BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya konsep perencanaan bangunan tahan gempa memiliki beberapa tujuan utama yang harus tercapai, yaitu untuk mempertahankan fungsi bangunan pasca-gempa, mengurangi efek yang ditimbulkan oleh gempa pada bangunan dan mencegah adanya korban jiwa akibat gempa. Berdasarkan Asian Concrete Model Code (ACMC 1999) berikut ini adalah perilaku yang diharapkan pada bangunan apabila terjadi gempa. a. Bangunan dapat menerima beban gempa ringan tanpa mengalami kerusakan. b. Bangunan dapat menerima beban gempa sedang tanpa mengalami kerusakan struktural, tetapi boleh mengalami kerusakan non-struktural. c. Bangunan dapat menerima beban gempa besar dan dapat mengalami kerusakan struktural dan non-struktural, tetapi tidak diijinkan untuk roboh. Peraturan untuk melakukan perhitungan bangunan yang mengalami efek gempa diatur dalam Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002). Pada SNI-03-1726-2002, terdapat dua kategori bangunan, yaitu bangunan beraturan dan bangunan tidak beraturan. Syarat-syarat agar suatu bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan beraturan terdapat pada SNI 03-1726-2002 pasal 4.2.1. Bangunan beraturan lebih disukai untuk perencanaan daripada bangunan tidak beraturan (Paulay dan Priestly, 1992). Hal ini dikarenakan bangunan beraturan cenderung memiliki pusat massa dan pusat kekakuan yang berhimpit. I-1
Pada saat gempa terjadi, titik tangkap gaya gempa terhadap bangunan berada pada pusat massanya, sedangkan perlawanan yang dilakukan oleh bangunan berpusat pada pusat kekakuannya. Apabila pusat massa dan pusat kekakuan tidak berhimpit, akan terjadi torsi pada bangunan. Selain itu, pada bangunan tidak beraturan dapat terjadi perbedaan konsentrasi tegangan pada titik-titik tertentu, yang dapat menimbulkan pelelehan dini. Salah satu jenis bangunan yang tergolong ke dalam bangunan tidak beraturan an adalah bangunan yang memiliki vertikal set-back. Menurut SNI 03-1726-2002, bangunan dapat dikatakan memiliki vertikal set-back apabila ukuran dari denah bangunan bagian atas dalam masing-masing arah adalah kurang dari 75% dari ukuran terbesar denah bangunan bagian bawah. Dalam hal ini, rumah atap yang tingginya tidak lebih dari dua lantai tidak dianggap sebagai vertikal setback. Perhitungan beban gempa untuk bangunan ini tidak dapat menggunakan metode statik ekuivalent seperti halnya pada gedung beraturan, melainkan dengan metode respons spektrum. Contoh bangunan tidak beraturan yang memiliki vertikal set-back dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. Bangunan tidak beraturan dengan vertikal set-back I-2
1.2 Tujuan Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengkaji perilaku pertemuan balok-kolom loncatan bidang muka struktur gedung beton bertulang berlantai banyak dengan vertikal set-back 50% terhadap : 1. Perbandingan hasil analisa simpangan antar tingkat bangunan. 2. Perbandingan hasil analisa gaya geser pertemuan balok-kolom. 3. Perbandingan hasil analisa gaya geser tingkat nominal bangunan. 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Ruang lingkup dari Tugas Akhir ini meliputi perencanaan struktur gedung beton bertulang terhadap kekuatan, kekakuan dan kestabilan struktur. Untuk lebih memfokuskan pengkajian Tugas Akhir ini maka pembahasan akan dibatasi pada : 1. Struktur bangunan merupakan struktur bangunan tidak beraturan. 2. Studi kasus dilakukan pada 3 tipe bangunan 10 lantai dengan ketinggian 35m. 3. Penggunaan tapak bangunan yang simetris. 4. Panjang bentang bangunan adalah P = L. 5. Loncatan bidang muka bangunan dengan vertikal set-back 50%. 6. Tingkat daktilitas struktur bangunan adalah daktilitas penuh. 7. Jenis tanah lokasi bangunan studi kasus adalah tanah lunak. 8. Lokasi bangunan studi kasus terletak pada wilayah gempa 3. 9. Pembebanan berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Gedung tahun 1987. 10. Beban gempa yang dihitung berdasarkan pada SNI 03-1726-2002. 11. Analisis struktur menggunakan program bantu ETABS v.9.6. I-3
1.4 Metode Penulisan Metode penulisan dari Tugas Akhir ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka yang merujuk pada literatur-literatur perencanaan struktur gedung dari beberapa buku dan referensi serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan desain struktur yang kemudian dilakukan analisis struktur dengan menggunakan program bantu ETABS v.9.6. Selain itu dilakukan pula diskusi dan asistensi dengan dosen pembimbing dan dosen-dosen lain yang terlibat dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan dari Tugas Akhir ini dibuat dengan mengikuti sistematika sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan pengkajian, ruang lingkup dan batasan masalah, metode penulisan, serta sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan mengenai perilaku umum bangunan vertikal setback, perilaku pembebanan gempa dan dasar-dasar teori yang digunakan dalam perencanaan struktur gedung beton bertulang. I-4
Bab III : Metodologi Pengkajian Bab ini menjelaskan mengenai diagram alir pengkajian atau kerangka kerja yang akan dilakukan penulis dalam mengkaji Tugas Akhir ini. Bab IV : Hasil dan Analisis Bab ini menguraikan mengenai perhitungan perencanaan awal, pembebanan, dan analisis struktur beserta hasilnya. Bab V : Penutup Bagian ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang diambil dan saran- saran sebagai masukan untuk pengkajian yang akan datang. I-5