BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Kemampuan Pemahaman Matematis, Metode Pembelajaran Buzz. Group, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal Aronson (Abidin, 2014,

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Pembelajaran Search, Solve, Create, And Share (SSCS)

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. pengetahuan terlebih dahulu. Apabila seorang siswa dapat menjelaskan suatu

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Derajat pemahaman ditentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means,

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMAN 1 LUBUK ALUNG

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Metode Pembelajaran Delikan, Kemampuan Komunikasi, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap peserta didik perlu memiliki kemampuan matematis pada tingkatan

BAB II KAJIAN TEORETIS. kata communication yang dalam Kamus Inggris-Indonesia berarti

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. didik dengan tujuan membentuk kepribadian unggul, yaitu kepribadian yang bukan

JURNAL PENGARUH MODEL CORE BERBASIS KONSTEKTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

PEMAHAMAN SISWA DALAM PERMUTASI DAN KOMBINASI MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19).

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini mengalami kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Sujana, Peningkatan pemahaman matematik siswa paket c Pada pokok bahasan barisan dan deret

Oleh. Laelasari dan Ira Ratnasari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, baik itu ilmu eksak maupun ilmu non-eksak, mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan. Banyak hal dalam kegiatan sehari-hari yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kemampuan Pemahaman Matematis, Metode Pembelajaran Buzz Group, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang dapat diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Siswa dapat dikatakan paham jika siswa tersebut mampu menyerap materi yang dipelajarinya. Lebih lanjut Michener (Herdian, 2010) menyatakan bahwa pemahaman merupakan salah satu aspek dalam Taksonomi Bloom. Untuk memahami suatu objek secara mendalam seseorang harus mengetahui 1) objek itu sendiri, 2) relasinya dengan objek lain yang sejenis, 3) relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis, 4) relasi dual dengan objek lainnya yang sejenis, 5) relasi dengan objek dalam teori lainnya. Ada tiga macam pemahaman matematik menurut Herdian (2010) yaitu pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation), dan pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation). Pengubahan (translation) memiliki indikator dimana siswa memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasi dengan bahasanya sendiri, mampu mengubah kedalam bentuk yang lain yang menyangkut pemberian makna dari suatu informasi yang bervariasi. Jenis pemahaman matematik yang kedua adalah pemberian arti (interpretasi), 9

10 indikatornya yaitu siswa memiliki kemampuan yang menafsirkan maksud dari bacaan, tidak hanya dengan kata-kata dan frase, tetapi juga mencakup pemahaman suatu informasi dari sebuah ide. Jenis pemahaman matematik yang terakhir adalah pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation), indikatornya yaitu siswa memiliki kemampuan untuk memberikan perkiraan dan prediksi yang didasarkan pada sebuah pemikiran, gambaran kondisi dari suatu informasi, juga mencakup pembuatan kesimpulan dengan kosekuensi yang sesuai dengan informasi jenjang kognitif ketiga yaitu penerapan (application). Indikator dari penerapan itu yaitu siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan suatu bahan yang sudah dipelajari kedalam situasi baru, yaitu berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Sejalan dengan apa yang dikemukakan Herdian sebelumnya, lebih rinci jenjang kognitif tahap pemahaman itu, Bloom (dalam Suherman & Sukjaya, 1990:38-45) membaginya menjadi enam, yaitu meliputi hal-hal berikut ini : Pemahaman konsep. Pemahaman prinsip, aturan dan generalisasi. Pemahaman terhadap struktur matematika. Kemampuan untuk membuat transformasi. Kemampuan untuk mengikuti pola pikir. Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah sosial atau data matematika. Ada beberapa jenis pemahaman menurut para ahli yaitu : Polya (Herdian,2010) membedakan empat jenis pemahaman a. Pemahaman mekanikal, yaitu dapat mengingat dan menerapkan sesuatu secara rutin atau perhitungan sederhana.

11 b. Pemahaman induktif, yaitu dapat mencoba sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa. c. Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran sesuatu. d. Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran sesuatu tanpa ragu-ragu, sebelum menganalisis secara analitik. Polattsek (Herdian,2010) membedakan dua jenis pemahaman, yaitu a. Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja, dan b. Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukannya. Copeland (Herdian,2010) membedakan dua jenis pemahaman, yaitu : 1) knowing how to, yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara rutin/algoritmik. 2) Knowing, yaitu dapat mengerjakan sesuatu dengan sadar akan proses yang dikerjakannya. Skemp (Herdian,2010) membedakan dua jenis pemahaman. Pemahaman instrumental, yaitu hafal secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja. Pemahaman instrumental diartikan sebagai pemahaman konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana. Dalam hal ini seseorang hanya memahami urutan pengerjaan atau algoritma. Pemahaman relasional, yaitu dapat mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.

12 Pemahaman relasional termuat seka atau struktur yang dapat digunakan pada penjelasan masalah yang lebih luas dan sifat pemakaiannya lebih bermakna. Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan indikator kemampuan pemahaman matematik menurut pendapat Skemp. Berdasarkan penjelasan mengenai jenis pemahaman menurut Skemp dapat diketahui bahwa ada berapa indikator yang menyatakan tingkat pemahaman seseorang. Indikator dari pemahaman relasional menurut Skemp mengacu pada indikator pemahaman konsep menurut Kilpatrick dan Findell, yaitu : a. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari. b. Kemampuan mengklarifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut. c. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma. d. Kemampuan memberikan contoh dari konsep yang dipelajari. e. Kemampuan menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika. f. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika). Sumarmo (2013) menyatakan bahwa pemahaman matematik secara umum mempunyai indikator mengenal, memahami, dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip, dan ide matematika. sedangkan Suherman & Sujaya (1990:38) merumuskan indikator yang dapat

13 mengukur pemahaman biasanya menggunakan kata kerja operasional seperti kata-kata membedakan, mengubah, menginterpretasikan, menentukan, menyelesaikan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, membuktikan, menyederhanakan, dan mensubstitusi. Jika seseorang telah paham terhadap sesuatu, maka ia dapat mengungkapkan kembali konsep yang dipelajarinya dengan dengan menggunakan bahasanya sendiri baik itu suatu konsep itu sendiri, objek-objek yang membentuk konsep tersebut, contoh dari konsep tersebut, bentuk representasi matematikanya, prosedurnya, maupun kaitan konsep matematika tersebut dengan konsep lainnya. 2. Metode Pembelajaran Buzz Group a. Pengertian Metode Buzz Group Menurut Barkley (2012:169) Buzz Group adalah sebuah tim yang terdiri atas empat hingga enam mahasiswa yang dibentuk dengan cepat tanpa persiapan untuk merespons pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan perkuliahan. Senada dengan pendapat Barkley, Surjadi (1989:34) menjelaskan, bahwa Buzz Group merupakan suatu kelompok dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (sub-groups) masing-masing terdiri dari 3-6 orang dalam tempo yang singkat, untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan suatu masalah. Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis simpulkan bahwa metode Buzz Group adalah sebuah metode dengan membentuk

14 kelompok/tim secara cepat dan tanpa persiapan untuk merangsang pertanyaan serta menggali gagasan dan informasi dengan cepat b. Langkah-langkah Pembelajaran dengan metode Buzz Group Setiap pembelajaran tentu membutuhkan langkah-langkah. Langkah-langkah merupakan sekenario yang dilakukan guru di kelas agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode Buzz Group ada tahapan-tahapan yang harus dilalui, agar pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Buzz Group, diperlukan langkahlangkah (prosedur) untuk menjalankannya. Barkley (2012:170) menjelaskan bahwa prosedur yang dapat digunakan dalam pembelajaran menggunakan metode Buzz Group di antaranya sebagai berikut. 1) Bentuk beberapa kelompok; tampilkan pengarah diskusi dan informasi batas waktu. 2) Minta anggota kelompok bertukar pikiran untuk merespons pengarah tersebut. 3) Lakukan pengecekan secara periodik untuk melihat apakah kelompok-kelompok yang ada masih terlibat secara aktif dan fokus pada topik yang diberikan. Jika sudah keluar dari topik, persingkat batas waktu. Jika masih membahas topik dan waktu sudah berakhir, pertimbangkan untuk memperpanjang batas waktu beberapa menit lagi.

15 4) Minta siswa untuk kembali pada diskusi kelas dan ulangi kembali pengarah untuk memulainya. c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Buzz Group Dari pembahasan mengenai metode di atas dapat ditemukan kelebihan dari konsep metode Buzz Group itu sendiri. Keunggulannya, yaitu: 1) Memanfaatkan kemampuan yang berbeda-beda yang dimiliki siswa. 2) Memberikan kesempatan menyalurkan kemampuan siswa untuk bertukar pikiran. 3) Membantu siswa menilai kemampuan diri sendiri dan teman-temannya. 4) Waktu yang diperlukan singkat. Kelemahannya, yaitu: 1) Tidak semua siswa berani menyalurkan kemampuannya. 2) Tidak dapat digunakan dalam kelompok besar. 3. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional yang dimaksud penelitian ini adalah metode ekspositori. Sering kali metode ekspositori disamakan dengan metode ceramah karena sama-sama sifatnya memberikan informasi dan pengajaran berpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Perbedaannya dalam metode ekspositori donasi guru banyak dikurangi. Guru tidak terus berbicara, apakah siswa mengerti atau tidak tetapi guru memberikan informasi hanya pada saat-saat atau

16 bagian-bagian yang diperlukan : misalkan pada permulaan pengajaran, pada topik yang baru, pada waktu memberikan contoh-contoh soal dan sebagainya. Banyaknya materi yang diajarkan, urutan materi pelajaran, dan kecepatan guru mengajar sepenuhnya ada ditangan guru. Namun siswa juga diberikan soal latihan dan diperbolehkan bertanya jikalau tidak mengerti. Ruseffendi (2006:290) menyatakan bahwa tahapan-tahapan dalam metode ekspositori adalah guru berbicara pada awal pelajaran dengan menerangkan suatu konsep, siswa bertanya, guru memeriksa (mengecek) apakah siswa sudah mengerti atau belum selanjutnya, guru memberikan soal-soal aplikasi konsep itu dan meminta siswa untuk menyelesaikan soal-soal tersebut di papan atau di mejanya. Siswa mungkin bekerja individual atau bekerja sama dengan teman yang duduk di sampingnya, dan sedikit tanya jawab. Dan kegiatan terakhir ialah siswa mencatat materi yang telah dijelaskan yang mungkin dilengkapi dengan soal-soal pekerjaan rumah. 4. Sikap siswa a. Definisi Sikap Thurstone (dalam Azwar, 1995:5) mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. b. Komponen Sikap Menurut Walgito (dalam Rifky, 2014:4) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu:

17 1) Komponen kognitif Komponen kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek. 2) Komponen afektif Komponen afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. 3) Komponen perilaku Komponen perilaku merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. c. Karakteristik Sikap Menurut Brigham (dalam Dayakisni dan Hudiah, 2003:2) ada beberapa ciri atau karakteristik dasar dari sikap, yaitu: 1) Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku. 2) Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori, dalam hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu mengkategorisasikan objek target dimana sikap diarahkan. 3) Sikap dipelajari. 4) Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berperilaku mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu. B. Pembelajaran Turunan Fungsi melalui Metode Pembelajaran Buzz Group Materi Turunan merupakan salah satu materi yang terdapat pada kelas XI Semester 2 Bab 8. Pembahasannya meliputi Turunan, Titik Stasioner, dan Jenis-jenis Ekstrim. Materi prasyarat dari Turunan Fungsi adalah Fungsi dan Limit Fungsi.Terkait dengan penelitian ini, peneliti menggunakan Turunan Fungsi sebagai materi dalam instrumen tes.

18 Dimana materi tersebut diaplikasikan ke dalam kemampuan pemahaman matematis yaitu memahami masalah-masalah yang terdapat dalam pembelajaran matematika atau kehidupan sehari-hari yang menyangkut kedalam materi Turunan Fungsi..Adapun diantaranya materi yang dibahas diantaranya: Mengenali turunan fungsi aljabar yang didalamnya terdapat turunan fungsi konstan, turunan fungsi identitas, turunan fungsi pangkat, turunan jumlah dan selisih fungsi, turunan hasil kali fungsi, dan turunan hasil bagi fungsi. Dan juga menerapkan turunan fungsi aljabar kedalam pembelajaran matematika dan diluar matematika dengan tujuan dapat memecahkan masalah pembelajaran matematika. sifat-sifat dan rumus- rumus turunan fungsi aljabar digunakan dalam memecahkan masalah di dalam pembelajaran matematika, dan aplikasinya dapat memecahkan masalah di luar pembelajaran matematika. Contoh: mencari besar kecepatan dan percepatan dengan menggunakan rumus turunan fungsi. Mengenali turunan fungsi terkait titik maksimum dan titik minimum.selain itu dapat menerapkan bentuk model matematika berupa persamaan fungsi, serta menerapkan konsep dan sifat turunan fungsi dalam memecahkan masalah maksimum dan minimum dalam konteks-konteks di luar matematika.fungsi f(x) stasioner jika f (x) = 0. Nilai stasioner f(x) maksimum jika f (x) < 0, dan minimum jika f (x) > 0 Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran Buzz Group. Menurut Barkley (2012:169) Buzz Group adalah sebuah tim yang terdiri

19 atas empat hingga enam mahasiswa yang dibentuk dengan cepat tanpa persiapan untuk merespons pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan perkuliahan. Senada dengan pendapat Barkley, Surjadi (1989:34) menjelaskan, bahwa Buzz Group merupakan suatu kelompok dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (sub-groups) masing-masing terdiri dari 3-6 orang dalam tempo yang singkat, untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan suatu masalah. Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis simpulkan bahwa metode Buzz Group adalah sebuah metode dengan membentuk kelompok/tim secara cepat dan tanpa persiapan untuk merangsang pertanyaan serta menggali gagasan dan informasi dengan cepat Penjabaran materi tentunya merupakan perluasan dari SK dan KD yang sudah ditetapkan dalam kurikulum 2006, berikut adalah SK yang telah ditetapkan pada kurikulum 2006 untuk SMA Kelas XI: 6. Menggunakan konsep Limit Fungsi dan Turunan Fungsi dalam pemecahan masalaah Berikut adalah KD pada materi Turunan yang terdapat pada kurikulum 2006 untuk SMA Kelas XI Matematika Wajib: 6.1 Menggunakan konsep dan aturan turunan dalam perhitungan turunan fungsi. 6.2 Menggunakan turunan untuk menentukan karakteristik suatu fungsi dengan ekstrim fungsi dan memecahkan masalah. 6.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan ekstrim fungsi dan penafsirannya. 6.4 Merancang dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan ekstrim fungsi.

20 Terkait dengan penelitian ini, peneliti menggunakan KD nomor 6.1, 6.2, 6.3, dan 6.4 sebagai bahan pembelajaran.pada KD 6.1 materi turunan dihubungkan untuk kemampuan memberikan contoh dari konsep yang dipelajari.pada KD 6.2 materi turunan dikaitkan untuk kemampuan mengalikan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika). Pada KD 6.3. dan 6.4 materi turunan dihubungkan untuk kemampuan menerapkan konsep secara algoritma serta dapat menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dilakukan oleh Benny Surya Komara pada tahun 2012 yang meneliti tentang kemampuan pemahaman matematika dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer terhadap siswa kelas XI IPA di SMA Pasundan 1 Cimahi Kota Cimahi menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran Advance organizer lebih baik daripada peningkatan pemahaman matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran konvensional. Siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer. Dari penelitian ini penulis temukan persamaan dan perbedaan. Persamaan itu terdapat Kemampuan Pemahaman Matematika dan Subjek Penelitian, sementara perbedaaanya terdapat pada metode yang digunakan. Selain itu, penelitian terdahulu yang relevan juga dilakukan oleh Rahmat Hidayat pada tahun 2011 yang meneliti tentang kemampuan pemahaman

21 matematik pada Siswa kelas VIII SMP Negri 16 Bandung dengan menggunakan metode Personalized System Of Instruction (PSI).menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaaan kemampuan pemahaman matematik antara siswa yang memperoleh penerapan metode PSI dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran ekspositori. Siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Personalized System Of Instruction (PSI). Dari penelitian ini penulis temukan persamaan dan perbedaan. Persamaan itu terdapat Kemampuan Pemahaman Matematika, sementara perbedaaanya terdapat subjek penelitian dan metode yang digunakan. Penelitian ini menggunakan bahan ajar Lembar Kerja Ssiwa (LKS) secara berkelompok. Sebelum siswa dibentuk kelompok guru memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat materi tersebut. Selanjutnya pembelajaran berlangsung secara berkelompok yang dibentuk secara langsung tanpa persiapan dengan masing-masing kelompok memegang satu LKS. Selama pembelajaran berlangsung guru bertugas sebagai fasilisator siswa dalam berdiskusi. Ruseffendi (2006:246) mengemukakan Strategi belajar-mengajar dibedakan dari model mengajar.model mengajar ialah pola mengajar umum yang dipakai untuk kebanyakan topik yang berbeda-beda dalam bermacam-macam bidang studi. Misalnya model mengajar: individual, kelompok (kecil), kelompok besar (kelas) dan semacamnya. Selanjutnya, Ruseffendi (2006:247) juga mengemukakan bahwa Setelah guru memilih

22 strategi belajar-mengajar yang menurut pendapatnya baik, maka tugas berikutnya dalam mengajar dari guru itu ialah memilih metode/teknik mengajar, alat peraga/pengajaran dan melakukan evaluasi. Terkait dengan penelitian ini, dalam menyampaikan materi Turunan Fungsi peneliti menggunakan metode pembelajaran Buzz Group. Metode pembelajaran ini merupakan sebuah metode dengan membentuk kelompok/tim secara cepat dan tanpa persiapan untuk merangsang pertanyaan serta menggali gagasan dan informasi dengan cepat Penelitian ini menggunakan teknik tes dan non tes.tes ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan pemahaman matematis siswa. Instrumen ini berupa tes uraian yang mengukur kemampuan pemahaman matematis siswa terhadap materi Turunan Fungsi berdasarkan indikator sebagai berikut: 1. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari. 2. Kemampuan mengklarifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut. 3. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma. 4. Kemampuan memberikan contoh dari konsep yang dipelajari. 5. Kemampuan menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika. 6. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).

23 Dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi Turunan Fungsi terhadap kemampuan pemahaman matematis dan postest untuk mengetahui peningkatan siswa mengenai Turunan fungsi terhadap kemampuan pemahaman matematis setelah diberikan treatment. Lembar Observasi Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan metode pembelajran Buzz Group. C. Kerangka Pemikiran, Asumsi, dan Hipotesis 1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan kerangka logis yang mendudukkan masalah penelitian di dalam kerangka teoretis yang relevan, juga ditunjang oleh penelitian terdahulu. Pembelajaran Konvensional yang berpusat pada guru bisa diindikasikan sebagai salah satu penyebab kurangnya kemampuan pemahaman matematis peserta didik. Strategi pembelajaran yang dapat menciptakan kemampuan pemahaman matematis peserta didik adalah dengan memberikan pembelajaran yang bermakna yaitu pembelajaran dengan metode Buzz Group. Menurut Barkley (2012:169) Buzz Group adalah sebuah tim yang terdiri atas empat hingga enam mahasiswa yang dibentuk dengan cepat tanpa persiapan untuk merespons pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan perkuliahan. Terkait dengan metode pembelajaran Buzz Group

24 menurut Michener (Herdian, 2010) menyatakan bahwa pemahaman merupakan salah satu aspek dalam Taksonomi Bloom. Dalam Taksonomi Bloom terdapat aspek-aspek yang menuntun sikap yang sesuai menurut Thurstone (dalam Azwar, 1995:5) mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Dalam hal ini metode pembelajaran Buzz Group, kemampuan pemahaman matematis, dan sikap saling terkait satu sama lain sesuai dengan kerangka pemikiran penelitian yang dituangkan dalam bentuk bagan pada gambar di bawah ini. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Metode Pembelajaran Buzz Group Menurut Barkley (2012:169) Kemampuan Pemahaman Matematis Menurut Michener Sikap menurut Thurstone (dalam Azwar, 1995:5) 2. Asumsi Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, asumsi pada penelitian ini adalah:pembelajaran matematika dengan metode

25 Buzz Group dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa. 3. Hipotesis Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kemampuan pemahaman matematis siswa SMA yang memperoleh metode pembelajaran Buzz Group lebih baik daripada siswa yang memperoleh metode pembelajaran Konvensional. b. Siswa bersikap positif terhadap penggunaan metode pembelajaran Buzz Group. c. Terdapat korelasi antara kemampuan pemahaman matematis dengan sikap siswa dalam pembelajaran matematika.