupa pencurian ide-ide dan gagasan tanpa

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan menjadi masalah nasional. Tidak hanya bidang sosial

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. siapa lagi yang akan dimintai bantuan kecuali yang lebih mampu. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB II KAJIAN TEORI. Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

Perilaku Koping pada Penyandang Epilepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. disabilitas fisik. Individu yang memiliki disabilitas fisik sudah sewajarnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian dan ketenagakerjaan di Indonesia. Sejak terjadi krisis

BAB IV HASIL PENELITIAN. mahasiswa yang mengalami stres dengan kategori sebagai berikut: Tabel 4.1 Kategori Variabel Stres (N = 61)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik maupun mental. Tetapi tidak semua anak terlahir normal, anak yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Salah

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki pekerjaan dan penghasilan sendiri adalah keinginan setiap individu yang telah memasuki masa dewasa. Hal ini juga menjadi salah satu tuntutan pada tugas perkembangan masa dewasa dini pada masing-masing individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau sarjana. Hanya saja, sulitnya memperoleh pekerjaan menjadi tekanan tersendiri bagi individu tersebut. Tekanan lainnya yang timbul juga berasal dari perasaan sia-sia karena individu-individu tersebut telah mempertaruhkan uang yang cukup banyak serta waktu yang cukup lama untuk berjuang yaitu kurang lebih lebih 4 tahun untuk menyelesaikam kuliahnya, namun setelah berhasil lulus tetap merasa kesulitan. Keluarga yang terus menuntut untuk segera bekerja juga menjadi salah satu tekanan, bahkan teman-teman seangkatan yang telah banyak bekerja juga menjadi tekanan tersendiri hingga menimbulkan merasa jengkel, marah, sedih, namun kehilangan semangat dan tak berdaya. Apalagi, kecenderungan untuk pilih-pilih pekerjaan menimbulkan dampak yaitu banyak dari individu tersebut menjadi pengangguran. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter, banyak relokasi industri ke Vietnam, sehingga banyak perusahaan yang gulung tikar dan para pekerja yang di PHK. Sementara masih banyak tenaga kerja terdidik maupun yang tidak terdidik belum mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 1

2 memperlihatkan pada Februari dan Agustus 2009, pengangguran sarjana masingmasing 12,94 persen dan 13,08 persen (http://vivanews.com, 2010). Pada Februari 2010 angka pengangguran terbuka mencapai 8,59 juta orang. Sebanyak 1,22 juta orang atau 14,24 persen di antaranya adalah sarjana. Pada Agustus 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) menguraikan, jumlah lulusan sarjana dan diploma yang menganggur masing-masing berjumlah 11,92% dan 12,78%. Sementara pengangguran lulusan SMU hanya 3,81% (http://vivanews.com, 2010). Dengan demikian, pengangguran di Indonesia merupakan masalah besar. Namun, di sisi lain perhatian maupun tindakan pemerintah untuk menguranginya masih minim dan terbatas. Hingga saat ini, masalah pengangguran di Indonesia sepertinya tidak pernah terselesaikan secara tuntas. Kondisinya diperparah dengan persoalan ekonomi yang juga tidak kunjung selesai setelah sangat terpuruk di akhir abad dua puluh yang lalu. Permasalahan lain, berkaitan dengan kualitas sumber daya manausia dari para penganggur sendiri, misalnya dari aspek tingkat pendidikan yang masih belum begitu bagus. Jikapun penganggur berkualifikasi pendidikan tinggi, sering dihadang oleh kesempatan kerja yang sangat terbatas. Selain karena sulitnya lapangan pekerjaan, persoalan pengangguran dihadapkan pula pada bermunculannya para penganggur baru, yaitu orang-orang yang baru lulus mengikuti pendidikan, kemudian meramaikan pasar kerja. Dalam kondisi penganggur lama, yaitu orang-orang yang pernah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan belum tertangani, maka kedatangan penganggur baru di pasar kerja turut menambah rumitnya persoalan ketenagakerjaan di Indonesia.

3 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), menyatakan bahwa besarnya nilai ekspor tidak serta merta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, sebab jumlah pengangguran terdidik di Indonesia justru meningkat. Menurut Sekretaris Kementerian PPN/Bappenas Syahrial Loetan (http://vivanews.com, 2010), tingkat pengangguran terdidik lebih besar akibat lapangan kerja yang diciptakan sektor padat tenaga kerja sangat sedikit. Bahkan beberapa tahun terakhir, pertumbuhan sektor manufaktur dan jasa stagnan. Sebagai contoh adalah lulusan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta yang setiap tahun semakin bertambah. Dalam wawancara dengan Sudjana, salah seorang staf ACEC UMS menyatakan bahwa setiap tahun terdapat peningkatan jumlah lulusan dari tingkat S-1. Pada tahun 2010 lalu terdapat kurang lebih 2000 lulusan sarjana, dan pada bulan April lalu terdapat kurang lebih 600 lulusan sarjana. Data tersebut adalah data lulusan sarjana dari satu universitas, padahal terdapat ratusan universitas di seluruh Indonesia. Sementara lapangan kerja yang tersedia masih terbatas. Dari data tersebut sudah sangat jelas Indonesia mempunyai permasalahan yang tidak ringan dalam mengatasi pengangguran, utamanya yang bergelar sarjana. Dapat dikatakan bahwa gelar sarjana tidak menjamin individu untuk cepat mendapat pekerjaan yang diinginkan dengan penghasilan yang didambakan. Bahkan bagi sarjana yang sudah mendapat pekerjaanpun, nasibnya masih terancam juga dengan PHK mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang belum bangkit dari keterpurukan. Krisis global yang menginduk kepada Kapitalisme berimbas juga pada semakin tingginya angka pengangguran.

4 Studi ketenagakerjaan (BPS, 1999) menyatakan pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau orang yang full timer dalam mencari pekerjaan. Bekerja memiliki pengaruh yang besar pada identitas diri dan persepsi diri serta harga diri individu (Fieldman, 1989). Menurut Rice (1990), adanya pengangguran memberi andil dalam meningkatnya kejahatan, penggunaan obat terlarang, gangguan dalam masyarakat dan kurangnya pendapatan untuk keluarga miskin. Pengangguran terdidik adalah individu yang dalam keadaan menganggur atau tidak bekerja yang memiliki gelar akademis (http//en.wikipedia.org). Adanya penganggur lulusan universitas penting dicermati karena merefleksikan seberapa serius pemerintah memanfaatkan SDM kolektif dalam memajukan berbagai sektor pembangunan bangsa. Dalam era modern seperti sekarang ini, keadaan tidak bekerja akan menimbulkan berbagai permasalahan, terlebih lagi bagi individu-individu yang bergelar sarjana. Menganggur seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga saat mengalami situasi tersebut individu-individu ini dapat merasa stress karena tidak dapat memperoleh pekerjaan sesuai gelar sarjana yang disandang, dan tidak dapat menghindar dari tuntutan atau tekanan yang terjadi. Stress adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang menjadi pemicu stress atau stressor. Sumber stress dibagi menjadi tiga, yaitu, stress yang bersumber dari diri sendiri, keluarga, masyarakat lingkungan (Hidayat, 2004). Untuk mengatasi stress tersebut diperlukan pemecahan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap masalah yang menimpa individu-

5 individu tersebut. Konsep untuk pemecahan masalah ini disebut sebagai strategi koping. Strategi koping dilakukan untuk menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang penuh tekanan (Hapsari dkk, 2002). Dewasa ini proses koping terhadap suatu permasalahan yang dihadapi individu menjadi pedoman untuk mengerti reaksi stress. Umumnya strategi koping terjadi secara otomatis begitu individu merasakan adanya situasi yang menekan atau mengancam, sehingga individu dituntut untuk sesegera mungkin mengatasi ketegangan yang dialaminya. Individu akan melakukan evaluasi untuk seterusnya memutuskan perilaku koping apa yang seharusnya ditampilkan (Hidayat, 2004). Strategi koping menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan perkataan lain strategi koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya (Mu tadin, 2002). Lazarus dan Folkman (Smet, 1994) membagi koping menjadi dua macam, yaitu: (a) Problem-Focussed Coping, yaitu salah satu cara yang berfungsi untuk mengurangi tekanan atau stressor dengan cara menghadapi masalah serta berusaha untuk memecahkannya yaitu dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan baru. Individu akan menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi. (b) Emotion-Focussed Coping, yaitu perilaku koping

6 yang digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi yang penuh tekanan atau stressful, individu akan cenderung untuk mengatur emosinya. Seorang sarjana harusnya mampu menggunakan keintelektualitasnya dalam menghadapi situasi yang menekan seperti apapun, seperti halnya menganggur. Dengan demikian, jika individu berada dalam situasi menganggur, individu tersebut akan menggunakan koping yang berorientasi pada masalah atau Problem- Focussed Coping. Akan tetapi, tidak sedikit dari individu-individu tersebut yang memutuskan untuk menggunakan koping yang berorientasi pada emosi atau Emotion-Focussed Coping. Penggunaan Emotion-Focussed Coping dalam menghadapi suatu permasalahan adalah wajar bagi setiap individu, bahkan bagi individu dengan kemampuan kognitif yang baik sekalipun. Akan tetapi, seharusnya individu-individu tersebut dapat mengelola emosinya sehingga akan ditanggulangi dengan perilaku yang bersifat konstruktif dan bukannya perilaku yang bersifat destruktif. Masyarakat Indonesia terutama etnis Jawa cenderung menghadapi situasi yang menekan dengan tidak menujukkan emosi yang negatif. Apabila terdapat kepentingan yang saling bertentangan, maka diperlunak dengan teknik-teknik kompromi tradisional dan diintegrasikan ke dalam tatanan kelompok yang ada sehingga tidak sampai timbul konflik. Masyarakat Jawa telah terlatih untuk tidak menunjukkan emosinya saat menghadapi pertentangan atau konflik, serta cenderung memendam emosi dalam hati, cara ini bisa disebut dengan istilah seni kontrol diri (Geertz, 1982).

7 Penulis juga melakukan pengamatan dan wawancara singkat terhadap dua subjek bergelar sarjana yang berasal dari keluarga Jawa namun belum bekerja tetap selama kurang lebih dua tahun. Hasil pengamatan dari salah satu subjek selama jam bekerja adalah subjek lebih banyak menghabiskan waktu dengan berselancar internet, menonton televisi dan berkumpul dengan klub sepeda yang diikutinya. Dari wawancara singkat terhadap salah seorang keluarga subjek dapat diketahui bahwa situasi tersebut dibiarkan untuk menghindari konflik, entah konflik antara anak yang masih menganggur dengan orang tua ataupun konflik dengan lingkungan sekitar. Selain itu subjek juga berlatar belakang keluarga menengah ke atas, sehingga orang tua masih sanggup untuk membiayai kebutuhannya. Wawancara singkat juga dilakukan terhadap subjek tersebut. Subjek mengaku telah berusaha mencari pekerjaan dan berkali-kali gagal. Namun subjek berusaha untuk menghadapinya dengan santai. Subjek menjelaskan bahwa jalannya sekarang adalah jalan yang terbaik dari Tuhan, subjek percaya bahwa suatu saat Tuhan akan memberikan jalan yang lebih baik untuknya. Saat ini subjek mengaku memiliki keinginan untuk berwiraswasta dari pada mencari pekerjaan lagi. Hasil pengamatan dari subjek lain adalah selama jam bekerja subjek tersebut membantu usaha pertokoan yang dikelola oleh orang tuanya. Saat dilakukan wawancara singkat terhadapnya, subjek menjelaskan bahwa orang tuanya masih memiliki keengganan dalam memberikan izin untuk bekerja di luar kota dengan alasan karena subjek adalah seorang perempuan. Sembari mencari

8 pekerjaan di dalam kota, orang tua memintanya untuk membantu usaha yang dikelola oleh orang tuanya tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pola Strategi Koping pada Pengangguran Terdidik Lulusan Universitas yang Beretnis Jawa? Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Srategi Koping Pada Pengangguran Terdidik Lulusan Universitas yang Beretnis Jawa. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih detail tentang strategi koping pada pengangguran terdidik lulusan universitas yang beretnis Jawa. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang berjudul Strategi Koping pada Pengangguran T erdidik Lulusan Universitas yang Beretnis Jawa antara lain: 1. Bagi lulusan universitas derajat S-1 yang belum bekerja, agar dapat menggunakan bekal intelektualnya dalam menghadapi situasinya serta memutuskan strategi koping yang sesuai dengan bijaksana. 2. Bagi keluarga dan masyarakat Jawa, hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan dalam menginternalisasi nilai-nilai Jawa, sehingga mampu mengimplementasikan nilai-nilai Jawa tersebut dalam menghadapi situasi yang menekan sehari-hari.

9 3. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritik bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan untuk memperkaya khasanah ilmu psikologi khususnya psikologi sosial karena hasil penelitian ini memberi penjelasan tentang sosialisasi nilai-nilai hidup Jawa. 4. Bagi peneliti dengan tema sejenis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi pendorong untuk penelitian lebih lanjut mengenai strategi koping pada pengangguran sarjana strata satu.