BAB III RELAI JARAK. untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP KERJA DASAR RELAI JARAK PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY

BAB IV. ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING

Kata Kunci : Saluran UdaraTeganganTinggi, Rele Jarak, Scanning Setting Rele Jarak, Mathcad 14.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

STUDI KEANDALAN DISTANCE RELAY JARINGAN 150 kv GI TELLO - GI PARE-PARE

EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR

EVALUASI SETTING RELE JARAK GARDU INDUK UNGARAN JARINGAN 150kV ARAH KRAPYAK-2

STUDI PENGARUH UPRATING SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 kv TERHADAP SETTING RELE JARAK ANTARA GI KAPAL GI PADANG SAMBIAN GI PESANGGARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK RELAI JARAK SEBAGAI PENGAMAN UTAMA PADA POLA PROTEKSI SUTT PT. PLN ( Persero) Udiklat Semarang

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

Studi Koordinasi Rele Proteksi Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kv GI. Payakumbuh GI. Koto Panjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

JARINGAN GARDU INDUK DISTRIBUSI

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELAI JARAK SUTET 500. kv KRIAN - GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam segi peningkatan kualitas sistem tenaga listrik, banyak aspek yang bisa

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

BAB 2 KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI DAN PROTEKSINYA

OCR/FGR untuk mendeteksi gangguan fasa-fasa dan fasa-tanah.

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

Rekonfigurasi Sistem Proteksi Utama pada Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan Penambahan Gardu Induk Baru di Alam Sutera

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

BAB 3 KONSEP ADAPTIF RELE JARAK

STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RELE. Klasifikasi Rele

Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. TATAP MUKA XII&XIII. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT.

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Koordinasi Proteksi Saluran Udara Tegangan Tinggi pada Gardu Induk Mliwang Tuban Akibat Penambahan Penghantar Pltu Tanjung Awar-Awar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

WILAYAH KALIMANTAN BARAT AREA PENGATUR DISTRIBUSI DAN PENYALURAN

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. DASAR DASAR SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

Analisis Penalaan Rele Jarak sebagai Proteksi Utama pada Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kv Bandung Selatan Cigereleng

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK

EVALUASI SETTING RELE JARAK TRANSMISI 150 KV SENGGIRING - SINGKAWANG

Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri

BAB II LANDASAN TEORI

GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang

BAB II LANDASAN TEORI

GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertemuan ke :2 Bab. II

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

BAB 4 KOORDINASI SETELAN RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA PULOMAS

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

BAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III METODE PENELITIAN

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

ANALISA KEANDALAN RELAI JARAK SEBAGAI PENGAMAN UTAMA PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 70 KV DI GARDU INDUK BOOM BARU SEDUDUK PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

2014 ANALISIS KOORDINASI SETTING OVER CURRENT RELAY

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

RELE JARAK SEBAGAI PROTEKSI SALURAN TRANSMISI

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENALAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB III RELAI JARAK 3.1. UMUM Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang sangat tinggi dapat dipenuhi dengan suatu sistem interkoneksi jaringan daya secara berkesinambungan seperti sistem interkoneksi Jawa- Bali. Hal ini berdampak pada sistem interkoneksi yang semakin rumit, sehinggga diperlukan suatu sistem proteksi yang dapat diandalkan untuk mendukung kestabilan sistem tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, peralatan proteksi harus beroperasi dengan kecepatan yang tinggi dan dapat menyeleksi gangguan yang terjadi. Pada suatu sistem transmisi proteksi yang umumnya digunakan adalah relai jarak. Gambar 3.1 merupakan relai jarak type AREVA MICOM P543, dan indikasi relai dapai dilihat pada table 3.1 19

20 Gambar 3.1 Relai jarak AREVA MICOM P543 Tabel 3.1 Indikasi relai jarak no Indikasi Arti Indikasi Keterangan 1 TRIP Trip Relai member printah trip 2 ALARM Alarm Terjadi gangguan pada relai 3 OUT OF SERVICE Tidak aktif Relai dalam kondisi tidak siap operasi 4 HEALTY Sehat Relai dalam keadaan normal 5 Phase A Trip A Terjadi gangguan pada fasa A 6 Phase B Trip B Terjadi gangguan pada fasa B 7 Phase C Trip C Terjadi gangguan pada fasa C 8 Aided Trip Terima Signal Terima signal dari GI lawan 9 Zone 1 Zone-1 Gangguan terjadi pada Zone 1 10 Zone 2 Zone-2 Gangguan terjadi pada Zone 2 11 Zone 3 Zone-3 Gangguan terjadi pada Zone 3 3.2 Prinsip Pengukuran Jarak Relai jarak digunakan sebagai pengaman utama ( main Protection ) pada SUTT / SUTET dan sebagai backup untuk seksi didepan. Relai jarak bekerja dengan mengukur besaran impedansi (Z). Transmisi dibagi menjadi beberapa daerah cakupan

21 yaitu Zone-1, Zone-2, Zone- 3 seperti terlihat pada gambar 3.1, serta dilengkapi juga dengan teleproteksi ( TP ) sebagai upaya agar proteksi bekerja selalu cepat dan selektif di dalam pengamanannya. Gambar 3.2 Daerah Pengamanan Relai Jarak Relai jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus gangguan yang terlihat dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi sampai titik terjadinya gangguan dapat di tentukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.3.

22 Gambar 3.3 Gangguan didalam dan luar Daerah Pengamanan Untuk gangguan di B ( batas pengamanan ), tegangan yang diukur di A ialah : =. (3.1) Perbandingan antara tegangan dan arus gangguan di A : =...(3.2) Untuk gangguan di F1 ( di dalam pengamanan ), tegangan yang diukur di A ialah : =. (3.3) Perbandingan antara tegangan dan arus gangguan di A : = (3.4)

23 Karena < dan >, maka < Z relai akan bekerja Untuk gangguan di ( diluar pengamanan ), tegangan yang diukur di A ialah : =.....(3.5) Perbandingan antar tegangan dan arus gangguan di A : = (3.6) Karena > dan <, maka > Z relai tidak akan bekerja. Untuk gangguan didaerah pengamanan relai akan bekerja sedangkan untuk gangguan diluar daerah pengamanannya relai tidak akan bekerja. 3.3 Cara Pengukuran Jarak Relai jarak secara keseluruhan harus dapat mendeteksi semua jenis gangguan, baik gangguan antar fasa maupun gangguan satu fasa ketanah, dengan batas daerah pengamanan yang benar. Pada dasarnya cara pengukuran impedansi sampai ketitik gangguan oleh relai jarak adalah dengan cara mengukur tegangan dan arus yang terganggu, maka tegangan dan arus dari fasa yang terganggu yang masuk ke relai lah yang digunakan untuk mengukur impedansi sampai ke titik gangguan tersebut. Bila ditinjau dari macamnya, gangguan hubung singkat dapat dibedakan menjadi : - Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ( L-L-L ) Gambar 3.4. Gangguan hubung singkat tiga fasa

24 Untuk gangguan tiga fasa seperti terlihat pada gambar 3.4, didapat bahwa untuk pengukuran jarak sampai ketitik gangguan adalah dengan mengukur tegangan fasa dan arus fasa yang masuk ke relai. Impedansi yang diukur relai jarak pada saat terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa adalah sebagau berikut : Vrelai = VR Irelai = IR Dimana, ZR = VR/IR... (3.7) ZR = Impedansi terbaca oleh relai VR = Tegangan fasa ke netral IR = Arus fasa - Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ( L L ) Gambar 3.5. Gangguan hubung singkat dua fasa Untuk gangguan dua fasa seperti terlihat pada gambar 3.5, didapat bahwa untuk pengukuran jarak sampai ke titik gangguan adalah dengan mengukur tegangan antar fasa yang tergangu, dan selisih arus arus yang terganggu yang masuk ke

25 relai. Maka pengukuran impedansi untuk hubung singkat antara fasa S dan T adalah sebagai berikut : V relai I relai = VS VT = IS IT Sehingga, ZR = ( VS VT ) / ( IS IT ) (3.8) Dimana, ZR = Impedansi terbaca oleh relai untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 3.2 Tabel 3.2 Tegangan dan arus masukan relai untuk gangguan hubung singkat dua fasa Fasa yang terganggu Tegangan Arus R S VR VS IR - IS S T VS VT IS IT T R VT VR Ir it - Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah ( L G ) Gambar 3.6. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah

26 Untuk mengukur impedansi pada hubung singkat satu fasa ke tanah terlihat pada gambar 3.6, tegangan yang dimasukan ke relai adalah tegangan yang terganggu, sedangkan arus fasa yang terganggu di tambah arus sisa dikali factor kompensasi. Misalnya terjadi gangguan hubung singkat satu fasa R ke tanah, maka pengukuran impedansi dilakukan dengan cara sebagai berikut : Tegangan pada relai : V relai = VR Arus pada relai : I relai = IR + K0.In Arus netral : In = IR+IS+IT Kompensasi urutan nol : K0 = 1/3 ( Z0-Z1/Z1) ZR = VR/(IR+K0.In)..(3.9) Dimana, ZR = Impedansi terbaca oleh relai 3.4 Karakteristik Relai Jarak karakteristik relai jarak merupakan penerapan langsung dari prinsip dasar relai jarak. Berikut ini adalah beberapa karakteristik relai jarak : a. Karakteristik impedansi Ciri cirinya : Merupakan lingkaran dengan titik pusatnya ditengah tengah, sehingga mempunyai sifat non directional. Untuk diaplikasikan sebagai pengaman SUTT perlu ditambahkan relai directional. Mempunyai keterbatasan mengantisipasi gangguan tanah high resistence.

27 Gambar 3.7 Karakteristik Impedansi b. Karakteristik Mho Ciri cirinya : Titik pusatnya bergeser sehingga mempunyai sifat directional Mempunyai keterbatasan untuk mengantisipasi gangguan tanah high resistance Gambar 3.8 Karakteristik Mho

28 c. Karakteristik Reaktance Ciri cirinya : Karakteristik reaktance mempunyai sifat non directional. Untuk aplikasi di SUTT perlu ditambah relai directional. Dengan seting jangkauan resistif cukup besar maka relai reactance dapat mengantisipasi gangguan tanah dengan tahanan tinggi. Gambar 3.9 Karakteristik Reaktance d. Karakteristik Quadrilateral Karakteristik quadrilateral merupakan kombinasi dari 3 macam komponen yaitu : reactance, berarah, resistif Dengan seting jangkauan resistif cukup besar, maka karakteristik relai quadrilateral dapat mengantisipasi gangguan tanah dengan tahanan tinggi. Umumnya kecepatan relai lebih lambat.

29 Gambar 3.10 Karakteristik quadrilateral 3.5 Syarat Utama Relai Jarak Relai jarak harus mempunyai sifat sifat khusus sebagai berikut : a. Dapat menentukan letak arah gangguan Relai harus dapat menentukan letak gangguan yang terjadi, apakah didepan relai ( daerah yang diamankan ) atau dibelakang relai, dimana relai ini tidak dapat bekerja. b. Dapat mengukur arah letak gangguan Relai ini harus dapat mengukur daerah letak gangguan, apakah terletak di dalam atau diluar jangkauannya. c. Adanya beban maksimum tidak boleh masuk ke dalam daerah pengamanan.

30 3.6 Relai Jarak dengan Tiga Tingkat Pengamanan Batas pengamanan dari relai jarak adalah daerah batas, tadi bukan merupakan titik tertentu. Panjang daerah batas ini dipengaruhi oleh adanya kesalahan kesalahan trafo arus ( CT ), kesalahan trafo tegangan ( PT ), kesalahan relai itu sendiri dan kesalahan pada data panjang saluran transmisi. Untuk itu pada umumnya relai jarak settingnya menggunakan menjadi tiga tingkat ( zone ) pengamanan agar daerah pengamanannya dapat tetap mempunyai selektifitas yang baik, terlihat pada gambar 3.11. Daerah pengamanan pertama yang selanjutnya disebut zone I atau digunakan untuk mengamankan kurang dari panjang saluran yang diamankan, pengurangan ini disebabkan adanya daerah batas, dan diperhitungkan sedemikian rupa, sehingga kesalahan yang ada tidak menyebabkan timbulnya jangkauan lebih, jangkauan daerah pengamanan diharapkan dapat maksimal mencapai ujung saluran transmisi yang diamankan, tanpa menjadi tumpang tindih dengan zone 1. Daerah tingkat pengamanan kedua yang selanjutnya disebut zone II atau digunakan untuk mengamankan sisa saluran transmisi yang belum diamankan oleh zone I, sekaligus juga sebagai pengaman rel diujung saluran yang diamankan. Dengan perhubungan tersebut, maka penyetelan zone II harus dapat mencapai rel ujung saluran transmisi, karena pada zone II ini terjadi tumpang tindih dengan zone I pengamanan seksi berikutnya, maka waktu kerja relai harus diperlambat dengan niai waktu tertentu. Daerah tingkat pengamanan ketiga yang selanjutnya disebut zone III atau merupakan pengaman cadangan untuk relai seksi berikutnya sehingga daerah pengamanannya diusahakan sampai ke ujung seksi berikutnya.karena zone III ini

31 juga tumpang tindih dengan zone II pengamanan seksi berikutnya, maka waktu kerja relai diperlambat lagi dengan nilai waktu tertentu pula. Dengan uraian uraian kesalahan yang dapat mempengaruhi jangkauan relai, yaitu : Kesalahan CT sebesar ± 5% Kesalahan PT sebesar ± 5% Kesalahan relai itu sendiri sebesar ± 5% Factor keamanan sebesar ± 5% Z3 t Z2 A t B C Z1 S ZL1 ZL2 F21 Gambar 3.11Relai jarak dengan tiga tingkat pengamanan 3.6.1 Penyetelan Zone I Daerah ini harus mencakup daerah sejauh mungkin dari saluran yang diamankan, tetapi tidak boleh melampaui saluran didepannya,terliha seperti pada gambar 3.12. Dengan mempertimbangkan adanya kesalahan kesalahan dari data saluran, CT, PT, dan peralatan lainnya sebesar 20%, zone I mulai di set 80% dari panjang saluran yang diamankan.

32 = 0.8..(3.10) Gambar 3.12 Daerah penyetelan relai jarak tiga tingkat 3.6.2 Penyetelan Zone II Dasar pemilihan zone II adalah berdasarkan pertimbangan pertimbangan sebagai berikut : Daerah ini harus pasti dapat menjangkau sisa saluran yang diamankan zone I atau jangkauan zone II harus mengcover melebihi busbar di GI-B, maka zone II minimum adalah 120% dari. Jangkauan zone II juga harus mengcover penghantar didepannya dan berfungsi sebagai pengaman cadangan jauh distance relai di GI-B, maka zone II maksimum harus menjangkau 80% jaringan didepan yang paling pendek, maks = 80% ( + 80% ) min = 1,2 (3.11)

33 mak = 0,8% ( + 0,8 ).. (3.12) Dimana : = Impedansi saluran yang diamankan = Impedansi saluran berikutnya yang terpendek ( dalam Ω ) 3.6.3 Penyetelan Zone III Dasar pemilihan zone III adalah berdasarkan pertimbangan pertimbangan sebagai berikut : Daerah ini diusahakan dapat meliputi seluruh seksi berikutnya ( harus mencapai far dan bus terpanjang ) sehingga didapat penyetelan zone III min = 1,2 + ).. (3.13) mak = 0,8 ( + 0,8 ( + 0.8 ).. (3.14) Dimana : = Impedansi saluran yang diamankan = Impedansi saluran berikutnya yang terpanjang 3.7 Menentukan Impedansi Sekunder Data dari saluran transmisi merupakan data pada sisi primer, sedang relai pada sisi sekunder, dengan rangkaian relai jarak seperti pada gambar 3.13 : CT PT ZP ZP = Impedansi sisi primer ZS = Impedansi sisi sekunder CT = Trafo arus Relai ZS PT = Trafo tegangan Gambar 3.13 Rangkaian relai jarak

34 Untuk dapat melakukan penyetelan relai, maka data impedansi pada sisi primer (ZP) dikonversikan ke sisi sekunder, yaitu menjadi impedansi sisi sekunder (ZS). =... (3.15) 3.8 Pola Proteksi Agar gangguan sepanjang SUTT dapat ditripkan seketika pada kedua sisi ujung saluran, maka relai jarak perlu dilengkapi fasilitas teleproteksi. Berikut ini adalah beberapa macam teleproteksi : a) Pola Dasar ( Basic Scheme ) Ciri ciri Pola dasar : Tidak ada fasilitas PLC Untuk lokasi gangguan 80 100 % relai akan bekerja zone II yang waktunya lebih lambat ( tertunda ) b) Pola PUUT ( Permissive Underreach Transfer Trip ) Prinsip kerja dari pola PUUT : Pengiriman sinyal trip ( carrier send ) oleh relai jarak zone I Trip seketika oleh teleproteksi akan terjadi bila relai jarak zone II bekerja disertai dengan menerima sinyal. ( carrier receipt ) Bila terjadi kegagalan sinyal PLC maka relai jarak kembali ke pola dasar. c) Pola POTT ( Permissive Overreach Transfer Trip ) Pengiriman sinyal trip ( carrier send ) oleh relai jarak zone I

35 Trip seketika oleh teleproteksi akan terjadi bila relai jarak zone II bekerja disertai dengan menerima sinyal. ( carrier receipt ) Bila terjadi kegagalan sinyal PLC maka relai jarak kembali ke pola dasar. 3.9 Kinerja PMT Sewaktu Terjadi Gangguan Karena relai yang bekerja akhirnya mengirim sinyal untuk mentrip PMT, maka kondisi PMT sangat menentukan keberhasilan sistem proteksi. Disamping itu kinerja PMT juga harus diperhatikan, berikut ini kinerja PMT yang perlu diamat iadalah : a) Kecepatan pembukaan kontak kontak PMT b) Kondisi kontak kontak PMT, apakah masih lancar atau tidak, karena hal ini dapat mempengaruhi proses pemutusan busur listrik pada PMT. c) Keserempakan pembukaan kontak kontak PMT, hal ini berkaitan dengan mekanisme PMT dan kondisi setiap kontak.