BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat. berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembuktian bahwa pada jaman itu Taekwondo berafialiasi ke ITF (International

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan politik masih menjadi masalah yang sangat kompleks. Fenomena ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2016 HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI SISWA-SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM CABANG OLAHRAGA JUDO

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

I. PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina

2015 HUBUNGAN TINGKAT PEND IDIKAN PELATIH D ENGAN PERFORMA ATLET SEKOLAH SEPAK BOLA D I KOTA BAND UNG

I. PENDAHULUAN. sehingga dengan mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga kita secara

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh suatu fungsi alat-alat tubuh yang dapat bekerja dengan normal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlombakan yaitu kiyouruki (fighting) dan poomsae (gerakan. maka peserta ujian tersebut dapat dinyatakan lulus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB 1 PENDAHULUAN. struktur sosial pada umumnya. Dapat disimak dan disaksikan bahwa kaum

BAB I PENDAHULUAN. luas, yaitu sebagai tindakan melindungi diri. Definisi yang kami gunakan lebih sempit

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Muhammad Nur Alif, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (IPTEK) belakangan ini sangat. mempengaruhi pendidikan, terutama di negara-negara yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kegiatan olahraga ditempuh melalui tiga pilar, yaitu olahraga pendidikan, olahraga

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk melaksanakannya. salah satu program yang. pelatihan Kepemudaan dan Olahraga bagi peserta didik, untuk membentuk potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas fisik dan bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Untuk itu

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh

DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DALAM MENGIKUTSERTAKAN ANAKNYA BERLATIH DI KRAKATAU TAEKWONDO KLUB MEDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KESULITAN GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN DALAM PEMBELAJARAN BELADIRI SMA Se KAB. BANTUL.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN (Nakayama, 1966). Karate berasal dari dua huruf Kanji; kara berarti kosong,

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

I. PENDAHULUAN. Manusia tidak bisa dilepaskan dari aktivitas sehari-hari yang secara rutin

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. selain sebagai seni kebudayaan juga sebagai pertahanan diri, banyak manfaat dari

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di Indonesia cukup menarik banyak perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. pikir, selera, keinginan dan kebutuhan konsumen. konsumennya dimana salah satu wujudnya adalah melalui periklanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa: Tiap-tiap warga. Negara berhak mendapat pengajaran.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan olahraga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat secara fisik dan psikis. Berolahraga tidak hanya membuat tubuh menjadi lebih bugar dan sehat. Olahraga memberikan dampak positif tidak hanya pada aspek fisik menjadi lebih bugar, secara mental seseorang yang menyukai kegiatan olahraga memiliki tingkat kesehatan mental yang lebih baik karena melalui olahraga seseorang dapat menghilangkan stress. Olahraga bermanfaat dari berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik. Seiringnya perkembangan pada dunia olahraga dan tatanan budaya pada masyarakat pada akhirnya turut mengubah pola hidup berolahraga bagi kaum wanita. Perambahan pada cabang-cabang olahraga keras sebagaimana yang kerap dilakukan kaum pria bukan lagi merupakan sesuatu yang tabu, kesadaran akan adanya persamaan antara kaum laki-laki dan perempuan semakin membuka kesadaran kaum wanita, sehingga penerapan strategi cabang olahraga keras merupakan sesuatu yang cukup mengasyikan, kekerasan sering diartikan sebagai lambang maskulinitas. Adanya orientasi ini pada akhirnya menggiring dan mempengaruhi perbedaan pemilihan jenis aktivitas yang dilakukan kaum wanita, terutama dikaitkan dengan kehidupan sosial dan nilai sosial yang ada dimasyarakat. 1

2 Dahulu kaum wanita tidak ikut ambil bagian dalam kegiatan olahraga dengan satu alasan yang sangat sederhana yakni tidak adanya perkumpulan dan program yang tersedia bagi mereka, pemikiran seperti itu lambat laun berkurang dan bahkan menghilang. Kegiatan olahraga sudah mulai menarik minat kaum wanita, terutama kaum remaja putri untuk turut mengambil bagian dalam kegiatan disekolah. Hal ini terlihat disekolah-sekolah terdapat kegiatan ekstrakurikuler beladiri seperti pencak silat, taekwondo, karate, dan lain sebagainya. Disekolah formal pada tingkat satuan pendidikan menengah atas olahraga beladiri diberikan dalam rangka mendidik siswa agar disiplin, mandiri, berani, percaya diri serta jujur. Sekolah menyediakan kegiatan olahraga beladiri melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pembelajaran namun dalam kerangka pembelajaran olahraga. Keberadaan kegiatan ekstrakurikuler didasarkan pada pertimbangan pentingnya kegiatan tersebut terutama bagi wanita. Mengingat perkembangan olahraga yang digeluti oleh wanita tidak selalu berjalan lancar banyak pihak yang berpendapat bahwa olahraga yang terlalu beresiko apalagi jenis olahraga yang biasa dimainkan oleh kaum laki-laki dianggap tidak pantas dilakukan oleh kaum wanita. Perbedaan laki-laki dan perempuan sangat mendasar bagi sebagian pandangan. Perbedaan tersebut sebenarnya dapat diminimalisir dalam dunia olahraga. Latihan yang sistematis dan berkelanjutan akan meningkatkan kemampuan perempuan dalam olahraga. Secara fisik perempuan yang terlatih

3 tidak berbeda dengan laki-laki ditinjau dari kemampuannya berolahraga bahkan bisa lebih baik. Tujuan kegiatan bela diri adalah agar perempuan memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk membela diri, mengembangkan potensi olahraga dan berprestasi. Kegiatan beladiri mengajarkan sikap disiplin, jujur, bertanggung jawab, mandiri serta berani Untuk menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran beladiri, maka diperlukan sejumlah kondisi yang menunjang kegiatan pembelajaran baik internal siswa maupun eksternal. Secara internal siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri harus memiliki motif yang kuat agar keterlibatannya dalam proses pembelajaran bela diri menjadi lebih stabil dan tinggi. Tingkat motif yang tinggi akan mempermudah siswa menerima pembelajaran, berlatih secara mandiri dan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran beladiri (kuat secara mental). Hasil dari pembelajaran ekstrakurikuler diharapkan berdampak pada sikap-sikap positif siswa dalam pembelajaran beladiri secara keseluruhan maupun dalam proses pembelajaran. Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. menurut Gerungan dalam Santoso (2010:107) pengertian motif yaitu: Motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan dan dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebutkan ia berbuat sesuatu. Adanya dorongan akan mempengaruhi bagaimana perilaku siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.

4 Faktor lain yang perlu mendapatkan telaah kaitannya dengan kegiatan ekstrakurikuler adalah persepsi. Persepsi tentang program kegiatan beladiri dibenak para siswa sangat penting untuk dijelaskan. Persepsi akan mempengaruhi keterlibatan siswa dalam pelatihan. Persepsi positif akan menumbuhkan sikap positif siswa dan pada akhirnya membentuk perilaku aktif dalam pelatihan. Persepsi yang dimiliki para siswa tentang program beladiri karate dibentuk berdasarkan citra yang dimiliki kegiatan tersebut dan tidak selalu harus sesuai dengan realita. Ardianto (2010:99) menjelaskan bahwa: persepsi terkadang diyakini sebagai realitas karena persepsi membentuk citra. Persepsi dibentuk berdasarkan stimulus yang diterima para siswa seperti dapat dilihat pada proses pembentukan citra yang kemudian membentuk persepsi Nimpoeno dalam Ardianto (2010:100). citra Pengalaman kognisi Stimulus persepsi sikap (afeksi) respon motivasi Gambar 1.1 Persepsi, motivasi dan respon Dalam prakteknya aspek psikologis jarang diperhatikan dalam kegiatan beladiri padahal aspek tersebut tidak kalah pentingnya dengan aspek fisik. Kegiatan beladiri termasuk ke dalam latihan untuk meningkatkan keterampilan teknik beladiri. Oleh karena itu perlu memperhatikan aspek-aspek dalam latihan

5 tidak terkecuali aspek mental Lebih lanjut Satriya (2007:50) menjelaskan mengenai aspek-aspek latihan : MENTAL TAKTIK TEKNIK FISIK gambar 1.2 Piramid aspek-aspek latihan Seseorang yang memiliki kemampuan fisik dalam olahraga dapat melakukan latihan teknik-teknik dalam olahraga. Sebagai contoh dengan kemampuan fisik yang prima, peserta kegiatan dapat berlatih teknik beladiri tanpa merasa kelelahan berarti. Latihan yang maksimal akan mendorong tubuh terbiasa bergerak reflek, siap menerima rangsang gerak. Setelah seseorang memiliki kemampuan teknik maka dengan mudah pemahaman menggunakannya sebagai menyusun taktik. Latihan yang teratur bertahap akan mendukung meningkanya kemampuan taktik. Ketiga aspek tersebut dapat menjadi prestasi jika memiliki mental berani, percaya diri dan pantang menyerah. Aktivitas olahraga dilakukan dengan aktivitas fisik, tanpa dukungan fisik yang prima sulit mewujudkan peningkatan pada ketiga aspek lainnya. Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate SMA Negeri 1 Majalaya tampak bahwa motif siswa sangat beragam. Motif yang dimiliki para siswa berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate didasarkan pada tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, prestasi serta aktualisasi diri. wanita telah menunjukkan bahwa

6 pada cabang olahraga beladiri karate yang di dominasi pria ternyata wanita mampu berprestasi. Guna mendukung pencapaian prestasi maka aspek psikis yang dapat mendukung tercapainya prestasi adalah dorongan yang tinggi terhadap prestasi itu sendiri. Selama ini belum dilakukan penelitian mengenai motif dan persepsi tentang kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate di SMA Negeri 1 Majalaya sehingga penelitian mengenai motif dan persepsi layak dilakukan untuk mendapatkan gambaran ilmiah tentang aspek psikologis siswa. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan aspek psikologis siswa dalam berlatih. Kurangnya data yang diperoleh secara ilmiah mengenai motif dan persepsi maka pengembangan kegiatan olahraga prestasi akan terhambat. Penelitian terhadap aspek psikologis yaitu motif dan persepsi sangat penting diketengahkan. Selain memberikan pengetahuan ilmiah, penelitian terhadap wanita dalam kegiatan beladiri menunjukkan bahwa wanita memiliki kesejajaran untuk berprestasi, mengembangkan potensi, dan turut serta dalam kegiatan yang identik dengan maskulinitas. Penelitian ini merupakan penelitian tentang psikologi olahraga yang bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi partisipasi secara fisik baik saat latihan maupun pada saat berada dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri. Penelitian mengenai apsek psikologis wanita yang mengikuti kegiatan beladiri karate masih jarang dilakukan padahal aspek psikologis memiliki peran penting dalam peningkatan prestasi. Seperti dijelaskan oleh Hidayat dalam Nitisemito (2010:13) bahwa:

7 Berdasarkan pengamatan sementara ternyata masyarakat olahraga di Indonesia pada umumnya dan pelatih-pelatih pada khususnya belum memberi perhatian yang cukup terhadap penerapan psikologi dalam proses pembinaan olahraga. Pendekatan dalam penelitian secara individual berusaha untuk menggambarkan bagaimana karakteristik wanita yang berbeda satu sama lain. Selain itu penelitian yang dilakukan mendorong pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kegiatan olahraga beladiri karate turut mengenal dan memahami sifat-sifat kejiwaan para siswa yang terlibat dalam kegiatan olahraga beladiri karate. Pemahaman ini akan mendorong meningkatkan kualitas proses pembelajaran karate serta dapat digunakan sebagai dasar bagi perbaikan kualitas mental para siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud mengambil judul penelitian: Motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi pada cabang olahraga beladiri di SMA Negeri 1 Majalaya kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan secara umum sebagai berikut ; 1. Bagaimana motif siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate? 2. Bagaimana persepsi siswa putri dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate?

8 3. Bagaimana hubungan motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi pada ekstrakurikuler beladiri karate? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Motif siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate. 2. Persepsi siswa putri dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate. 3. Seberapa besar hubungan motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi pada ekstrakurikuler karate? D. Definisi Operasional Sehubungan dengan judul diatas, supaya tidak terjadi salah penafsiran istilah yang dibicarakan dalam penelitian ini maka istilah yang meliputi: 1. Motif Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Gerungan dalam Santoso (2010:107) pengertian motif yaitu : Motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan dan dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebutkan ia berbuat sesuatu. 2. Persepsi Persepsi adalah proses pembentukan makna pada stimulus inderawi berdasarkan hasil pengamatan terhadap lingkungan. Scherer dalam Sarwono (2002:88) menjelaskan bahwa: persepsi adalah representasi fenomenal tentang

9 objek distal sebagai hasil pengorganisasian objek distal itu sendiri, medium dan rangsang proksimal. 3. partisipasi Ditinjau dari etimologi kata partisipasi merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, yaitu participare yang tediri atas kata part dan cipare. Kata part artinya bagian, sedangkan cipare artinya ambil (http/wikipedia. diakses 28 oktober). Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan yang bersifat aktif. menurut Setiawan (2010:Versi 1.1) bahwa: partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta. 4. Siswa Putri Yang dimaksud siswa putri dalam penelitian ini adalah semua peserta siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga beladiri karate di SMA Negeri 1 Majalaya 5. Beladiri Beladiri berasal dari dua kata yaitu Bela berarti menjaga atau mempertahankan, sedangkan Diri berarti bertumpu pada telapak kaki atau bisa juga diartikan satu fisik atau mental seseorang. Jadi beladiri itu bisa diartikan usaha seseorang untuk mempertahankan, menjaga fisik atau mental-nya dari gangguan dari luar. Cabang olahraga beladiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karate. 6. Karate Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni beladiri ini pertama kali disebut "Tote yang berarti seperti Tangan China. Waktu karate

10 masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote:Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi karate (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah Kara yang berarti kosong. Dan yang kedua, te, berarti tangan'. Yang dua kanji bersama artinya tangan kosong. 7. SMA Negeri 1 Majalaya Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Majalaya adalah satu diantara SMA yang memiliki komitmen, visi dan misi yang diarahkan pada upaya mencetak sumber daya manusia yang berkualitas serta diharapkan mampu berperan dalam tingkat lokal, regional, nasional dan international. SMAN 1 Majalaya diharapkan mampu berprestasi di bidang olahraga khususnya cabang olahraga beladiri karate. E. Manfaat Penelitian Penulis berharap hasil penelitian memberikan kegunaan atau manfaat sebagai berikut: 1. Secara teori Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan mengenai aspek psikologi yaitu motif dan persepsi siswa putri dalam berpartisipasi pada kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate. 2. Secara praktis a. Bagi peneliti yaitu penelitian memberikan pengalaman belajar yang berharga tentang olahraga beladiri karate.

11 b. Bagi pihak sekolah yaitu hasil penelitian dapat mendorong pihak sekolah untuk memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan prestasi siswa dalam bidang olahraga beladiri karate. Olahraga beladiri karate dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan kualitas siswa perempuan serta mendorong perilaku positif dalam masyarakat terhadap olahraga yang dianggap maskulin. c. Bagi siswa yaitu hasil penelitian dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya aspek psikologi bagi peningkatan prestasi dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate. F. Batasan Masalah Agar tidak menyimpang maka peneliti membatasi masalah ruang lingkup penelitian, diantaranya sebagai berikut : a. Populasi penelitian adalah siswa putri SMA Negeri 1 Majalaya tahun ajaran 2012/2013 yang mengikuti ekstrakurikuler beladiri karate b. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung c. Aspek yang diteliti adalah mengenai motif dan persepsi siswa putri serta hubungannya terhadap partisipasi siswi yang mengikuti ekstrakurikuler beladiri karate d. Olahraga beladiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah beladiri karate