BAB I PENDAHULUAN. anak dikemudian hari. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan waktu kecil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN TINGKAH LAKU SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 JEPON, KECAMATAN JEPON, KABUPATEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI USIA 5-6 TAHUN DITINJAU DARI IBU YANG BEKERJA. Heleni Filtri 1) 1 Universitas Lancang Kuning

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

Perkembangan Kognitif, Emosi, dan Bahasa pada Masa Kanak-Kanak Akhir. Dosen Pengampu : Dra. Nadlifah, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ahli (expert judgment), inventori dinyatakan layak digunakan dan dapat diuji

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB I PENDAHULUAN. pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II)

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan hasil pengembangan yang telah di bahas pada bab sebelumnya, penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah, agar pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa: ada pengaruh diskusi kelompok kecil (buzz group discussion)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Malayu S.P

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian siswa, yakni saat remaja menguasai pola-pola perilaku yang khas

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere tumbuh ke

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna. Memperoleh GelarSarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Bimbingan dan Konseling OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik sehingga tujuan

ANALISIS SIKAP SISWA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DI SDN 023 SEI GERINGGING TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016

Kemampuan Berfikir Asosiatif Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Oleh Andewi Suhartini 2014

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PEMBAHASAN. A. Definisi Psikologi Menurut Para Ahli Sebelum mempelajari psikologi, sudah sepatutnya mencari tahu

DAFTAR PUSTAKA. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Penerbit PT.BPK Gunung

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

PERBEDAAN KONSEP DIRI NEGATIF ANTARA REMAJA YANG SEKOLAH DAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH. Nurul Uliyah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PENGENDALIANN DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan secara umum diawali dalam suatu keluarga, orang tua yang bertanggung jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya, karena pengaruh yang diterima anak waktu kecil sangat menentukan kehidupan anak dikemudian hari. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan waktu kecil masih terjalin ke dalam kehidupan kepribadiaanya. 1 Dalam perkembangan perilaku, seorang anak manusia selalu berhadapan dengan ligkungan sebagai salah satu faktor yang menentukan bentuk kepribadian. Lingkungan tersebut memberikan rangsangan kepada faktor dasar yang telah ada pada manusia semenjak dilahirkan ibunya. Menurut Chaplin, sebagaimana dikutip dalam suatu Dictionary Psychology yang diambil oleh Moh. Ali dan Moh. Asrori, mendefinisikan bahwa perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku untuk mencapai kematangan emosi. 2 Melalui teori kecerdasan emosional yang dikembangkannya, Daniel Goleman mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti 1 Zakiyah Daradjat, Pembinaan Remaja, (jakarta: PT Bulan Bintang, 1982), hlm. 19 2 Moh. Ali dan Moh. Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 62 1

2 bahwa emosi memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu dalam kehidupan remaja saat ini. 3 Apabila dorongan, keinginan atau minatnya dapat terpenuhi anak cenderung memiliki perkembangan afeksi atau emosi yang sehat dan stabil. Dengan demikian, ia dapat menikmati dan mengembangkan kehidupan sosialnya secara sehat pula. Selain itu, ia tidak akan terhambat oleh gejala gangguan emosi. Sebaliknya, jika dorongan dan keinginnannya tidak dapat terpenuhi, disebabkan kurangnya tidak kemampuan untuk memenuhinya ataupun karena kondisi lingkungan yang kurang menunjang, sangat di mungkinkan perkembangan emosionalnya itu akan mengalami gangguan. 4 Keadaan emosional merupakan suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan yang kuat, atau disertai keadaan afektif. 5 emosi banyak berpengaruh terhadap fungsi-fungsi psikis lainnya, seperti pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan kehendak. Individu akan mampu melakukan pengamatan atau pemikiran dengan baik jika disertai dengan emosi yang baik pula. Individu akan memberikan tanggapan yang positif terhadap suatu objek manakala disertai dengan emosi yang positif pula. Sebaliknya, individu akan melakukan pengamatan atau tanggapan negatif terhadap sesuatu objek, jika disertai oleh emosi yang negatif terhadap objek tersebut. Pada setiap individu mengalami perkembangan emosional masingmasing dimulai pada saat bayi lahir didunia sampai meninggal dunia. Dan setiap 104 3 Dra. Enung Tatimah, M.M, Psikologi Perkembangan, (Bandung : Pustaka Setia, 2006), hlm. 4 Moh. Ali dan Moh. Asrori, hlm. 104 5 Prof. Dr. Hj. Samsunuwiyata Mar at, S. Psi, Desmita Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya), hlm. 4

3 individu mengalami tahapan-tahapan dilihat dari bertambahnya umur. Begitu juga dengan masa remaja awal sebelum menginjak remaja dia mengalami tahapan perkembangan emosinya dimulai dari lahir sampai dia menginjak pada masa remaja awal. Remaja, dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescence yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Menurut Hurlock Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik Didukung oleh piaget yang menyatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa sama, atau paling tidak sejajar. 6 Pada masa remaja awal perkembangan ini mulai nampak pada masa pemuda pada fase negatif. Pada saat itu emosi pemuda serba tidak menentu. Ia sangat gelisah, resah, gundah tetapi ia tidak mengerti, mengapa ia demikian resah, gelisah, sedih. Dan bersikap menolak perintah, harapan, anjuran maupun keinginan orang tua/gurunya, tetapi ia tidak mengerti apa yang akan diperbuat setelah menolak semuanya itu Cenderung terpengaruh oleh teman disekelilingnya. 7 6 Ibid, hlm. 9 7 Drs. Agus Sudjanto, Psikologi Perkembangan, (Surabaya : Aksara Baru, 1982), hlm. 225

4 Pendidikan melalui jalur sekolah secara formal memang menunjang pembentukan tingkah laku, kecakapan, maupun keterampilan. Tetapi pada umumnya sekolah hanya memberikan pengetahuan secara teoritis sehingga teori yang diperoleh secara formal disekolah kurang mendapatkan pengawasan dari guru untuk mempraktikkannya. Lalu pengetahuan secara teoritis tidak menjamin dapat mewujudkan pembentukan tingkah laku pada remaja. 8 Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan disini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Anak pada masa Remaja lebih banyak mempergunakan waktunya dirumah dari pada disekolah. Pengawasan orang tua terhadap anak telah terjadi sejak anak lahir ditengah-tengah keluarga. Tapi ketika seorang anak harus berpisah dalam maksud apabila anak sekolah di kota jauh dari orang tua tetap mengadakan pengawasan secara intensif. Untuk mewujudkan anak yang saleh 2003), hlm. 2 8 Drs. Yatimin, M.Ag, Etika Seksual dan Penyimpangannya Dalam Islam, (Pekan Baru,

5 dan salehah tidaklah mudah, tetapi perlu pembentukan tingkah laku agamis sejak pertama lahir ditengah-tengah keluarga suri tauladan orang tua, Agar kelak dikemudian hari tidak terjadi perilaku menyimpang pada remaja. Pada masa remaja rawan dengan perilaku menyimpang, penyimpangan terhadap peraturan orang tua, seperti pulang terlalu malam atau merokok bisa dikatakan penyimpangan juga. Penyimpangan terhadap tata krama masyarakat, seperti duduk mengangkat kaki dihadapan orang yang lebih tinggi derajatnya, dsb. Teori dari Jensen tentang perilaku menyimpang pada remaja digolongkan kedalam teori sosiogenik, yaitu teori-teori yang mencari sumber penyebab kenakalan remaja pada faktor lingkungan dan keluarga dan masyarakat. Menurut Jensen Dalam kenyataan banyak sekali faktor yang menyebabkan kenakalan remaja maupun kelainan perilaku remaja pada umumnya. 9 Menurut kartini kartono, penyimpangan perilaku adalah tingkah laku yang tidak tepat, tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya serta tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. 10 Menurut Dadang Hawari, bahwa perilaku menyimpang sering kali merupakan gambaran dari kepribadian 9 Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja Edisi Revisi (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003), hlm. 140 10 Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Bandung : Mandar Maju, 1990 ), hlm. 15

6 antisosial atau gangguan tingkah laku atau bisa disebut juga perilaku tidak wajar. 11 Ada beberapa macam gejala penyimpangan perilaku yang biasanya terjadi pada setiap manusia, dan sudah pasti terjadi pada remaja awal disekolah maupun dirumah. Diantaranya yaitu Kepribadian nakal (Delinquent Personality) contohnya yaitu orang mencuri karena kecewa, membunuh karena putus asa. Mereka selalu memberontak (nakal) dan cenderung berbuat jahat, psikopatik contohnya suka berbohong, tidak sopan, dsb. Neurosis-psikosis contohnya merasa bersalah, minder, tidak percaya diri dsb. 12 Penulis memilih judul ini dikarenakan, belum pernah ada penelitian yang membahas tentang masalah korelasi antara perkembangan emosi dan perilaku menyimpang pada masa remaja awal. ada penelitian terdahulu yang membahas dalam judul pengaruh musik band terhadap perilaku menyimpang siswa oleh Sukisno mahasiswa Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pada Skripsi ini memiliki persamaan dengan penelitian yang nantinya akan saya kerjakan yakni sama-sama meneliti perilaku menyimpang. Metode yang digunakan juga sama yaitu metode kuantitatif. Perilaku menyimpang yang penulis maksud adalah perilaku menyimpang pada masa remaja awal yaitu termasuk siswa kelas XI dan XII SMA. 11 Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1995), hlm. 38 12 Drs. Yatimin, M.Ag, OP.Cit, hlm. 76-77

7 Pada Skripsi ini memiliki perbedaan yakni dalam skripsi ini menggunakan musik band dalam pengaruhnya terhadap perilaku menyimpang remaja. Sedangkan dalam skripsi saya menghubungkan antara perkembangan emosi dengan perilaku menyimpang. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memandang bahwa perkembangan emosi mempunyai pengaruh terhadap perilaku menyimpang pada masa remaja awal. Sehubungan dari ini peneliti bermaksud memberi judul KorelasiI Antara Perkembangan Emosi dengan Perilaku Menyimpang Pada Masa Remaja Aawal Di UPTD SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk. B. Rumusan Masalah Berangkat dari realitas dan fakta yang ada di lapangan, serta keterbatasan peneliti ini akan lebih fokus pada pokok permasalahan yang secara sederhana bisa dirumuskan: 1. Bagaimana perkembangan emosi pada masa remaja awal di UPTD SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk? 2. Bagaimana perilaku menyimpang pada masa remaja awal di UPTD SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk? 3. Apakah ada korelasi antara perkembangan emosi dengan perilaku menyimpang pada masa remaja awal di UPTD SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk?

8 C. Tujuan Penilitian 1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan emosi pada masa remaja awal di UPTD SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk? 2. Untuk mengetahui perilaku menyimpang pada masa remaja awal di UPTD SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk? 3. Untuk membuktikan korelasi antara perkembangan emosi dengan perilaku menyimpang pada masa remaja awal di UPTD SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk? D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Signifikan akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan teoritis dalam disiplin ilmu pengetahuan. 2. Secara praktis Apabila penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara perkembangan emosi dengan perilaku menyimpang pada masa remaja awal, maka manfaat praktis bagi: a. Peneliti adalah dapat mengetahui bahwa Perkembangan emosi berhubungan terhadap perilaku menyimpang pada masa remaja awal. b. Manfaat untuk siswa itu sendiri adalah mereka dapat mengetahui bahwa perkembangan emosinya dapat mengantarkan individu mampu mengontrol emosinya sehinnga dapat memperbaiki perilaku menyimpang pada masanya.

9 c. Diharapkan menjadi bahan masukan bagi pelaksanaan bimbingan dan konseling baik disekolah maupun di luar sekolah dan meningkatkan layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan emosi dan perilaku menyimpang pada masa remaja awal. E. Ruang Lingkup Penelitian Agar dalam penelitian ini tidak ada penyimpangan, maka perlu dicantumkan ruang lingkup dan batasan masalah. Dengan harapan penelitian ini sesuai dengan apa yang dikehendaki peneliti. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini hanya terbatas pada variabel membicarakan tentang perkembangan emosi yang berpengaruh pada perilaku menyimpang pada masa remaja awal di UPTD SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk. 2. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. 3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Adakah Korelasi Antara Perkembangan Emosi Dengan Perilaku Menyimpang Pada Masa Remaja awal di UPTD SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk. F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan terhadap judul skripsi disini penulis mendefinisikan istilah-istilah yang dianggap penting yaitu:

10 1. Korelasi Korelasi adalah untuk mengetahui hubungan. Berdasarkan fungsinya penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional dasar yaitu penelitian yang dilakukan untuk menguji teori atau menjawab pertanyaan tertentu dalam suatu displin ilmu tanpa dikaitkan dengan penerapan atau penggunaan hasilnya untuk menjawab permasalahan di luar disiplin sendiri. 13 2. Perkembangan Emosi Pada Masa Remaja Awal Emosi adalah keadaan emosional merupakan satu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan yang kuat, atau disertai keadaan afektif. 14 Menurut Chaplin, yang dikutip dalam suatu Dictionary Psychology yang di ambil oleh Moh. Ali dan Moh. Asrori, mendefinisikan bahwa perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku untuk mencapai kematangan emosi. 15 Jadi dari definisi diatas perkembangan emosi pada masa remaja awal dapat diketahui melalui ciri-ciri, bentuk-bentuk, faktor yang melatar belakangi perkembangan emosi pada masa remaja awal 3. Perilaku menyimpang Pada Masa Remaja Awal 13 Drs. Ibnu Hajar, M. Ed, Dasar-dasar Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 26-27 14 J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi Penerjemah Dr. Kartini Kartono, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 163 15 Moh. Ali dan Moh. Asrori, Op. Cit, hlm. 62

11 Perilaku berasal dari kata laku, artinya perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat. 16 Penyimpangan berasal dari kata dasar simpang yaitu menyalahi kebiasaan, menyeleweng dari hukum, kebenaran, dan agama. 17 Salah satu upaya untuk mendefinisikan penyimpangan perilaku adalah secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku di masyarakat meliputi norma agama, etika, peraturan sekolah, dan keluarga, dll. 18 Perilaku menyimpang pada masa remaja awal yang sering terjadi disekolah yaitu siswa bolos, tidak hormat pada orang tua dan guru, sering terlibat tawuran antar pelajar, melawan peraturan sekolah. Jadi perilaku menyimpang pada masa remaja sering terjadi pada kedisplinan siswa, interaksi sosial remaja, dan lingkungan dimana remaja sering berinteraksi yaitu disekolah. 4. Masa remaja awal Remaja, dalam bahasa latin disebut adolescence, artinya tumbuh atau tumbuh untuk kematangan. Secara istilah remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua 16 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Penerbit Balai Pustaka Jakarta, 1995), hlm. 488 17 Ibid, hlm. 841 18 Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Op. Cit, hlm. 140

12 melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. berarti masa remaja awal yaitu remaja yang rentang usia mencapai 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun. 19 G. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah berasal dari gabungan kata antara Hipo (dari bawah) dan tesis (kebenaran), secara keseluruhan hipotesis berarti di bawah kebenaran, kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu kebenarannya) dan baru dapat di angkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah di sertai dengan bukti. 20 Jadi yang dimaksud dengan hipotesis adalah dugaan sementara tentang kebenaran mengenai hubungan dua variabel atau lebih, ini berarti dugaan itu bisa benar atau juga salah tergantung peneliti dalam mengumpulkan data sebagai pembuktian dari hipotesis. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas maka selanjutnya dapat peneliti rumuskan masalah hipotesis sebagai berikut: Ada Korelasi Antara Perkembangan Emosi Dengan Perilaku Menyimpang Pada Masa Remaja Awal DI UPTD SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk. 19 Moh. Ali dan Moh. Asrori, Op. Cit, hlm. 9 20 Suharsimi Arikunto, Manejemen Penelitian, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1990), hlm. 57

13 H. Sistematika Pembahasan Penulisan penelitian skripsi ini terdiri dari: Bab I : Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Perumusan masalah, Tujuan masalah, Manfaat penelitian, Ruang lingkup penelitian, Definisi operasional, Hipotesis, Sistematika Pembahasan. Bab II : Landasan Teori, (A). Pengertian Masa Remaja Awal Perkembangan emosi pada masa remaja awal meliputi: karakteristik atau ciri-ciri emosi remaja awal, bentuk-bentuk emosi remaja awal, faktor-faktor mempengaruhi emosi pada remaja awal, (B). Perilaku menyimpang pada masa remaja awal meliputi: bentuk-bentuk perilaku menyimpang, faktor yang mempengaruhi, aplikasi dalam keluarga, aplikasi dalam pendidikan sekolah, aplikasi dalam masyarakat, (C) Hubungan antara perkembangan emosi dengan perilaku menyimpang pada masa remaja awal. Bab III : Metodologi Penelitian, jenis pendekatan, populasi dan sampel, variabel dan indikator, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, penjabaran variabel. Bab VI : Laporan Penelitian, (a) Gambaran umum objek penelitian (sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk, letak geografis SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, kedaan siswa SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk, dan keadaan sarana dan prasarana), (b) Penyajian data ( penyajian data tentang perkembangan

14 emosi, penyajian data tentang perilaku menyimpang siswa SMA Negeri 1 Ngronggot Kab. Nganjuk), (c)analisis Data Bab V : Penutup, Kesimpulan dan Saran