DESAIN PIT PENAMBANGAN BATUBARA BLOK C PADA PT. INTIBUANA INDAH SELARAS KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA DENGAN METODE CIRCULAR USGS 1983 DI PT. PACIFIC PRIMA COAL SITE LAMIN KAB. BERAU PROVINSI KALIMATAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

Tambang Terbuka (013)

Artikel Pendidikan 23

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

Bab V Pembahasan V.1 Data Eksplorasi Batubara V.2 Pemetaan Topografi

ANALISIS KEMAJUAN PENAMBANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN SOFTWARE DAN PRISMOIDAL DI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.

BAB III LANDASAN TEORI

Oleh. Narendra Saputra 2) Dr.Ir.Eddy Winarno, S.Si., MT, Ir. R. Hariyanto, MT 1) Mahasiswa Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta 2)

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. PT Beringin Jaya Abadi merupakan salah satu tambang terbuka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS STATISTIK UNIVARIAN

ESTIMASI CADANGAN BATUBARA DENGAN SOFTWARE TAMBANG PADA PIT DE DISITE BEBATU PT. PIPIT MUTIARA JAYA KABUPATEN TANA TIDUNG, KALIMANTAN UTARA

RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARA DI BLOK SELATAN PT. DIZAMATRA POWERINDO LAHAT SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

Oleh : Triono 1 dan Mitra Wardhana 2 SARI. Kata Kunci : Cadangan Batubara Metode Cross Section dan Blok Model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

PEMODELAN SEAM BATUBARA BLOK 13 BERDASARKAN DATA BAWAH PERMUKAAN PT. RIMAU ENERGY MINING PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

STUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON DAN INVERSE DISTANCE PADA PERHITUNGAN CADANGAN Ni PT. CIPTA MANDIRI PUTRA PERKASA KABUPATEN MOROWALI

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan 14 PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA TERBUKTI DENGAN METODE CROSS SECTION. Oleh Diyah Ayu Purwaningsih 1 dan Riyanto 2

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH

Oleh : Diyah Ayu Purwaningsih 1 dan Surya Dharma 2 ABSTRAK

Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan

BAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA

PERHITUNGAN MINEABLE COAL RESERVE PADA PIT JUPITER AREA SEAM 16 PT. ENERGI CAHAYA INDUSTRITAMA, BUKUAN SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR

Metode Tambang Batubara

SARI ABSTRACT PENDAHULUAN

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember 2016 Penulis. (Farah Diba) vii

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

POTENSI DAN PEMANFAATAN BATUGAMPING DI PT. SUGIH ALAMNUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. perencanaan yang lebih muda dikelola. Unit ini umumnya menghubungkan. dibuat mengenai rancangan tambang, diantaranya yaitu :

REKAYASA LERENG STABIL DI KAWASAN TAMBANG TIMAH TERBUKA PEMALI, KABUPATEN BANGKA UTARA, KEPULAUAN BANGKA

PENENTUAN CADANGAN BATUBARA DARI DATA BOR MENGGUNAKAN METODE AREA OF INFLUANCE

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas.

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

METODA-METODA DALAM PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal. menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Stability Radar (SSR) dan Peg Monitoring WITA, terjadi longsoran besar di low-wall

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

KONSEP DASAR PERENCANAAN TAMBANG 3.1 PENGERTIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung

ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan, Perancangan dan Geometri Penambangan.

DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3

KISI KISI PROFESIONAL dan PEDAGOGIK UKG TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN TAHUN 2015 PPPPTK BBL MEDAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

3.1 KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

PENAKSIRAN CADANGAN PASIR BATU DI PT. MEGA BUMI KARSA KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013 ISSN

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Oleh : Sundek Hariyadi 1 dan Rahman 2 ABSTRACT SARI. Dosen Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara 2.

PEMODELAN KADAR NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI DENGAN PENDEKATAN METODA ESTIMASI ORDINARI KRIGING

PEMAKAIAN RAMBU-RAMBU TAMBANG. Untung Uzealani, SE Project Manager

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Kalimantan Timur yang melakukan penambangan dengan sistem penambangan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN TEKNIK STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI CV. KUSUMA ARGA MUKTI NGAWEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka

Transkripsi:

DESAIN PIT PENAMBANGAN BATUBARA BLOK C PADA PT. INTIBUANA INDAH SELARAS KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA Fadli¹, Sri Widodo², Agus Ardianto Budiman¹ 1. Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia 2. Program Studi Teknik Pertambangan, Universitas Hasanuddin. SARI Desain pit adalah suatu kegiatan dalam merencanakan kegiatan produksi pada tambang dengan metode yang digunakan adalah tambang terbuka. Tujuan dari penelitian ini, untuk mendapatkan desain pit yang ideal, dengan mengunakan metode penampang sayatan, penyebaran batubara, cadangan overburden, cadangan batubara, geometri bench dan stripping ratio. Metode penelitian yang digunakan untuk pembuatan desain pit adalah program autocad 2012. Adapun data data yang yang diperhatikan dalam pembuatan desain pit meliputi kestabilan lereng ( lebar bench, tinggi bench, kemiringan lereng dan endapan batubara). Dari hasil pengolahan data, maka didapatkan luas bukaan pit 75,8763 Ha, dengan nilai stripping ratio 11 : 1 dan desain pit penambangan batubara dengan geometri bench tinggi yaitu 7 meter, lebar bench 3 4 meter dan kemiringan 65 o. Dimana desain pit penambangan sampai pada kedalam 2 m di permukaan laut. Kata kunci : Endapan Batubara, Autocad 2012, Geometri Bench, Stripping Ratio, Desain Pit. ABSTRACT Design pit is an activity deeping to plot production mines activity by methodic that is utilized is strip mine. To the effect of observational it, to get ideal pit design, with methodics penampang's slicing, coal broadcast, overburden's reserve, coal reserve, geometry bench and stripping ratio. Observational method that is utilized for makings to design pit is program autocad 2012. There is data even one data are noticed in makings designs pit covers cant stability( bench's broad, bench high, inclination bevels and coal sediment). Of data processing result, therefore gotten by pit's aperture extent 75.8763 Ha, with stripping ratio point 11: 1 and pit's design coal mining with bench's geometry high which is 7 meters, bench's broad 3 4 meters and inclinations 65 o. Where is pit's design mining comes up into 2 m at sea level. Keyword : Coal sediment, Autocad 2012, Bench geometry, Stripping Ratio, Pit design. PENDAHULUAN Pada dunia tambang batubara di Indonesia, kebanyakan prusahaan asing maupun local banyak menggunakan metode tambang terbuka, oleh karena sebagian besar cadangan batubara terdapat pada dataran rendah atau pada daerah Pegunungan dengan topografi yang landaudengan kemiringan lapisan batubara yang kecil. Penambangan dengan metode tambang terbuka adalah suatu kegiatan penggalian bahan galian seperti batubara, ore (bijih), batu dan sebagainya di mana para pekerja berhubungan langsung dengan udara luar.dan iklim. Tambang terbuka (open pit mining) juga disebut dengan open cut mining; adalah metoda penambangan yang dipakai untuk menggali mineral deposit yang ada pada suatu batuan. Metode ini cocok dipakai untuk ore bodies yang berbentuk horizontal yang memungkinkan produksi tinggi dengan ongkos rendah. Maka dari itu, peneliti terdorong untuk mengambil penelitian tentang desain pit pada PT. Intibuana Indah Selaras yang berada di Propinsi Kalimantan Utara, untuk lebih mengetahui secara rinci desain pit batubara 55

yang ideal sesuai yang diharapkan pihak prusahaan. METODE PENELITIAN Pada Penelitian ini menggunakan pendekatan yang mengkombinasikan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam melakukan pengolahan, pengambilan dan pengkajian data. Pada penelitian ini mengambil dua jenis data yaitu data primer dan data sekuner. Dimana data primer yang diambil meliputi: data survey dalam format excel dan data litologi berupa data pemboran meliputi : kode lubang bor, kode seam, lapisan overburden/batubara dan ketebalan. Sedangkan untuk data sekunder meliputi : peta lokasi daerah penelitian, dan data curah hujan. Kajian dalam penelitian ini memberi gambaran mengenai desain pit tambang terbuka pada sumber daya batubara, Dalam penelitian ini, lebih menekankan pada penentuan area pembuatan desain pit pada blok c PT. Intibuana Indah Selaras. Salah satu hal yang mempengaruhi pembuatan desain pit adalah penyebaran batubara, gambaran bentuk 2 dimensi dan 3 dimensi dari batubara, dengan melihat dari pembuatan penampang sayatan, blok model dan cross section. Desain pit adalah salah satu metode yang paling banyak digunakan pada sebagian besar prusahaan yang ada di Indonesia, dengan pertimbangan tingkat kecelakaan yang cukup rendah. Selain itu juga, dimana sebagian besar cadangan batubara yang ada di kalimantan terdapat pada dataran rendah atau daerah pengunungan dengan topografi yang landai dengan kemiringan lapisan batubara yang kecil. Atas dasar hal tersebut penulis melakukan penelitian pada PT. PT. Intibuana Indah Selaras yang berada di Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Utara untuk lebih mengetahui secara rinci cara pembuatan desain pit yang ideal sesuai yang di harapkan pihak perusahan. HASIL Hasil Analisis Data Sebelum melakukan eksploitasi terhadap suatusumber daya batubara, maka perlu dilakukan penaksiran terhadap kelayakan suatu bahan galian khususnya tambang batubara, kita harus menganalisis beberapa data yang di lihat dari berbagai aspek penunjang, Adapun factor penunjang kelayakan suatu bahagian galian batubara diantara, data titik bor, log bor, penampang sayatan, peta situsi, peta penyebaran titik bor, peta line pit, peta penampang sayatan, blok model perhitungan stripping ratio dan desain pit. Dari berbagi data di atas kemudian diolah dan dianalisis dengan berbagai proses baik dari segi perhitungan maupun permodelan. Agar dapat mengetaui area yang baik dalm pembuatan desain pit. Analisa Data Bor Blok C Pemboran dikatakan selesai apabila sudah mencapai target kedalaman yang telah ditentukan dan seluruh rangkaian stan bor diangkat satu persatu untuk dipersiapkan pindah ke titik bor selanjutnya. Berdasarkan data pemboran yang ada di lapangan dan hasil dari drill log maka di dapatkan deskripsi beberapa lapisan batuan yang kemudian dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri lapisannya. 1. Lapisan Overburden (OB) Lapisan overburden ini dapat dilihat dari analisis cutting yang memiliki warna kuning kemerahan sampai coklat kemerahan dengan tekstur halus dan memiliki ketebalan ± 1.5 m sampai 11 m di ambil dari hasil nilai perlapisan ob pada titik bor. 2. Lapisan Endapan Batubara Seam A Lapisan batubara seam A pada umumnya berwarna coklat kehitaman sampai hitam gelap dan memiliki ketebalan 0.90 m sampai 4.20 m. 3. Lapisan Interburden Lapisan ini terdiri dari lempung, lempung pasiran dan pasir. Memiliki warna abu-abu sampai kecoklatan dan memiliki ketebalan ± 5,00 m-30,00 m. Kemudian data-data dari hasil pemboran tersebut di pindahkan kedalam log bor yang di olah mengunakan program autocad 2012. Hasil pemboran secara lengkap berupa log bor. 56

Analisis Ketebalan Lapisan Batubara a. Penampang sayatan 1-2 Penampang sayatan 1 2 memiliki peta arah penyerbaran titik bor dengan arah selatan kearah utara, dengan jumlah titik bor sebanyak 4 titik bor yaitu Bms 98, 118, 57, dan 32. Gambar 2. Penampang Sayatan 1-2 Pada penampang sayatan 1-2 nampak seam 1 dari titik bor Bms 89 menerus sampai ujung jarak titik bor Bms 32, karena antara titik bor 88 dan titik bor Bms-32 terdapat akhir dari endapan batubara seam A b. Penampang sayatan 3-4 Penampang sayatan 3 4 memiliki peta arah penyerbaran titik bor dengan arah barat ke arah timur, dengan jumlah titik bor sebanyak 3 titik bor yaitu Bms 115, 99, 118, dan 98B. Gambar 1. Log Bor 57 Gambar 3. Penampang Sayatan 3-4 Pada penampang sayatan 3-4 nampak seam 1 dari titik bor Bms 115 menerus sampai ujung jarak titik bor Bms 98 B, karena di titik bor 115 dan titik bor Bms 98 B terdapat akhir dari endapan batubara seam 1. c. Penampang Line 5-6

Penampang sayatan 5 6 memiliki peta arah penyerbaran titik bor dengan arah barat kearah timur, dengan jumlah titik bor sebanyak 3 titik bor yaitu Bms 115, 99, 118, dan 98B. jumlah titik bor dan di kali dengan luas area dari titik bor, seperti pada rumus sebagai berikut : a. Rumus Rata-rata To = k1+k2+k3 3 b. Rumus Vo = Rata-rata To x luas area Ket : To : Tebal overburden Vo : Volume overburden k1, k2, k3 : Titik bor 3 : Jumlah titik bor Perhitungan Volume Batubara Gambar 4. Penampang Sayatan 5-6 Pada penampang line 5-6 nampak seam 1 dari titik bor Bms 42 menerus sampai ujung jarak titik bor Bms 60 B, karena di titik bor 42 dan titik bor Bms 60 terdapat akhir dari endapan batubara seam A. Perhitungan Cadangan Mengunakan Metode (Triangular Grouping) Pada metode perhitungan cadangan triangular grouping pada umumnya digunakan pada tipe endapan dengan pola pengeboran yang acak. Adapun metode perhitunganya dapat dilihat sebagai berikut : Pada perhitungan volume batubara merupakan salah satu tahap dalam menghitungan nilai stripping ratio, dimana nilai rata-rata batubara yang harus diketaui dari setiap titik bor, kemudian di bagi dengan jumlah titik bor dan di kali dengan luas area titik bor, seperti pada rumus sebagai berikut: a. Rumus Rata-rata Tb = k1+k2+k3 3 b. Rumus Vb = Rata-rata Tb x luas area Ket : Tb : Tebal batubara Vb : Volume batubara k1, k2, k3 : Titik bor 3 : Jumlah titik bor Perhitungan Tonase Batubara Pada rumus perhitungan tonase batubara, adalah merupakan tahap selanjutnya setelah volume batubara telah di ketahui. Pada perhitungan tonase batubara ini, dimana nilai total volume batubara di kali dengan density dari batubara seperti pada rumus berikut: a. Rumus : Tonase Bb = Volume Bb x density Bb Perhitungan Stripping Ratio Gambar 5. Metode Triangular Grouping Perhitungan Volume Ob Pada perhitungan volume overburden merupakan salah satu tahap dalam menghitungan nilai stripping ratio, dimana nilai rata-rata overburden yang harus diketaui dari setiap titik bor kemudian di bagi dengan Pada perhitungan stripping ratio ini, dimana hasil nilai dari perhitungan volume overburden dan nilai tonase batubara telah di ketahui maka selanjutnya di lakukan perhitungan total nilai stripping rationya, dimana nilai total volume overburden di bagi dengan nilai total tonase batubara, seperti pada rumus sebagai berikut : a. Rumus stripping ratio SR Volume Ob = Tonase bb 58

Bentuk Blok Model Pada gambar blok model, dimana memperlihatkan model 3 dimensi dari bentuk batubara pada setiap titik bor yang ada, adapun ukuran dari blok model yaitu : blok 5 x 5 x 2,5 m dan subblok 2,5 x 2,5 x 1,25 m, dibuatlah blok model dari solid model endapan batbatubara pada area blok c. Gambar 6. Blok Model Pembahasan Hasil Pengamatan Metode penambangan yang akan digunakan adalah tambang terbuka (open pit mining). Pemilihan metode penambangan ini didasarkan atas : 1. Karakteristik spasial dari endapan. Kondisi lapisan batubara yang terletak relatif jauh dengan permukaan dimana kemiringan batubara 15 o, ketebalan batubara 0,90 4,20 meter. 2. Konsiderasi Ekonomi Mengacuh nilai stripping ratio 11 : 1 3. Faktor Teknologi - Perolehan tambang : dengan sistem penambangan terbuka perolehan batubara lebih besar dibandingkan dengan tambang tertutup. - Modal : Alat-alat mekanis untuk metode tambang terbuka sudah tersedia. 4. Kondisi Geologi dan Hidrologi - Kondisi Geologi dimana batuan samping terdiri dari batuan sedimen berupa batuan lempung dan batupasir. Tidak ditemukan adanya gejala struktur. - Kondisi hidrologi berdampak pada pada sistem pemompaan dan penirisan. - Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan pengaruh air yang berasal dari permukaan lebih besar dibandingkan dengan air tanah pada elevasi tertentu, sehinggan menyebabkan kondisi material setengah jenuh/basah. Perancangan Pit (Desaign Pit) Berdasarkan dari pertimbangan beberapa faktor diatas maka perancangan pit penambangan seam A : 1. Geometri Jenjang Untuk mencapai nilai striping ratio 11: 1 dengan kondisi batubara yang ada dengan tetap memperhatikan aspek geoteknik (Amdal) maka geometri jenjang pada desain pit yaitu : - Lebar jenjang : 3-4 m. - Tinggi lereng : 7m. - untuk single slope : 8 m. - Kemiringan lereng : Single slope 65 o. Rekomendasi geometri lereng tunggal (Single Slope) adalah tinggi bench 7 m, lebar bench 3 m, dengan sudut lereng 65 o, kondisi material batu pasir, dan lempung dengan tanah setengah basah. Pada geometri lereng keseluruhan highwall adalah tinggi 45 m. b=7 m α = 65 Gambar 7 Jenjang Tungal Kestabilan lereng menjadi salah satu faktor penting dalam proses penambangan batubara dimana sistem open pit juga digunakan pada tambang PT Intibuana Indah Selaras. Hal tersebut sangat beralasan karena pada umumnya proses penambangan batubara dimulai dari permukaan dan kemudian dilanjutkan mengikuti kemiringan lapisan batubara target sampai kedalaman tertentu yang dianggap masih ekonomis. 59

jenjang 3-4 m, dan slope 65. Dalam menentukan analisis pembuatan desain pit di sesuaiu dengan arah penyebaran batubara pada pit sebelah kiri terdapat 5 bench dan sebelah kanan terdapat 5 bench. Cross Section Line Pit C D Bench = 3-4 Gambar 8. Slope dan Bench Berdasarkan data dan melihat beberapa pertimbangan diatas maka selanjutnya Desain Pit dikerjakan pada program autocad 2012 dengan berdasarkan pada boundary yang telah dibuat. Kedalaman desain pit yang diperoleh disesuaikan dengan elevasi. Luas bukaan Pit yaitu 758763 Ha, maka desain pit yang dibuat akan dilakukan dari atas ke bawah. Hal ini dimaksudkan untuk mengikuti penebalan dan penipisan batubara. Pemodelan Cross Section Line Pit Slope = 8 Cross Section Line Pit A B Pada analisis permodelan desain pit cross section A - B dengan mengolah data yang ada, dengan mengunakan program autocad 2012. Pada analisis permodelan desain pit cross section C - D dengan mengolah data yang ada, dengan mengunakan program autocad 2012. Gambar 10. Cross section line pit C - D Pada data cross section C - D yang melewati tiga titik bor BMS 42 BMS 57 BMS 60 daerah pengaruh di hasilkan data analisis dengan ketebalan batubara 1.8 m, 2,2 m 1,5 m tinggi bench 7 meter, lebar jenjang 3-4 m, dan slope 65. Dalam menentukan analisis pembuatan desain pit di sesuaiu dengan arah penyebaran batubara, sebelah kiri terdapat 5 bench dan sebelah kanan terdapat 2 bench. Cross Section Line Pit E F Pada analisis permodelan desain pit cross section E - F dengan mengolah data yang ada, dengan mengunakan program autocad 2012. Gambar 9. Cross section line pit E - F Pada data cross section A - B yang melewati satu titik bor BMS 32, pada daerah pengaruh di hasilkan data analisis dengan ketebalan batubara 1.3 m, tinggi bench 7 meter, lebar Gambar 11. Cross section line pit E - F Pada data cross section E - F yang melewati satu titik bor BMS 118 daerah pengaruh di hasilkan data analisis dengan rata - rata ketebalan batubara 2,19 m, tinggi bench 7 meter, lebar jenjang 3-4 m, dan slope 65. Dalam menentukan analisis pembuatan desain pit di sesuaiu dengan arah penyebaran batubara pada pit, sebelah kiri terdapat 4 bench dan sebelah kanan terdapat 5 bench. Cross Section Line Pit G H Pada analisis permodelan desain pit cross section G - H dengan mengolah data yang ada, dengan mengunakan program autocad 2012. 60

Gambar 12. Cross section line pit G - H Pada data cross section G - H yang melewa dua titik bor BMS 98 BMS 98 B daerah pengaruh di hasilkan data analisis dengan rata - rata ketebalan batubara 2,1 m, 2,5 m tinggi bench 7 meter, lebar jenjang 3-4 m, dan slope 65. Dalam menentukan analisis pembuatan desain pit di sesuaiu dengan arah penyebaran batubara pada bench sebelah kiri terdapat 5 bench dan sebelah kiri terdapat 4 bench. Kelayakan Ekonomis Setelah melakukan perhitungan dan permodelan, dimana hasil data yang di dapatkan dari pengolahan data tersebut, dimana memperlihatkan area blok c pada PT. Intibuana Indah Selaras, tidak layak untuk di tindak lanjuti ketahap selanjutnya. karna hasil stripping ratio yang di dapatkan yaitu 11 : 1 tidak memenuhi syarat dari standar oprasional produksi prusahaan dimana stripping ratio yaitu 9 : 1. Namun apabila pembuatan blok model terlebih dahulu mengkajji arah dari penyebaran, kemiringan serta penampang sayatan pada blok model. Maka besar adanya kemungkinan untuk mendapatkan area yang layak untuk di tambang pada area blok c. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil uraian dan penjelasan pada bab bab sebelumnya, maka dapat di tarik beberapa kesimpulan : Pemodelan geologi lapisan batubara mengunakan metode penampang sayatan, menghasilkan 1 seam batubara dengan arah umum penyebaran batubara relative ke timur barat, dengan ketebalan batubara 0,20 4,20m. Hasil perhitungan cadangan tertambang pada Blok C dengan luas area pengaruh adalah 758.763 ha. Jumlah batubara adalah sebesar 1.966.168,686 ton. Dan Jumlah overburden adalah sebesar 21.732.911,22m³ kemudian dapat menghasilkan stripping rationya adalah 11.053.435,423 ton/m³. Geometri bench pada desain pit dirancang dengan kemiringan lereng tunggal maksimal 65, lebar jenjang 3-4m, tinggi bench 7m. Dengan geometri tersebut secara teori dianggap bahwa pit tersebut aman dari longsor. Dengan membandingkan nilai stripping ratio yang di dapatkan 11 : 1 dengan standar stripping ratio pihak prusahaan 9 : 1, maka area blok c pada PT Intibuana Indah Selaras, secara teori tidak layak untuk di tindak lanjuti ketahap selanjutnya. Namun apabila dilakukan pengkajian dengan arah peenyebaran, kemiringan serta penampang sayatan pada blok model. Maka kemungkinan ada area pada blok c yang layak untuk di tambang. Dalam rangka optimalisasi desain pit yang telah di buat maka perlu dilakukan : Diperlukan pengawasan lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keakuratan hasil perhitungan simulasi dengan kenyataan pelaksanaan dilapangan. Perlunya dikaji arah penyebaran, kemiringan dan penampang sayatan. Pada blok model. Deperlukan pengawasan terhadap kestabilan lereng untuk menjaga tingkat kecelakaan pada saat proses pengerjaan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepasa Bapak Rudi Hermawan, Selaku Project Manager, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di perusahaan PT. Intibuana Indah Selaras. Bapak Ardiawan, ST. Selaku pembimbing lapangan atas segala bimbingan dan arahan selama penelitian. Kepada seluruh karyawan PT Intibuana Indah Selaras yang membantu dan menemani penulis selama penelitan di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Anggayana, K. 1999. Genesa Batubara. Bandung: Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral ITB. Amri, N.A. 2000. Rescheduling pemanfaatan energi batubara Indonesia. Thesis. Bandung: ITB 61

Anamerta, 2006, Metode perhitungan sumberdaya, ITB, Bandung Colin R Ward, 1983 United State Geological Survei (USGS). Dirjen Pertambangan dan Energi, Modul Pelatihan Perencanaan Tambang, 1998. Heriawan, M.N. 2000. Aplikasi metode georadar untuk menentukan sifat dielektrik batubara tambang Air Laya dengan peringkat yang bervariasi. Thesis. Bandung: ITB. Kuncoro, B, 1996, Unpublish, Model Pengendapan Batubara Untuk Menunjang Eksplorasi dan Perencanaan Penambangan, ITB, Bandung. Robert, Hook dan Fish (1972) Kestabilan lereng Paris perancis. Sukandarrumidi, (1995), Batubara dan Gambut, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Prodjumarto,P, 2004, PDF, Pengantar Perencanaan Tambang, Diklat Perencanaan Tambang Terbuka, UNISBA, Bandung. Walker, J, Autodeks 1982 Program Autocad 2012. 1986 Calivornia amerika serikat. 62