DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI

EVALUASI KINERJA WADUK WADAS LINTANG

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

EVALUASI KINERJA WADUK DENGAN METODE SIMULASI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

Studi Perencanaan Pola Operasi Waduk Latowu Provinsi Sulawesi Tenggara Guna Penyediaan Air Baku dan Air Irigasi JURNAL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

REKAYASA SUMBERDAYA AIR (WATER RESOURCES ENGINEERING ) OPERASI WADUK

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Desain Penelitian Partisipan... 35

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian, dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Hal 51

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

BAB IV METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

PERENCANAAN OPERASI DAN KONSERVASI WADUK MRICA (JEND. SOEDIRMAN) BANJARNEGARA

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

Bab IV Analisis Data

STUDI PERENCANAAN POLA OPERASI WADUK LOMPATAN HARIMAU DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Bab III Metodologi Analisis Kajian

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1. Peta lokasi Penelitian Sumber : Google Map

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP :

ANALISA KEANDALAN KOLAM TANDON AIR BAKU DENGAN INLET DARI PARIT YANG DIPENGARUHI OLEH PASANG SURUT

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

2015 ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA BENDUNGAN JATIGEDE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

Lampiran 1. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... iv. KATA PENGANTAR...

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

OPTIMASI POLA OPERASI WADUK UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (Studi Kasus Waduk Wonogiri)

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

Kata kunci : Kebutuhan Irigasi, Kebutuhan Non Irigasi, keandalan waduk

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 OPTIMASI POLA PENGOPERASIAN BENDUNGAN CIBANTEN

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

ANALISIS DEBIT ANDALAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan kaidah-kaidah pokok yang digunakan dalam aktifitas ilmiah. Metode yang

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

BAB III METODOLOGI Rumusan Masalah

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Identifikasi kebutuhan Data

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

PENDAHULUAN Latar Belakang

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

SEMINAR HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

Transkripsi:

v n t= 1 = 1 n t= 1 DEFt Di W t 2. Nilai maksimum deficit ratio v 2 = max DEFt Dt 3. Nilai maksimum deficit v = max { } DEF 3 t BAB III METODOLOGI 24

Tahapan Penelitian Pola pengoperasian yang digunakan oleh Waduk Wadaslintang selama ini adalah metode rule curve. Penelitian ini untuk membandingkan dan mengevaluasi unjuk kerja pada pola operasi waduk yang ada yaitu pola pengoperasian Waduk Wadaslintang berdasarkan data eksisting, SOP serta rule curve. Kemudian menganalisa faktor faktor yang terkait kinerja pengoperasian waduk yang kemudian ditindaklanjuti pada bangunan waduk. Tahapan dalam penulisan tugas akhir ini meliputi: 1) Pengumpulan data untuk keperluan evaluasi. 2) Skenario kelompok tahun inflow waduk. 3) Menentukan besar evaporasi. 4) Menentukan besarnya kebutuhan air (demand ). 5) Model simulasi pengoperasian waduk. 6) Analisa unjuk kerja waduk. 7) Mencari faktor faktor yang mempengaruhi kinerja operasi waduk berdasarkan evaluasi. 8) Menindaklanjuti hasil evaluasi kinerja waduk dan faktor faktor yang berpengaruh pada bangunan waduk. Mulai Pengumpulan data : - Karakteristik waduk - Inflow waduk - Sedimentasi waduk - Operasi waduk Pengumpulan data : - Kebutuhan air irigasi - Kebutuhan air untuk PLTA Pengumpulan data : - Evaporasi - Pola tanam - Curah hujan - Meteorologi 25

Analisis ketersediaan air : Inflow waduk Suplesi Analisis kebutuhan air : - Irigasi - PLTA Faktor-faktor dalam kinerja operasi waduk Analisis operasi waduk Kesimpulan Kinerja operasi waduk Tindak lanjut hasil evaluasi pada struktur bangunan waduk Gambar desain konstruksi Selesai Gambar 3.1. Bagan alir tahapan penelitian 26

Pengumpulan Data Persiapan Tahapan persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data, yang harus segera dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan pekerjaan. Tahap persiapan meliputi kegiatan-kegiatan berikut : 1) Studi pustaka terhadap materi untuk menentukan garis besarnya. 2) Menentukan kebutuhan data 3) Mendata instansi-instansi terkait yang dapat dijadikan narasumber 4) Pengadaan persyaratan administrasi untuk perencanaan data 5) Survey lokasi untuk mendapatkan gambaran umum kondisi sebenarnya. Persiapan di atas harus dilakukan secara cermat untuk menghindari pekerjaan yang berulang-ulang sehingga tahap pengumpulan data optimal. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini ada beberapa metode pengumpulan data dapat dilakukan, yaitu dengan cara: 1) Metode Literatur Metode literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengidentifikasi, mengolah data tertulis dan metode kerja yang digunakan sebagai input proses evaluasi 2) Metode Observasi Metode observasi merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan agar desain sesuai 3) Metode Wawancara Metode wawancara merupakan cara memperoleh data yang dilakukan dengan menanyakan langsung pada narasumber atau instansi yang terkait. 27

Adapun data-data yang digunakan sebagai dasar perencanaan meliputi: 1) Data Primer Data primer merupakan data yang didapatkan berdasarkan hasil survey di lapangan, antara lain: Kondisi fisik bangunan waduk Kondisi lingkungan. 2) Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari berbagai narasumber dan instansi terkait, antara lain: Data irigasi berupa luas daerah layanan irigasi, pola tanam daerah irigasi, laju evaporasi yang akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air irigasi. Data angin, data curah hujan dan kelembaban. Data debit inflow. Pada pembuatan laporan ini penulis menggunakan data sekunder untuk debit inflow dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk menghitung debit inflow terkait jauhnya sumber data dan keterbatasan data yang dimiliki. Data kapasitas tampungan dan elevasi air waduk. Data pelepasan (release) dan elevasi aktual Waduk Wadaslintang. Pola pengoperasian Waduk Wadaslintang. Data kondisi sedimentasi serta bangunan waduk. Pengolahan dan Analisis Data Analisis dan pengolahan data yang dibutuhkan dan dikelompokkan sesuai identifikasi permasalahannya, sehingga didapat penganalisisan dan pemecahan yang efektif dan terarah. Analisis data yang perlu dilakukan antara lain : Analisis kelompok tahun inflow waduk. Analisis kebutuhan air ( demand ). Analisis kinerja pengoperasian waduk. Analisis faktor faktor yang mempengaruhi kinerja waduk. Aplikasi hasil evaluasi kinerja dan faktor-faktor pada bangunan waduk. 28

Dalam proses perencanaan, diperlukan analisis yang teliti, semakin rumit permasalahan yang dihadapi maka kompleks pula analisis yang akan dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis yang baik, diperlukan data/informasi, teori konsep dasar dan alat bantu. Skenario Kelompok Tahun Inflow Waduk Data debit inflow waduk sepanjang tahun dibagi menjadi 4 (empat) kelompok tahun debit inflow. Sebelum dibagi dalam 4 kelompok tahun debit inflow, data debit rerata bulanan dijadikan debit rerata tahunan dan diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil. Pembagian kelompok debit inflow ke dalam kelompok tahun basah, kelompok tahun normal, kelompok tahun cukup dan kelompok tahun kering dilakukan secara visual. Dari pengelompokan tersebut dapat diketahui tahun-tahun operasi waduk yang akan disimulasikan termasuk dalam kelompok dan zona tahun yang mana. Pengelompokan kelompok tahun sebagai pedoman untuk menentukan demand dan pola rule curve yang akan digunakan. Menentukan Besarnya Evaporasi Evaporasi merupakan kehilangan air (losses) yang mengurangi volume air yang tertampung dalam suatu waduk, karena itu evaporasi yang terjadi merupakan fungsi dari luas genangan permukaan air waduk. Data evaporasi yang dipakai berdasarkan ketinggian evaporasi dikalikan luas muka air waduk setiap bulannya. Menentukan Kebutuhan (Demand) Air Waduk Wadaslintang Kebutuhan air di hilir Waduk Wadaslintang terbagi untuk kebutuhan irigasi dan PLTA. Besarnya kebutuhan air (demand) waduk diperhitungkan berdasarkan kondisi kekurangan air yang belum terpenuhi dari ketersediaan air di hilir waduk. Adapun kebutuhan air didasarkan pada data demand terbaru dikurangi ketersediaan air di hilir waduk. Kebutuhan Air untuk Irigasi Kebutuhan air untuk pertumbuhan Kebutuhan air untuk pertumbuhan : 1. Untuk 2 minggu ke 1 sampai ke 4 dengan menggunakan rumus : Ir = w + Et + P Re 2. Untuk 2 minggu ke 5 sampai ke 6 dengan menggunakan rumus : Ir = Et + P Re 29

Dimana : Ir = Kebutuhan air untuk irigasi W = Kebutuhan air untuk penggantian air genangan Et = Evapotranspirasi P = Perkolasi Re = Curah hujan efektif Perhitungan yang terkait dengan kebutuhan air untuk pertumbuhan : Perhitungan Evapotranspirasi Evapotranspirasi adalah peristiwa penguapan suatu daerah aliran sungai sebagai akibat pertumbuhan dari tanaman. Rumus : Et = ETo x KT Dimana : ETo = Evapotranspirasi Eo = Evaporasi ( peristiwa berubahnya air menjadi uap ) KT = Koefisien Tanaman ( Padi ) Perhitungan perkolasi Nilai perkolasi untuk daerah datar sebesar 1 mm / hari, sedangkan untuk daerah dengan kemiringan > 5 %, nilai perkolasinya berkisar 2 5 mm / hari. Karena termasuk daerah datar, maka nilai perkolasi yang dipakai adalah 1 mm / hari. Perhitungan curah hujan efektif Curah hujan efektif dihitung berdasarkan koefisien yang telah banyak digunakan pada banyak proyek di Jawa Tengah, yaitu dari 2 alternatif nilai : 1. ERF 1 = 0,5 x Rh 2. ERF 2 = 0,6 x ( ETo + Perkolasi ) Dari 2 nilai tersebut nilai yang terendah diambil sebagai curah hujan efektif. Ada variasi ERF 2 untuk pengolahan lahan, dimana ETo diganti dengan Eo ( evaporasi ), diasumsikan menjadi 1,2 x Eto. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah Kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan (standing water), W = 3,33 mm/hari. 30

Beberapa faktor variabel yang terkait dengan perhitungan kebutuhan air untuk irigasi, meliputi : 1. Harga evaporasi ( Eo ). 2. Harga perkolasi ditetapkan 1 mm / hari karena daerah cenderung datar. 3. Curah hujan efektif ( Re ). 4. Evapotranspirasi potensial ( Et ) = evaporasi x koefisien tanaman ( Kt ), dimana koefisien tanaman diperoleh dari tabel pendekatan Nedeto / Porosida 5. Kebutuhan air untuk penjenuhan pendahuluan dan pengolahan tanah. 6. Besarnya kehilangan air selama penyaluran diperhitungkan untuk tiap tiap saluran : - kebutuhan air dikalikan 0,166 sebagai konversi dari mm / hari menjadi liter / detik / hektar ( Ir ). - Kebutuhan air saluran tersier ( Irt ) : Ir = 75% - Kebutuhan air saluran sekunder ( Irs ): Irt = 80% - Kebutuhan air saluran primer ( Irp ) : Irs = 90% 7. Hasil perhitungan kebutuhan air pada saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier di plot pada jadwal rencana pengolahan tanah dan pertumbuhan padi. 8. Angka kebutuhan air untuk masing masing saluran ditetapkan berdasarkan angka terbesar dari rata rata kebutuhan air dari sistem saluran. Kebutuhan Air untuk PLTA Karena kebutuhan air untuk PLTA bergantung pada besarnya kebutuhan irigasi, maka kebutuhan untuk PLTA tidak menambah besarnya permintaan akan kebutuhan air. Model Simulasi Pengoperasian Waduk Dalam penelitian ini dilakukan simulasi berdasarkan data eksisting, SOP dan rule curve pedoman manual pengoperasian waduk. Secara umum beberapa pendekatan simulasi waduk dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Simulasi dilakukan sepanjang beberapa tahun menurut urutan tahun inflow. 31

2. Awal pengoperasian pada bulan Oktober, sesuai dengan dengan pola tanam di daerah irigasi. 3. Tampungan pada awal pengoperasian dilakukan dengan coba-coba (trial and error) yaitu dengan menggunakan persamaan lengkung kapasitas yang ada. 4. Kehilangan air bulanan (evaporasi) merupakan fungsi dari luas genangan waduk dengan data ketinggian evaporasi yang ada (luas permukaan x tinggi evaporasi) 5. Tampungan waduk di akhir bulan tidak diperkenankan kurang dari kapasitas minimum dan melebihi kapasitas maksimum. 6. Limpasan terjadi jika volume tampungan akhir waduk melebihi kapasitas maksimum. Air yang melimpas melalui bangunan pelimpah tidak diperhitungkan sebagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan atau diasumsikan sebagai kelebihan. (Martsanto, 1990) 7. Hukum kesetimbangan air waduk adalah : I t = RL t + Le t + SP t + S t S t-1 S 0 (awal) = S 12 Dimana : I t RL t Le t SP t = debit inflow waduk pada bulan ke- t (juta m 3 / bulan) = pelepasan (realease) waduk pada bulan ke-t (juta m 3 / bulan) = limpasan yang terjadi pada bulan ke-t (juta m 3 / bulan) = kehilangan air waduk pada akhir bulan ke-t (juta m 3 / bulan) S t = tampungan waduk pada akhir bulan ke-t (juta m 3 / bulan) S t-1 = tampungan waduk awal bulan ke-t (juta m 3 / bulan) t = 1, 2, 3,, 12 8. Luas genangan dan elevasi waduk dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan lengkung teoritas waduk. 9. Volume tampungan awal sama dengan volume tampungan akhir waduk bulan sebelumnya. 10. Unjuk kerja yang dihitung adalah keandalan, kelentingan dan kerawanan. 11. Pada perhitungan unjuk kerja digunakan asumsi bahwa waduk dianggap gagal apabila tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan. 32

Adapun langkah masing-masing simulasi pengoperasian waduk adalah sebagai berikut: Simulasi berdasarkan data eksisting 1) Memasukkan data masukan (input) berupa debit inflow dan pelepasan aktual. 2) Memasukkan data demand sesuai dengan kelompok tahun. 3) Menentukan besarnya evaporasi yang merupakan fungsi dari luas genangan awal waduk. 4) Menentukan kapasitas efektif awal waduk pada bulan pengoperasian dengan cara coba coba (trial and eror) agar elevasi akhir yang dihasilkan mendekati elevasi eksisting yang ada. 5) Menentukan kapasitas efektif akhir waduk dengan menggunakan persamaan kesetimbangan air. S t = S t-1 + I t - RL t - E t 6) Menentukan volume / tampungan waduk total awal dan akhir berdasarkan volume tampungan efektif ditambah dengan kapasitas tampungan mati. 7) Limpasan (spill) terjadi jika volume tampungan akhir waduk melebihi kapasitas maksimum. 8) Luas genangan awal dan akhir ditentukan dengan menggunakan persamaan lengkung kapasitas waduk. 9) Elevasi awal dan akhir waduk ditentukan dengan menggunakan persamaan lengkung kapasitas waduk. 10) Memasukkan data elevasi akhir eksisting sebagai perbandingan dengan elevasi akhir hasil perhitungan. 11) Menentukan kapasitas efektif tampungan maksimum dan minimum dalam satu tahun. 12) Menentukan indikator unjuk kerja kebutuhan yaitu dengan membandingkan antara pelepasan dengan kebutuhan (demand). 33

mulai Tahun = 1 Bulan = 1 Input data : Inflow (I) Demand (D t ) Release (RL t ) Tentukan kapasitas awal tampungan waduk (S 0 ) Hitung : E t = f (A awal) S t < S max S t = I t + S t-1 E t RL t? S t > S min S min < S t < S max S t = S max S t = I t + S t-1 E t RL t S t = S min Spill = I t + S t-1 E t RL t S max Spill = 0 Spill = 0 Hitung: A awal = f (S awal) A akhir = f (S akhir) H awal = f (S awal) H akhir = f (S akhir) Bulan berikutnya Tahun berikutnya Tidak Tidak Bulan > 12? YA Tahun > n? YA Unjuk Kerja Pengoperasian Waduk 1. Keandalan (reability) 2. Kelentingan (resiliency) 3. Kerawanan (vulnerability) selesai Gambar 3.2. Bagan Alir Simulasi Eksisting (McMohan dan Russel, 1978 dalam Suharyanto, 1997) 34

Simulasi berdasarkan SOP (Standard Operating Policy) 1) Memasukkan data masukan (input) berupa debit inflow. 2) Memasukkan data demand sesuai dengan kelompok tahun. 3) Menentukan besarnya evaporasi yang merupakan fungsi dari luas genangan awal waduk. 4) Menentukan besarnya pelepasan dengan kriteria sebagai berikut : RL t = I t + S t-1 - E t - S maks. apabila I t + S t-1 - E t - D t > S maks. RL t = I t + S t-1 - E t - S min. apabila I t + S t-1 - E t - D t < S min. RL t = D t apabila S min. < I t + S t-1 - E t - D t < S maks. 5) Menentukan kapasitas efektif awal waduk pada awal bulan pengoperasian dengan coba coba (trial and error) agar elevasi akhir yang dihasilkan mendekati elevasi akhir eksisting yang ada. 6) Menentukan kapasitas efektif akhir waduk dengan menggunakan parsamaan kesetimbangan air. S t = S t-1 + I t - RL t - Ev t 7) Menentukan volume / tampungan waduk total awal dan akhir berdasarkan volume tampungan efektif ditambah dengan kapasitas tampungan mati. 8) Limpas (spill) terjadi jika volume tampungan akhir waduk melebihi kapasitas maksimum. 9) Luas genangan awal dan akhir ditentukan dengan menggunakan persamaan lengkung kapasitas waduk. 10) Elevasi awal dan akhir ditentukan dengan menggunakan persamaan lengkung kapasitas waduk. 11) Menentukan indikator unjuk kerja kebutuhan yaitu dengan membandingkan antara pelepasan dengan kebutuhan (demand). mulai Tahun = 1 Bulan = 1 Input data : Inflow (I t ) Demand (D t ) 35

Gambar 3.3. Bagan Alir Simulasi SOP (McMohan dan Russel, 1978 dalam Suharyanto, 1997) Simulasi berdasarkan Rule Curve Elevasi 1) Memasukan data masukan (input) berupa debit inflow. 36

2) Memasukkan data demand sesuai dengan kelompok tahun. 3) Menentukan besarnya evaporasi yang merupakan fungsi dari luas gengan awal waduk. 4) Menentukan elevasi awal dan akhir berdasarkan rule curve pedoman manual pengoperasian waduk yang telah ada. 5) Memasukkan data elevasi eksisting sebagai perbandingan dengan elevasi rule curve. 6) Menentukan kapasitas / tampungan awal dan akhir waduk dengan menggunakan persamaan lengkung kapasitas yanh merupakan fungsi dari elevasi. 7) Limpasan (spill) terjadi jika volume tampungan akhir waduk melebihi kapasitas maksimum. 8) Outflow ditentukan berdasarkan persamaan kesetimbangan air waduk. RL t = I t + S t-1 - E t - S t 9) Luas genangan awal dan akhir ditentukan dengan menggunakan persamaan lengkung kapasitas waduk. 10) Menentukan kapasitas efektif tampungan maksimum dan minimum dalam satu tahun. 11) Menentukan indikator unjuk kerja kebutuhan yaitu dengan membandingkan antara pelepasan dengan kebutuhan (demand). mulai Tahun = 1 Bulan = 1 Input data : Inflow (I t ) Demand (D t ) 37

Gambar 3.4. Bagan Alir Simulasi Rule Curve-Elevasi (McMohan dan Russel, 1978 dalam Suharyanto, 1997) Simulasi dengan menggunakan Resevoir Simulation Model for Water Suplly (Resim) Data masukan (Input data ) meliputi : 38

1. Data inflow waduk yang ditentukan berdasarkan distribusi probabilitas untuk tahun kering, normal dan basah (input pada worksheet flow-data pada sel B7 sampai Y7). 2. Volume tampungan aktif dan volume tampungan minimum waduk (input pada sel B6 dan F5 di Worksheet Interface). 3. Data evaporasi yaitu koefisien evaporasi tengah bulanan dan evaporasi tahunan dalam satuan m. (input pada worksheet Parameters di sel D9 dan B13 - B36). Hubungan antara luas permukaan genangan dan volume tampungan dihitung berdasarkan persamaan lengkung kapasitas waduk dengan persamaan A = 0.1866 x V 0.7031, dengan a = luas permulaan dan V = volume tampungan. Hubungan volume dan luas genangan seperti ditunjukkan pada gambar 10. Gambar Lengkung Kapasitas Waduk Wadaslintang. 4. Data kebutuhan air yang terdiri dari koefisien kebutuhan air irigasi, air baku, dan PLTA. ( inputnya pada worksheet demand, dimana terdapat 2 kolom utama yaitu precentage dan volume. Precentage terdiri dari prosentase pemakaian air irigasi, air baku dan instream demand, dimana masing-masing terdapat kolom yang merupakan koefisien rata-rata kebutuhan per tengah bulanan. Sedangkan volumenya didapatkan dari input pada sel B7 di worksheet interface) Simulasi waduk dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini. 1. Input data inflow tengah bulanan pada worksheet flow data sepanjang 15 tahun data, mulai dari Oktober tahun 1990/1991 Oktober 2004/2005. 2. Masukkan Volume Aktif untuk waduk di sel B6 pada Worksheet Interface 3. Masukkan data evaporasi (koefisien evaporasi dan evaporasi tahunan ) pada worksheet Parameters, dan koefisien kebutuhan air di worksheet Demand. 4. Masukkan target elevasi sesuai skenario pola operasi kelompok masing masing tahun (tahun kering, tahun normal atau tahun basah) pada worksheet S_model kolom Vol-lc. 39

5. Masukkan Demand Tahunan kondisi eksisting sesuai dengan kebutuhan air di sel B7 pada Worksheet Interface 6. Lihat hasil simulasi dari model (program) di bagian Interface untuk mengetahui total kegagalan, sedangkan pada worksheet performance dapat diketahui nilai-nilai performance waduk per tahun. 7. Hasil simulasi ini merupakan hasil simulasi dengan model Resim ( sumber : Darrell G. Fontane, Colorado State University, Spring 2001 ) Mulai Tahun ke - n Bulan ke - n Menentukan keadaan awal suatu periode Perhitungan kebutuhan pengairan Perhitungan debit sungai yg tersedia Perhitungan suplesi dari waduk Memasukkan pola operasi waduk berdasarkan rule curve Inflow waduk Menghitung : 1. pelepasan pengairan 2. kekurangan suplesi 3. pelepasan air untuk tenaga listrik 4. pelimpahan 5. ketinggian dan kapasitas akhir id Bulan berikutnya Tahun berikutnya Analisis statistik tingkat keandalan 40 Selesai

Gambar 3.5. Bagan Alir Simulasi dengan Menggunakan Resim. Analisa Unjuk Kerja Waduk Kinerja pengoperasian waduk merupakan indikator waduk dalam pengoperasian untuk memenuhi kebutuhan. Beberapa indikator untuk menilai besarnya performance operasi 41

waduk yang meliputi keandalan (reliability), kelentingan (resiliency) dan kerawanan (vulnerability). Bahasan berikutnya setelah simulasi adalah memeriksa unjuk kerja (performance) waduk, yang meliputi : 1) Keandalan (reliability) 2) Kelentingan (resiliency) 3) Kerawanan (vulnerability) Tindak Lanjut Hasil Analisa pada Bangunan Waduk Tahapan akhir dari penelitian ini adalah menindaklanjuti hasil dari analisis evaluasi waduk berupa pendesainan konstruksi waduk yang terkait dengan faktor kinerja waduk sehingga diperoleh kinerja yang lebih optimal. 42