ANALISIS KADAR BOD DAN COD PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. LESTARI TANI TELADAN (LTT) DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

II. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab.

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN REAKTOR UAF (UPFLOW ANAEROBIC FILTER)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

ANALISIS KUALITAS LIMBAH CAIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (IPLC) RUMAH SAKIT UMUM LIUN KENDAGE TAHUNA TAHUN 2010

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH SINAR ULTRA VIOLET (UV) UNTUK MENURUNKAN KADAR COD,TSS DAN TDS DARI AIR LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT T E S I S

I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

EFFISIENSI COOLING POND UNTUK PENURUNAN KONSENTRASI PHENOL PADA SISTEM PENGOLAHAN AIR BUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SUMBER MATA AIR DI DESA KARYA BARU KECAMATAN DENGILO KABUPATEN POHUWATO. Nelpidin Nusi, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan minyak kelapa sawit adalah Indonesia. Pabrik kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal Jakarta Juli 2008 ISSN X

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

CAIR DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

Kata Kunci : Waktu Aerasi, Limbah Cair, Industri Kecap dan Saos

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan,

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

STRATEGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. AMP PLANTATION JORONG TAPIAN KANDIH NAGARI SALAREH AIA KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif.

ABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL OF PALM SHELL WASTE WHEN USED AS ACTIVED CHARCOAL IN RIAU PROVINCE BY : EDWARD SITINDAON

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

Lilis Elizabet¹), Budijono²), M. Hasbi²) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

Uji Model Fisik Water Treatment Bentuk Pipa dengan Media Aerasi Baling-Baling

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

Kata Kunci : Kualitas Air, Pamsimas.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN SISTEM APLIKASI PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (LAND APLICATION)

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR YANG IDEAL UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim :

Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun 2014 Tanggal :

Transkripsi:

ANALISIS KAAR B AN C PAA PENGLAHAN LIMBAH CAIR I PABRIK KELAPA SAWIT PT. LESTARI TANI TELAAN (LTT) I PRVINSI SULAWESI TENGAH Verawaty 1), ian Saraswati 2), Ramly Abudi 3) 1 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Verawaty 1 vera.narhina18@gmail.com 2 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, ian Saraswati 2 dian_saraswati29@yahoo.co.id 3 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Ramly Abudi 3 ramlyabudi@gmail.com ABSTRAK Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Pengolahan limbah cair yang kurang baik tidak dapat menurunkan parameter-parameter pencemar terutama parameter kimia yaitu kadar B dan C yang terdapat pada limbah cair kelapa sawit. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kadar B dan C limbah cair sesudah pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit PT. LTT di Provinsi Sulawesi Tengah melebihi nilai ambang batas sesuai Kep - 51/MEN LH/1995. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis kadar B dan C sebelum dan sesudah pengolahan limbah cair. Penelitian ini merupakan desain eskriptif dengan jenis penelitian bservasional. Populasi adalah semua limbah cair yang ada di pabrik. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 2 liter pada kolam pendingin dan kolam anaerobik. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sesaat (grab sampling). Analisisnya menggunakan uji kandungan B 5 dan uji kandungan C pada limbah cair. Hasil penelitian membuktikan bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit di PT. LTT yang belum memenuhi standar baku mutu kualitas limbah cair bagi kegiatan industri kelapa sawit sesuai Kep-51/MEN LH/1995, yaitu nilai B karena melebihi 100 mg/l. Sedangkan nilai C sudah memenuhi standar baku mutu karena kurang dari 350 mg/l. Saran bagi industri diharapkan dapat mengolah limbah cair dengan baik agar hasil pengolahan limbah cair yang dimanfaatkan sebagai Land Application tidak berdampak buruk bagi lingkungan atau pun bagi tanaman kelapa sawit yang ada diperkebunan. Kata Kunci : Limbah Cair, Kelapa Sawit, Kadar B, Kadar C

ABSTRACT Verawaty. 811410006. 2014. The Analysis of B and C in Liquid Waste at il Palm Factory PT. Lestari Tani Teladan (LTT) at Central Sulawesi Province. Skripsi. epartment of Public Health. Faculty of Health and Sport Sciences. Universitas Negeri Gorontalo. The principal supervisor was ian Saraswati, S.Pd., M.Kes and the cosupervisor was Ramly Abudi, S.Psi., M.Kes. The characteristic of waste water should be known due to determining the way to maage the waste water properly in order to be not contaminating the life environtment. The worse liquid waste mangement cannot decrease the parameters of contamination particulary chemistry parameters which were B and C levelin liquid waste of oil palm. The problem statement of research was whether the level of B and C in liquid waste after the processing at oil palm factory of PT. LTT at Center Sulawesi Province was exceeding the threshould value according to Kep-51/MEN LH/1995. The research aimed at analyzing the B and C Level before and after the processing of liquid waste. The research was observational research by having descriptive design. The population of research were all liquid wastes in factory. The samples of research were 2 liters of coolant pond and anaerobic pond. The technique of sampling was grab sampling method. The data analysis was using B 5 level test and C level test in liquid waste. The research result showed that the liquid waste of oil palm factory at PT. LTT was not fulfilling the quality standard of liquid waste of oil palm industrial activity according to Kep-52/MEN LH/1995, it due to the value of B was exceeding 100 mg/l. However, the value of C has been fulfilled the quality standard because it was less tha 350 mg/l. The suggestion for the industrial is to manage the liquid waste properly so that the result liquid waste processing which was utilized as land application did not give the bad impact to the environment as well as to the oil palm in the plantation. Keywords: Liquid Waste, il Palm, B Level, C Level

1. PENAHULUAN Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun 1990 di Indonesia dijumpai 84 unit pabrik kelapa sawit yang mengolah 10 juta ton tandan buah segar, dengan kapasitas yang bervariasi antara 20-60 ton tandan segar per jam (Manurung, 2004). Perkembangan industri yang sangat cepat saat ini menyebabkan limbah-limbah industri pun menjadi bertambah. Sebagai akibatnya, limbah yang dibuang ke lingkungan semakin berat. Padahal kemampuan alam untuk menerima beban limbah sangat terbatas, sehingga dipastikan bahwa self purification saat ini telah terlampaui (Taufiq, 2010). Jenis limbah industri banyak macamnya, tergantung dari bahan baku yang dipakai dalam industri dan sesuai dengan proses dari masing-masing industri. engan demikian, pemecahan yang dibutuhkan juga berbeda untuk dapat mencapai baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Miswan, 2004). Limbah cair yang dihasilkan oleh industri masih menjadi masalah bagi lingkungan sekitarnya, karena pada umumnya, industri terutama industri rumah tangga mengalirkan langsung air limbahnya ke selokan atau sungai tanpa diolah terlebih dahulu. emikian pula dengan industri pabrik kelapa sawit yang pada umumnya merupakan industri yang banyak tersebar di kota-kota besar dan kota-kota kecil (Rossiana, 2006). Mengingat tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah cair yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan informasi mengenai pengelolaan limbah cair secara benar (Sari, 2011). Limbah cair industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air (Rusmey, 2009). Polutan organik yang cukup tinggi tersebut apabila terbuang ke badan air penerima dapat mengakibatkan terganggunya kualitas air dan menurunkan daya dukung lingkungan perairan disekitar pabrik dan sekelilingnya. Penurunan daya dukung lingkungan tersebut menyebabkan kematian organisme air, terjadinya alga blooming sehingga menghambat pertumbuhan tanaman air lainnya dan menimbulkan bau yang dapat menjadi media yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri, baik bakteri patogen (bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada inang) maupun non patogen (bakteri yang tidak menimbulkan gangguan yang berarti) (Rossiana, 2006). Hasil penelitian dari beberapa peneliti menyatakan bahwa konsentrasi B (Biochemical xygen emand) didalam air limbah kelapa sawit cukup tinggi, yakni berkisar antara 5.000-10.000 mg/l, C (Chemical xygen emand) berkisar antara 7.000-10.000 mg/l, serta mempunyai keasaman yang rendah yakni ph 4-5 (Kaswinarni, 2007). Jika konsentrasi B (Biochemical xygen emand) dan C (Chemical xygen emand) dalam limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit langsung dibuang ke lingkungan, maka hal ini dapat menjadi pencemar lingkungan yang sangat potensial, terutama untuk perairan disekitar pabrik tersebut. Teknik pengolahan limbah cair industri kelapa sawit pada umumnya menggunakan metode pengolahan limbah kombinasi yaitu dengan sistem proses anaerobik dan aerobik. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kemudian dialirkan ke bak penampungan untuk dipisahkan antara minyak yang terikut dan limbah cair. Setelah itu maka limbah cair dialirkan ke bak anaerobik untuk dilakukan proses anaerobik. Pengolahan limbah secara anaerobik merupakan proses degradasi senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam limbah cair oleh bakteri anaerobik tanpa kehadiran oksigen menjadi biogas yang terdiri dari CH4 (50-70%), serta N2, H2, H2S dalam jumlah kecil. Pada proses

pengolahan secara aerobik menunjukkan penurunaan kadar B dan kadar C adalah sebesar 15 % (Agustina, dkk, 2010). Air hasil olahan telah dapat dibuang ke perairan, tetapi tidak dapat digunakan sebagai air proses dikarenakan air hasil olahan tersebut masih mempunyai warna kecoklatan. Penggunaan membran untuk mengolah lumpur sawit dalam hal ini dilakukan untuk mendapatkan air limbah yang bersih sehingga dapat digunakan kembali (water recycling) (edy, dkk, 2010). Berdasarkan data awal yang ada di Pabrik Kelapa Sawit PT. LTT bahwa dalam proses produksi yang menghasilkan kurang lebih 30 ton tandan buah segar (TBS) per jam dapat menghasilkan limbah cair sebesar 1.300 liter per hari. Limbah cair ini dihasilkan dari proses ke proses, sehingga kuantitas limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair yang dihasilkan tersebut tentunya harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak menimbulkan pencemaran, terutama pada sumber air yang berada didekat industri pabrik Kelapa Sawit tersebut (PT. LTT, 2013). Sistem pengolahan limbah yang ada di Pabrik Kelapa Sawit tersebut menggunakan kolam-kolam yang tersusun mulai dari unit kolam pendingin untuk mendinginkan limbah cair, kemudian dialirkan ke unit kolam pembiakan bakteri untuk menaikkan nilai ph, lalu menuju ke 2 unit kolam anaerob untuk menurunkan kadar B, lalu menuju ke unit kolam pengendapan untuk memisahkan cairan dari lumpur, setelah itu masuk ke unit kolam aerasi, disini limbah cair diberi tambahan oksigen dan biasanya hasil limbah dari kolam ini sudah memenuhi baku mutu dan dapat dibuang ke badan air penerima seperti sungai. Limbah dari kolam aerasi ini lalu dialirkan lagi ke unit kolam pelepasan, kolam ini hanya sebagai bak pengontrol yang mengalirkan limbah cair secara perlahan-lahan ke badan air penerima seperti sungai. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Kadar B dan C pada Pengolahan Limbah Cair di Pabrik Kelapa Sawit PT. Lestari Tani Teladan (LTT) di Provinsi Sulawesi Tengah. Tujuan penelitian yaitu menganalisis kadar B dan C sebelum dan sesudah pengolahan limbah cair di Pabrik Kelapa Sawit PT. LTT di Provinsi Sulawesi Tengah. Manfaat penelitian ini yaitu bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan maupun informasi mengenai kadar B dan C pada pengolahan limbah cair Pabrik Kelapa Sawit yang memenuhi standar dan tidak mencemari lingkungan. 2. METE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain deskriptif yaitu peneliti melakukan observasi terhadap limbah cair kelapa sawit. Setelah dilakukan observasi maka dilakukan analisis laboratorium kemudian hasilnya akan dideskripsikan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu membandingkan hasil uji laboratorium dari masing-masing sampel yang telah telah dihitung dengan standar baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri kelapa sawit berdasarkan Kep - 51/MEN LH/1995 yaitu tentang baku mutu limbah cair untuk industri kelapa sawit. 3. HASIL AN PEMBAHASAN Hasil Uji Laboratorium pada Limbah Cair Kelapa Sawit tentang kadar B dan kadar C dengan menggunakan Uji Kandungan B 5 dan Uji Kandungan C pada limbah cair. Tabel 1 Hasil Pengukuran Limbah Cair Kelapa Sawit Sebelum Pengolahan di PT. LTT Titik Pengambilan Parameter (mg/l) Sampel B C Inlet 435 222 utlet 552,5 246 (Sumber: ata Primer 2014)

Jumlah (mg/l) Jumlah (mg/l) Gambar 1 Grafik Nilai B dan C pada Limbah Cair Kelapa Sawit Sebelum Pengolahan di PT. LTT Tahun 2014 (Sumber: ata Primer, 2014) Berdasarkan hasil pengukuran kadar B dan C pada tabel dan grafik dapat disimpulkan bahwa kadar B yang tertinggi terdapat di titik kedua yaitu 552,5 mg/l dimana letak pengambilan sampelnya berada dikolam pendingin dekat outlet dan kadar C yang tertinggi terdapat juga di titik kedua yaitu 246 mg/l dimana letak pengambilan sampelnya berada dikolam pendingin dekat outlet. Hal ini disebabkan karena pada titik kedua terjadi penumpukan lumpur kelapa sawit nya sehingga nilai B maupun C nya lebih tinggi dari titik pengambilan sampel pertama. Tabel 2 Hasil Pengukuran Limbah Cair Kelapa Sawit Setelah Pengolahan Titik Penga mbilan Sampel Inlet utlet 600 500 400 300 200 100 0 Parame ter (mg/l) B 79 2,5 61 0 435 C 12 5 14 1 552,5 222 246 Inlet ulet Standar Baku Mutu (mg/l) B 1 00 (Sumber: ata Primer, 2014) C 3 50 Keteran gan B T M S T M S B C C M S M S Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 792,5 610 350 125 141 100 B C Inlet utlet Standar Baku Mutu Gambar 2 Grafik Perbandingan Nilai B dan C Sesudah Pengolahan di 2 Titik Pengambilan Sampel dengan Standar Baku Mutu Limbah Cair untuk Pabrik Kelapa Sawit (Sumber: ata Primer, 2014) Berdasarkan hasil pengukuran kadar B dan C pada tabel dan grafik dapat disimpulkan bahwa kadar B yang diambil di kedua titik pengambilan sampel pada kolam Anaerobik telah melebihi standar baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri kelapa sawit berdasarkan Kep - 51/MEN LH/1995 yaitu nilai B lebih dari 100 mg/l, sedangkan nilai C pada titik pengambilan sampel pertama dan kedua belum melebihi ambang batas karna nilai C kurang dari 350 mg/l sesuai Kep 51/MEN LH/1995. Kadar C pada pengolahan limbah yang ada dipabrik kelapa sawit PT. LTT ini belum mencapai nilai ambang batas disebabkan karena pada pengolahan limbahnya memiliki ± 8 kolam yang dapat menurunkan nilai C dan parameter lainnya, namun nilai B nya masih tetap tinggi. Kadar B melebihi nilai ambang batas disebabkan karena pada pengolahan limbah cair kelapa sawit yang ada di PT. LTT tidak melalui lagi kolam Aerobik

dimana kolam ini berfungsi untuk memperkaya cairan dengan oksigen dan membunuh bakteri anaerobik dengan cara menyebarkan cairan limbah ke udara dengan menggunakan aerator dan dapat menurunkan kadar B pada limbah cair tersebut. Pabrik kelapa sawit PT. LTT dengan sengaja meniadakan kolam aerobik karena sudah ada larangan membuang limbah ke badan air atau sungai terdekat dan akhirnya mereka memanfaatkan seluruh limbah cair menjadi pupuk dengan sistem Land Application yaitu pemanfaatan limbah cair dari industri kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan penyubur atau pemupukan tanaman kelapa sawit dalam areal perkebunan kelapa sawit itu sendiri dengan cara mengalirkan limbah cair tersebut dari kolam pelepasan ke parit-parit disekitar area perkebunan. Keuntungan pemanfaatan limbah cair PKS secara umum adalah seperti berikut: 1. Memperbaiki struktur fisik tanah 2. Meningkatkan aerasi, peresapan, retensi dan kelembaban 3. Meningkatkan perkembang-biakan dan perkembangan akar 4. Meningkatkan kandungan organik tanah, ph tanah dan kapasitas tukar kation tanah 5. Meningkatkan populasi mikroflora dan mikrofauna tanah maupun aktivitasnya (Huan, 1987). Batasan Peneliti alam Melakukan Penelitian Adapun batasan peneliti dalam melakukan penelitian ini dan dalam menyusun pembahasan dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Uji B mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya adalah: a. alam uji B ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan organik atau bahanbahan tereduksi lainnya, yang disebut juga Intermediate xygen emand. b. Uji B membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari. c. Uji B yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat menunjukan nilai total B, melainkan ± 68% dari total B. d. Uji B tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut, misalnya germisida seperti klorin yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji B kurang teliti (Kristianto, 2004:87). 2. Jarak antara penyusunan proposal dengan turun penelitian agak jauh sehingga sistem pengolahan limbah cair di pabrik kelapa sawit PT. LTT sudah berubah, karena semua limbah cair dimanfaatkan sebagai land application. 3. Peneliti juga hanya bisa menjelaskan secara umum saja tentang hasil penelitian ini karena batasan informasi yang didapat saat turun penelitian. Peneliti juga tidak terlalu menguasai ataupun memahami Pedoman Pengolahan Limbah yang ada di Indonesia karena untuk memahaminya perlu pelatihan atau pendamping khusus yang memahami secara detail semua tentang Pengolahan Kelapa Sawit. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa parameter kimia yang telah dianalisis pada limbah cair pabrik kelapa sawit di PT. LTT yaitu: 1. Kadar B sebelum pengolahan ialah pada titik pertama pengambilan sampel sebesar 435 mg/l dan pada titik kedua sebesar 552,5 mg/l, sedangkan kadar B sesudah pengolahan ialah pada titik pertama sebesar 792,5 mg/l dan titik kedua 610 mg/l. 2. Kadar C sebelum pengolahan ialah pada titik pertama pengambilan sampel sebesar 222 mg/l dan pada titik kedua sebesar 246 mg/l, sedangkan kadar C sesudah pengolahan ialah pada

titik pertama sebesar 125 mg/l dan titik kedua sebesar 141 mg/l. ari kedua parameter kimia yang telah diuji yang belum memenuhi standar baku mutu kualitas limbah cair bagi kegiatan industri kelapa sawit sesuai Kep- 51/MEN LH/1995, yaitu nilai B karena melebihi 100 mg/l. Sedangkan nilai C sudah memenuhi standar baku mutu karena kurang dari 350 mg/l. 5. AFTAR PUSTAKA Agustina, Sitti, Sri Pudji.R, Tri Widianto, Trisni.A. 2010. Penggunaan Teknologi Membran Pada Pengolahan Air Limbah Industri Kelapa Sawit. Jurnal (nline) http://www.bbkk-litbang.go.id. iakses 25 September 2013. Bapedal. 1995. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51/Kep- MenLH/-10/1995. Jakarta. Lampiran B.IV. http://jdih.menlh.go.id. iakses 26 esember 2014. edy, A.Nasution, Elita R.Widjaya, Reni J.Gultom. 2010. Teknologi Membran Filtrasi Untuk Pengolahan Limbah Pabrik Cair Kelapa Sawit. Jurnal (nline) http://digilib.litbang.deptan.go.id. iakses 28 September 2013. epartemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolalaan Limbah Industri Kelapa Sawit disusun oleh itjen PPHP, epartemen Pertanian. Jakarta. http://reporsitory.usu.ac.id. iakses 26 esember 2014. Manurung, Renita. 2004. Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Untuk Mengolah Limbah Sawit. Jurnal (nline) http://library.usu.ac.id. iakses 26 September 2013. Miswan. 2004. Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Rumah Potong Hewan engan Menggunakan Sabut Kelapa. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Mulia, Ricki, M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. Rahardjo, Nugro. 2006. Teknologi Pengelolaan Limbah Cair yang Ideal Untuk Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal (nline) Vol. 2 http://ejurnal.bppt.go.id. iakses 6 ktober 2013. Rossiana. 2006. Uji Toksisitas Limbah Cair kelapa sawit Sumedang terhadap Reproduksi aphnia carinata King. Skripsi (nline). Universitas Padjadjaran. http://ejurnal.bppt.go.id. iakses 6 ktober 2013. SNI 6989.2:2009. Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical xygen emand/c) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri. http://reporsitory.usu.ac.id. iakses 26 esember 2014. SNI 6989.59.2008. Air dan air limbah Bagian 59: Metoda pengambilan contoh air limbah. http://reporsitory.usu.ac.id. iakses 26 esember 2014. SNI 6989.72:2009. Air dan air limbah Bagian 72: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (Biochemical xygen emand/b). http://reporsitory.usu.ac.id. iakses 26 esember 2014. Taufiq, M. 2010. Pemanfaatan Abu Sekam Padi engan Metode Filterisasi

Untuk Menurunkan Kandungan B dan C Pada Limbah Cair RSU Undata Palu. Tugas Akhir. Palu: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu. Togatorop, Rusmey. 2009. Korelasi Antara Biological xygen emand (B) Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Terhadap ph, Total Suspended Solid (TSS), Alkaliniti an Minyak/ Lemak. Tesis (nline) http://repository.usu.ac.id. iakses 23 ktober 2013.