BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang cara pembagian dana

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas hidup manusia sangat penting yang tertuang dalam 9

Pengelolaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah Yang Belum Menerapkan PPK-BLUD

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

BUPATI MALUKU TENGGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 77 TAHUN 2017 TENTANG

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH

2 Bagian Hukum Setda Kab. Banjar

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 19 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANAH DATR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, Ak, CA, QIA, CFrA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 29 TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

4400); 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerimaan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan;

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 21 TAHUN 2014

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BUPATIEMPAT LAWANG PROVINSI SUMATERA SELATAN. PERATURAN BUPATI EMPAT LAWANG NOMOR : 0i\ TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN TARIF KAPITASI

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

Penganggaran dan Penerimaan Dana Kapitasi Program JKN di Daerah Terpencil Kabupaten Kepulauan Mentawai

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 10 TAHUN 2016

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PEMANFAATAN DANA KAPITASI UNTUK PENINGKATAN KINERJA PUSKESMAS

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 2 " TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI

BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT TENTANG PENGGUNAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 61 TAHUN 2018 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN DANA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.2 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2014

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2015

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2014

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

N O M O R 23 T A H U N

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26.A TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI NATUNA. Ranai, 10 Juni Nomor : 900/BPKAD-AGG/159 Kepada Lampiran : Perihal :

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL TIMUR

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2016, No perkembangan kebutuhan implementasi penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbang

LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR : 34 Tahun 2015 TANGGAL : 28 Agustus 2015 PERUBAHAN RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG

MODUL AKUNTANSI DAN PELAPORAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN DAERAH YANG TIDAK MELALUI REKENING KAS UMUM DAERAH (RKUD)

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2016

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 28 TAHUN 2016

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang cara pembagian dana kapitasi nakes pelayanan rawat jalan di daerah terpencil Program Jaminan Kesehatan Nasional dapat ditarik kesimpulan sebagaimana yang dipaparkan dibawah ini. 1. Pelaksanaan Kebijakan, Perencanaan, penganggaran, Pengiriman dan Pengucuran. Pelaksanaan kebijakan pemerintah tentang dana kapitasi Daerah terpencil jelas diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2014. Pelaksanaan Kebijakan tersebut di daerah dituangkan dalam bentuk Peraturan Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai Nomor 43 Tahun 2014, dan Perubahannya Nomor 33 Tahun 2015. Untuk Pelaksanaan sosialisasi kebijakan dari pusat ke daerah masih kurang sehingga adanya kelemahan aparatur teknis dalam pemahaman kebijakan, serta belum terkoordinasinya kebijakan yang ada tersebut dengan baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah. 1

Perencanaan kegiatan penetapan jumlah peserta program jaminan kesehatan nasional yang diberikan bantuan iuran penganggarannya ditanggung oleh pemerintah pusat dan Pemerintah daerah dituangkan dalam Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) kegiatan Dinas Kesehatan pada seksi sumber daya kesehatan. Proses Penganggaran iuran jaminan kesehatan dianggarkan dalam RKA-SKPD Dinas Kesehatan. Tata cara dan format penyusunan RKA-SKPD sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang pengelolaan keuangan daerah. penganggaran iuran premi jaminan kesehatan yang di terima oleh Peserta penerima manfaat jaminan kesehatan serta adanya bentuk pengembalian atau kompensasi dalam bentuk penerimaan dana kapitasi untuk seluruh puskesmas yang melayanani peserta jaminan kesehatan melalui usulan penganggaran RKA dana kapitasi Puskesmas khususnya Puskesmas Mapaddegat yang melewati proses sangat alot dalam pembahasan anggaran, ataupun pengesahan anggarannya. Proses pengiriman iuran peserta Jaminan Kesehatan Nasional kepada pihak BPJS Kesehatan untuk peserta Jamkesmas sebanyak 27.964 jiwa langsung dikucurkan oleh kementerian kesehatan ke Pihak BPJS Kesehatan. Pengucuran dana kapitasi dari BPJS Kesehatan tidak sesuai jumlah peserta yang terdaftar di FKTP/puskesmas, dari bulan mei 2014 s/d Juli tahun 2015 dana kapitasi yang diterima tidak sesuai dengan jumlah kouta dan belum mengacu kepada Permenkes nomor 59 tahun 2014. Dana kapitasi puskesmas untuk tahun 2014 tidak tercatat di DPPKAD sebagai Pendapatan Daerah yang sah sehingga menjadi temuan. pada saat dana kapitasi di distribusikan kepada petugas yang dihitung dengan menggunakan 2

standar poin yang sudah diatur dalam Permenkes nomor 19 tahun 2014 maka ternyata besaran jumlah yang diterima setiap petugas tidak sama dan berbeda-beda. Bahkan ada yang menerima dengan jumlah sangat kecil meskipun sudah sekian lama mengabdikan diri bekerja sebagai tenaga kesehatan yang mereka lakukan sesuai dengan jumlah kinerja mereka setiap harinya. Sehingga menimbulkan kecemburuan social antar sesama mereka, dan mengurangi harmonisasi hubungan sesama tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan di puskesmas Mapaddegat. 2. Penerimaan, Pengelolaan, Pembelanjaan dan Pelaporan. Penerimaan Dana Kapitasi belum sesuai dengan kuota Kepesertaan yang ada di Puskesmas Mapaddegat Jamkesda sebanyak 4.212 Jiwa, Askes sebanyak 2.342 jiwa dan Jamkesmas sebanyak 1.899 Jiwa dengan jumlah seluruh peserta yang terjamin = 8.453 jiwa. Dengan jumlah dana kapitasi yang diterima yaitu sebesar hanya RP.345,114,000,00,- dan terdapat sisa dana kapitasi yang tidak terealisasikan pada tahun 2014 sebesar Rp.153,240,100,00,-. Dengan norma kapitasi sebesar Rp.3500,- yang dibayarkan oleh pihak BPJS tanpa ada dilakukannya kredensealing. Padahal untuk Puskesmas yang memiliki 2 Orang dokter umum dan 1 orang drg harus diberikan norma kapitasi sebesar Rp.10,000,- untuk daerah terpencil dan Kepulauan. Pengelolaan dana kapitasi saat ini terlihat sudah baik jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, ini dapat di buktikan dari adanya keterbukaan informasi tentang jumlah dan besaran dana kapitasi yang diterima oleh Puskesmas 3

setiap bulannya. Penerimaan dana kapitasi tersebut harus dilaporkan oleh puskesmas setiap bulannya. Selain itu kapan saja dibutuhkan informasi tentang penerimaan dana kapitasi Dinas Kesehatan dapat langsung meminta print out rekening koran penampung dana kapitasi puskesmas mapaddegat ke pihak Bank. Pengelolaan Dana Kapitasi JKN mengacu pada peraturan perundang undangan yang berlaku masih tetap dapat untuk disalah gunakan. Pembelanjaan dana kapitasi terbagi atas dua bagian yaitu 60% untuk membayar jasa pelayanan dan 40% untuk operasional pelayanan kesehatan. Besaran dana kapitasi untuk petugas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh jumlah nilai poin ketenagaan yang diperoleh petugas setelah melaksanakan pelayanan di Puskesmas yang dikumulatif setiap akhir bulan. Nilai poin setiap petugas berbeda dengan petugas lainnya yang dapat mempengaruhi jumlah penerimaan dana kapitasi jasa pelayanan kesehatan yang diterima oleh masing-masing petugas pelayanan kesehatan setiap bulannya. Penerimaan dana kapitasi bagi petugas kesehatan seperti dokter jauh lebih besar mendapatkan dana kapitasi jasa pelayanan kesehatan. Bila dibandingkan dengan jumlah penerimaan tenaga bidan atau perawat, sementara kerja bidan atau perawat jauh lebih banyak tugasnya ketimbang pekerjaan dokter seharihari. Masalah ini terjadi karena pendidikan dokter jauh lebih tinggi dan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap jumlah poin yang akan diperoleh nya. maksudnya semakin tinggi tingkat pendidikan petugas maka akan semakin besar poinnya dan akan semakin besar dana kapitasi yang akan mereka terima nantinya sehingga menimbulkan kecemburuan sosial antar sesama petugas kesehatan. 4

Sedangkan untuk pelaporan Bendahara dana Kapitasi JKN pada FKTP mencatat dan menyampaikan laporan realisasi pendapatan dan belanja setiap bulan kepada Kepala FKTP, kemudian Kepala FKTP menyampaikan laporan realisasi pendapatan dan belanja tersebut kepada Kepala SKPD Dinas Kesehatan dengan melampirkan surat pernyataan tanggung jawab dan dilampirkan semua administrasi bukti penggunaan dana kapitasi yang sudah direalisaikan sesuai Perpres nomor 32 tahun 2014. Dan dapat untuk di pertanggunjawaban secara berjenjang. Mulai dari bendahara membuat laporan pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas, Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kepada ke Kepala Dinas Kesehatan. Kemudian Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan menyampaikan laporan pertanggungjawaban pemanfaatan dana Kapitasi jasa Pelayanan Kesehatan Ke Bupati. 3. Dana Kapitasi Untuk peningkatan Kualitas Pelayanan Penerimaan dana kapitasi yang sering terlambat dapat mengganggu proses pelayanan. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Mapaddegat sudah mulai lebih baik ini di dapat dibuktikan melalui sudah mudahnya masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan pada setiap fasilitas kesehatan mulai dari Puskesmas, Pustu, Poskedes, dan Polindes karena sudah adanya kebijakan tegas bagi petugas kesehatan yang menetap tinggal di dusun dan di desa yang senantiasa melayani masayarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan disaat terjadinya resiko penyakit. Untuk jumlah Petugas yang melayani di Puskesmas Mapadegat maupun jaringannya sudah mencukupi. Untuk sarana ada sebagian yang rusak seperti tensi meter, steteskop, 5

senter, timbangan kondisinya sudah tidak bagus di ruangan balai pengobatan. Dan prasarana ruangan laboratorium terletak di tengah-tengah ruangan segra dipisahkan agar tidak semua petugas yang berada di puskesmas maupun pengunjung terkontaminasi dengan kuman, bakteri, dan virus yang hidup berkembang biak di udara pada area laboratorium. serta kurangnya fasilitas, sarana dan SDM dipuskesmas. 6.2 Saran Dari hasil penelitian ini dapat penulis sarankan sebagaimana yang dijelaskan kan dibawah ini. 6.2.1 Aspek Akademis Agar hasil penelitian ini nantinya dapat dipergunakan sebagai referensi bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi para akademisi dan pengembangan studi sosiologi untuk penelitian selanjutnya yaitu tentang mekanisme pembagian dana kapitasi nakes pelayanan rawat jalan di daerah terpencil Program Jaminan Kesehatan Nasional. 6.2.2 Aspek Praktis 1. Pihak Legislatif dan Eksekutif baik di tingkat Pusat maupun di Tingkat Daerah sebagai penguasa anggaran harus memahami tentang pentingnya penganggaran Program Jaminan Kesehatan Nasional. Dan mengawal pembagian dana kapitasi ke seluruh unit pelayanan kesehatan agar dana tersebut terealisasi dengan baik. Serta perlunya sosialisasi kebijakan program 6

JKN mulai dalam hal perencanaan, penganggaran, pengiriman, dan pengucuran dana kapitasi dapat dilaksanakan dan direaisasikan sesuai dengan kebijakan yang ada tersebut. 2. Kepada pihak BPJS kesehatan harus membayarkan dana kapitasi sesuai jumlah kepesertaan yang terdaftar di Puskesmas Mapaddegat setiap bulannya, agar penerimaan dana kapitasi sesuai kuota dan dikelola dengan baik agar setiap bulannya dapat dibelanjakan tanpa melewati proses yang sangat rumit dan perlu untuk disederhanakan dalam aturan. Sehingga Dana Kapitasi yang sudah direalisasikan dapat dilaporkan dan tencatat sebagai penerimaan/pendapatan yang sah bagi pemerintah daerah (DPPKAD). Dan dipertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3. Pembagaian Dana Kapitasi untuk Peningkatan Kualitas Pelayanan Nakes bagi peserta JKN di Puskesmas dan jaringannya agar masyarakat memperoleh layanan kesehatan yang berkualitas dan (Gratis). 7