BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MNEMONIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap individu. Melalui

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Dasar (SD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN. disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA TOYS AND TRICK

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

I.PENDAHULUAN. rendahnya rata-rata prestasi belajar. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

I. PENDAHULUAN. Pembahasan pada bab pendahuluan ini akan disampaikan beberapa hal pokok

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Pendidikan, kita mengenal dengan Kegiatan Belajar Mengajar

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. agar menjadi manusia yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pelajaran yang wajib

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE MAKE A MATCH MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Kepel Press, 2013), hlm Haryono, Pembelajaran IPA Yang Menarik dan Mengasyikkan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang dibutuhkan dan melatih peserta didik dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. setiap sekolahan adalah hasil belajar siswa. Berhasil atau tidaknya suatu. siswa bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karier, menjadi tenaga kerja di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

PENERAPAN METODE PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN SISWA TERHADAP MATERI BIOLOGI SISWA SMA KELAS X SKRIPSI OLEH : RUSMITA KURNIATI K

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri.kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kondisi pembelajaran saat ini memberikan peran lebih banyak pada para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bertujuan agar guru menjadi lebih profesional dalam melaksanakan tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak. memasuki dunia kehidupannya. Sains menekankan pada pemberian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari proses pembelajaran diantaranya adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan Manusia SDM, karena pendidikan masih dipandang sebagai sarana dan wahana utama untuk pengembangan SDM yang dilakukan dengan sistematis, programatis dan berjenjang. Namun berdasarkan observasi, menunjukkan masih banyak dijumpai permasalahan pada pelaksanaan pembelajaran, antara lain guru kurang kreatif dalam melaksanakan pembelajaran, guru belum menggunakan model pembelajaran inovatif dan belum memanfaatkan media pembelajaran sehingga mengakibatkan siswa pasif dan kurang bersemangat mengikuti pembelajaran, permasalahan tersebut berdampak pada hasil belajar yang tidak mencapai ketuntasan belajar. Pada kenyataannya, berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya di kelas VII SMP Negeri 26 Bandar Lampung diketahui bahwa sebagian besar siswa belum dapat mewujudkan tujuan dari pembelajaran PKn, siswa kurang berpartisipasi secara aktif, kurang bertanggung jawab. Pembelajaran PKn masih dianggap sebagai

2 pembelajaran yang membosankan, terlebih pada saat memasuki jam pelajaran menjelang jam terakhir, hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu: 1) siswa sudah lelah, 2) sarana pendukung pembelajaran kurang memadai, 3) guru mengajar menggunakan cara konvensional, dan masih banyak lagi permasalahan yang dihadapi di dalam kelas. Hal tersebut nampak terlihat dari sikap siswa yang cenderung suka bermain sendiri,mengobrol sendiri bahkan cenderung tidak perduli. Faktor-faktor di atas berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah dilihat dari hasil ulangan harian yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan permasalahan yang muncul, maka untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, peneliti mengambil alternatif strategi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, maka peneliti mengambil langkah dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif learning tipe Make A Match (mencari pasangan) oleh penulis tipe ini disingkat MAM. Model tersebut termasuk model pembelajaran kooperatif, yang dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Tujuan model pembelajaran kooperatif juga dapat membentuk anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Sesuai dengan data siswa kelas VII SMP Negeri 26 Bandar Lampung, masih besarnya persentasi siswa yang tidak tuntas dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari

3 hasil belajarsiswa yang terdiri dari ulangan harian, tugas-tugas dan ulangan akhir semester. Berdasarkan hasil survei sebelumnya diperoleh data hasil belajar PKn dikelas VII sebanyak 271 siswa adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Nilai murni ulangan harian PKn pada standar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di kelas VII SMP Bandar Lampung No Nilai Kategori Jumlah Prosentasi 1 2 72 < 72 Tuntas Tidak Tuntas 107 164 39,48 % 60,51 % Jumlah responden 271 100 % Sumber: Arsip nilai mata pelajaran PKn SMP Negeri 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012 2013 Berdasarkan hasil nilai yang tertera pada tabel 1.1 terlihat masih banyaknya siswa kelas VII yang belum mencapai ketuntasan belajar yaitu terdapat 60,51 % siswa mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan 39,48% yang mencapai KKM. Artinya dari 271 siswa yang tidak mencapai KKM 164 siswa, yang mencapai KKM 107siswa (data dapat dilihat pada lampiran). Berarti masih banyak siswa yang harus mengikuti kegiatan remedial agar mencapai ketuntasan belajarnya. Berdasarkan fakta ini maka salah satu aspek yang perlu diperhatikan yaitu pada proses pembelajaran di kelas, guru harus lebih kreatif mencari strategi dalam pembelajaran. Melalui penggunaan model pembelajaran, diharapkan dapat mempengaruhi hasil pembelajaran yang diperoleh siswa khususnya materi kelas VII pada standar kompetensi menampilkan sikap positifterhadap perlindungan dan penegakan HAM, terutama pada kompetensi dasar 3.1. Menguraikan hakekat hukum dan

4 kelembagaan HAM, dan kompetensi dasar 3.2.Mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM, pada kurikulum 2013 materi ini ada pada kelas VIII kompetensi inti; 3.5. Memahami Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti terhadap guru PKn Kota Bandar Lampung, ternyata penerapan model pembelajaran kooperatif learning masih sangat minim dilakukan. Dalam pembelajaran sebagian besar siswa hanya diam atau kurang aktif dan tidak berani bertanya, sehingga hasil belajarnya tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, juga proses pembelajaran didominasi oleh guru dengan bahasa lain Teacher Centre Learning (TCL), sehingga pembelajaran terjadi satu arah. Oleh karena itu, guru berasumsi banyaknya nilai siswa yang tidak mencapai KKM, dikarenakan rendahnya motivasi dan aktivitas belajar PKn siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mungkin kurang menjadi perhatian baik gurunya maupun sekolahnya. Adapun hasil pengamatan diperoleh gambaran permasalahan yang dialami baik guru ataupun siswa dalam mempelajari PKn khususnya di SMP Negeri 26 Bandar Lampung, sesuai tabel sebagai berikut: Tabel 1.2 Permasalahan guru mata pelajaran PKn dan siswa SMP Bandar Lampung Tahun 2013 No Permasalahan Guru Permasalahan Siswa 1 Sistem mengajar guru yang kurang inovatif, cenderung konvensional dan bersifat statis. Mengapa hasil belajar PKn siswa rendah 2 Kurangnya media atau alat peraga. Mengapa rendahnya rerata nilai PKn siswa

5 3 Kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana dalam kegiatan pembelajaran 4 Guru belum menggunakan pendekatan atau metode yang tepat 5 Guru lebih mengutamakan hasil pembelajaran bukan prosesnya pembelajarannya. Sumber: Hasil wawancara dengan guru PKn Rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas Minimnya konstruksi pengetahuan siswa Kreativitas siswa belum optimal dalam mengikuti pembelajaran di kelas Berdasarkan tabel 1.2, maka guru berperan penting untuk mengatasi masalah tersebut tentulah guru harus mencari metode atau pendekatan yang tepat, menyediakan media, membuat alat peraga, memperbaiki perencanaan pembelajaran, dan menyediakan sarana dan prasarana, serta mencari model pembelajaran yang tepat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, dan meningkatkan hasil belajar PKn siswa. Langkah yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran tersebut peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu kooperatif learning Tipe MAM. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan hasil belajar PKn sebagai berikut: 1.2.1 Masih rendahnya hasil belajar, dan masih banyak siswa yang tidak mencapai KKM pada mata pelajaran PKn siswa kelas VII SMP khususnya pada kompetensi menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan HAM.

6 1.2.2 Masih rendahnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VII SMP, khususnya pada standar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan HAM. 1.2.3 Masih rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VII SMP, khususnya pada standar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan HAM. 1.2.4 Kreativitas siswa belum optimal 1.2.5 Penerapan konsep Student Centre Learning (SCL) pada pembelajaran PKn SMP, masih sangat minim dilakukan dan belum mengembangkan pola pikiran siswa dimana kegiatan pembelajaran yang terjadi masih konsep Teacher Centered Learning. 1.2.6 Masih terbatasnya sumber-sumber yang membahas tentang pengembangan model pembelajaran di SMP. 1.2.7 Penerapan konsep MAM masih sangat minim diterapkan di SMP. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut: 1.3.1 Pengembangan model pembelajaran yakni model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM pada pembelajaran PKn, khususnya pada kompetensi menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan HAM. 1.3.2 Peningkatan hasil belajar PKn siswa kelas VII SMP di Bandar Lampung pada kompetensi menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan HAM.

7 1.3.3 Alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas kerja dan kualitas hasil pembelajaran PKn yang memenuhi criteria efektifitas, efisiensi, dan daya tarik. 1.4 Rumusan Masalah Mengingat adanya keterbatasan dan kemampuan, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian pengembangan ini sebagai berikut: 1.4.1 Bagaimanakah kondisi pembelajaran PKn yang sudah dilakukan dan bagaimana potensi sekolah untuk pengembangan model pembelajaran MAM? 1.4.2 Bagaimanakah proses pengembangan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM? 1.4.3 Bagaimanakah efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM? 1.4.4 Bagaimanakah efisiensi penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM? 1.4.5 Bagaimanakah kemenarikan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Mendeskripsikan kondisi pembelajaran PKn yang sudah dilakukan dan menganalisis potensi sekolah untuk pengembangan model pembelajaran MAM.

8 1.5.2 Mendeskripsikan proses pengembangan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM kelas VII semester genap. 1.5.3 Menganalisis efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM. 1.5.4 Menganalisis efisiensi penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM. 1.5.5 Menganalisis kemenarikan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM. 1.6. Kegunaan Penelitian 1.6.1 Kegunaan secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai sumbangan khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi pendidikan pada kawasan desain khususnya pengembangan model pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 1.6.2 Kegunaan secara Praktis a. Bagi siswa: 1. Melatih siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan belajar berkelompok sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. 2. Melatih siswa mengembangkan diri,berfikir kritis, dan kreatif 3. Melatih kejujuran, kreatifitas, kepekaan terhadap realitas,disiplin diri, dan kemandirian siswa.

9 b. Bagi Guru: 1. Meningkatkan ketrampilan guru untuk memiliki gambaran tentang pembelajaran PKn yang efektif. 2. Menambah wawasan bagi guru dalam pembelajaran PKn. 3. Meningkatkan profesional guru dalam pembelajaran 4. Meningkatkan kreativitas guru, memotivasi kemauan belajar siswa c. Bagi sekolah: 1. Memberikan masukan pada sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui perbaikan proses pembelajaran. 2. Diharapkan dapat bermanfaat agar lulusan yang dihasilkan menjadi lebih bermutu dan meningkatkan kualitas sekolah. 1.7 Spesifikasi Produk Produk yang dihasilkan berupa model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM beserta perangkat pembelajaran, yaitu: 1) Silabus, 2) Rencana Pembelajaran, 3) Instrumen evaluasi, 4) Bahan dan media yang berkaitan dengan SK dan KD yang dikembangkan pada model pembelajaran MAM. 1.8 Pentingnya pengembangan model Pembelajaran MAM Model pembelajaran MAM lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran dengan model MAM memiliki beberapa keunggulan, yaitu :

10 a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak sekolah tingkat dasar dan menengah. b. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. c. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa d. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Selain keunggulan keunggulan yang tersebut di atas, pembelajaran model MAM sangat penting diterapkan di sekolah tingkat menengah karena banyak memiliki nilai dan manfaat, di antaranya : a. Dapat menggabung beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran dan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi. b. Pembelajaran tidak terpecah pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu juga. c. Diterapkan model pembelajaran MAM dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. d. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Pentingnya pengembangan mengungkapkan argumentasi mengapa perlu ada pengubahan kondisi nyata ke kondisi ideal. Dengan kata lain, pentingnya pengembangan mengungkapkan mengapa masalah yang ada perlu dan mendesak untuk dipecahkan. Dalam bagian ini diharapkan juga terungkap kaitan antara urgensi pemecahan masalah dengan konteks permasalahan yang lebih luas.

11 Pengkaitan ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa pemecahan suatu masalah yang konteksnya mikro benar-benar dapat memberi sumbangan bagi pemecahan masalah lain yang konteksnya lebih luas. 1.9 Definisi Istilah 1.9.1 Model Pembelajaran Kooperatif learning tipe Make A Match disingkat dengan MAM adalah model pembelajaran mencari pasangan, hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan MAM adalah kartu-kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu berisi jawaban dari pertanyaan. 1.9.2 Efektifitas pembelajaran model MAM efektifitas pembelajaran berhubungan dengan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar siswa. 1.9.3 Efisiensi pembelajaran model MAM Efisiensi pembelajaran dikaitkan dengan waktu, dan sumber belajar. Efisiensi diukur melalui kesesuaian penguasaan materi dengan waktu yang disediakan. Efisiensi diukur dengan rasio efektifitas dan jumlah waktu dan biaya yang dipakai. 1.9.4 Daya tarik pembelajaran dapat dilihat dari pengamatan kecenderungan siswa untuk tetap belajar. 1.9.5 Proses Pengembangan Adalah suatu struktur yang diterapkan pada pengembangan suatu produk yang bertujuan untuk mengembangkan sistem dan memberikan panduan yang bertujuan untuk menyukseskan proyek pengembangan sistem melalui tahap demi tahap, dalam penelitian ini proses pengembangan adalah sintaksmatik dari model pembelajaran MAM.