BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

MAKALAH. Oleh ETI SUHARTINI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Di zaman yang modern ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. memprihatinkan. Guru dengan lancarnya menerangkan berbagai macam teori,

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang penting dipelajari termasuk di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan latihan berkelanjutan. Sependapat dengan yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aep Rohimat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa

BAB I PENDAHULUAN. satu kesatuan, merupakan catur-tunggal, (Dawson dalam Tarigan 2005: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam pengajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh keterampilan menyimak, membaca dan berbicara. membuat parafrasa lisan dalam kontek bekerja.

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. eksternal diantaranya adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran wajib bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang diajarkan dalam

TEKS WAWANCARA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang digunakan manusia.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak berlatih. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di antara keempat keterampilan tersebut, keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit. Hal ini dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2001: 294) bahwa dibanding kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Hal ini diungkapkan oleh Tarigan (1991: 8) bahwa menulis menuntut gagasan yang tersusun logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik sehingga menulis merupakan kegiatan yang cukup kompleks. Suatu bangsa dikatakan telah memiliki kebudayaan yang maju jika masyarakatnya telah membiasakan diri dalam kegiatan literasi (baca-tulis).

2 Sejalan dengan pernyataan tersebut, Alwasilah (2003) mengungkapkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menulis. Menulis dapat dipersepsi sebagai bagian literasi budaya yang dapat dijadikan media pengembangan diri. Namun, kondisi objektif yang terjadi pada masyarakat Indonesia hingga saat ini adalah masih membudayanya aliterasi, yaitu masyarakat yang dapat membaca dan menulis, tetapi tidak suka membaca dan menulis. Oleh karena itu, keterampilan menulis tampaknya masih sangat sedikit mendapat perhatian. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang paling sedikit dilakukan jika dibandingkan dengan kegiatan menyimak, berbicara, dan membaca. Sebagaimana hasil penelitian Rankin (dalam Cahyani, 2002: 84) terhadap keterampilan berbahasa, memperlihatkan perbandingan yang cukup signifikan yaitu keterampilan menyimak 45%, berbicara 30%, membaca 16%, dan menulis 9%. Meskipun telah disadari bahwa keterampilan menulis sangat diperlukan dalam kehidupan modern, pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum menguasai keterampilan menulis. Hal tersebut juga sesuai dengan kondisi pengajaran menulis di SMA Negeri 15 Bandung yang masih rendah. Sebagian besar siswa sulit menuangkan ide-ide ke dalam tulisan secara teratur dan sistematis sehingga menulisnya asal-asalan terutama dalam menulis karangan bahkan penggunaan ejaan, diksi, kalimat, maupun tanda baca masih kurang diperhatikan. Hal ini dikemukakan oleh Yusni Agustina (2007: 166) dalam skripsinya yang berjudul Pengembangan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Menggunakan Teknik Thing-Talk-Write (TTW) pada Siswa

3 Kelas X SMA Negeri 14 Bandung yang menunjukkan bahwa banyak siswa yang menganggap kegiatan menulis itu sebagai kegiatan yang sulit dan membosankan. Mereka masih sulit dalam membedakan argumentasi dengan persuasi sehingga mereka pun malas, tidak bergairah, dan jenuh ketika diberi tugas untuk menulis karangan. Permasalahan tersebut juga muncul karena kegiatan menulis memang membutuhkan pikiran, waktu, dan perhatian yang sungguh-sungguh sehingga dianggap sebagai beban berat. Akibatnya, kemampuan menulis mereka rendah. Hal tersebut didukung pula dari beberapa hasil penelitian lain berupa skripsi tentang kemampuan siswa dalam menulis karangan argumentasi. Menurut Adam Hermawan (2007: 112), dalam skripsinya yang berjudul Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi (Analisis Struktur Kognitif Siswa dalam Berargumen) yang menunjukkan bahwa masih terlihat adanya kelemahan pada diri siswa SMA Negeri 10 Bandung ketika siswa mengungkapkan argumen pada karangan argumentasinya yakni saat menuliskan kutipan. Beberapa dari mereka tidak mencantumkan sumbernya sehingga argumen yang mereka ajukan bisa dipatahkan dengan mudah. Ketika siswa merasa paling memahami sebuah informasi, mereka kerap terpancing untuk mengungkapkan semua informasi tersebut sehingga terkadang hal yang tidak berhubungan pun diungkapkan. Akibatnya, beberapa argumen dari mereka terkesan tidak saling berhubungan. Untuk itu, pada rencana pembelajaran yang diusulkan, hal tersebut perlu mendapatkan perhatian juga. Selain itu, menurut Indriana Muliyanti (2005: 97), dalam skripsinya yang berjudul Pembelajaran Keterampilan Menulis Argumentasi dengan

4 Menggunakan Model Belajar Generatif (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 14 Bandung) hambatan yang dialami siswa dalam pembelajaran menulis argumentasi adalah kesulitan mencari ide, menuangkan ide ke dalam tulisan, mengembangkan kalimat dan paragraf, serta menentukan karangan argumentasi. Akhadiah (1998: 1) mengutarakan bahwa masalah yang sering dilontarkan dalam pembelajaran mengarang adalah siswa kurang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama untuk karangan argumentasi. Hal ini terlihat dari pilihan kata yang kurang tepat, kalimat yang kurang efektif, sukar mengungkapkan gagasan karena kesulitan memilih kata atau membuat kalimat, bahkan kurang mampu mengembangkan ide secara teratur dan sistematis. Di samping itu, kesalahan ejaan pun sering kali dijumpai. Tarigan (1991: 3) menambahkan, penyebab kekurangmampuan siswa dalam menulis karangan, di antaranya beberapa hal berikut. 1) Sikap sebagian masyarakat Indonesia terhadap bahasa Indonesia belum menggembirakan, mereka merasa malu memakai bahasa yang salah. 2) Kesibukan guru bahasa Indonesia di luar jam kerjanya menyebabkan mereka tidak sempat lagi memikirkan bagaimana cara pelaksanaan pengajaran yang menarik dan efektif serta mungkin sekali hasil karangan siswa yang ada pun tidak sempat dikoreksi. 3) Bagi siswa sendiri, pelajaran mengarang dirasakan beban belaka dan kurang menarik. 4) Latihan mengarang sangat kurang dilakukan oleh siswa.

5 Memang, untuk bisa terampil menulis bukanlah hal yang mudah. Seseorang yang ingin terampil menulis tidak cukup dengan mempelajari bahasa dan pengetahuan tentang teori menulis. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan suatu proses pertumbuhan melalui banyak praktik dan latihan yang teratur. Rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran menulis atau mengarang masih dianaktirikan (Badudu, 1985: 35). Hal ini diperjelas oleh Alwasilah bahwa pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah lebih mengutamakan keterampilan menyimak, membaca, berbicara, daripada mengajarkan menulis. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA kelas X semester II, salah satu standar kompetensi dari keterampilan menulis adalah mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Adapun yang menjadi kompetensi dasarnya adalah menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif. Pengenalan tentang argumentasi sangat penting karena siswa diharapkan dapat berpikir kritis dan logis dalam mengungkapkan gagasannya. Hal ini sesuai dengan pengertian wacana argumentasi yaitu wacana yang menggunakan alasan (argumen), bukti, dan contoh-contoh yang dapat meyakinkan sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan tersebut. Agar dapat menumbuhkan kegairahan siswa dalam proses pembelajaran menulis wacana argumentasi, seorang guru diharapkan dapat menyajikan metode, teknik, strategi, dan media yang bervariasi. Guru harus kreatif dalam memilih

6 metode pembelajaran, karena itu merupakan hal yang mampu mewujudkan rangsangan dalam mengembangkan kecerdasan serta pengalaman siswa. Sejalan dengan kenyataan tersebut, Tarigan (1991: 186) mengemukakan bahwa pengajaran mengarang belum terlaksana dengan baik di sekolah. Kelemahannya terletak pada cara mengajar yang kurang bervariasi serta kurang dalam pelaksanaannya. Keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis ditunjang oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu faktor guru, metode, teknik pembelajaran, kurikulum, dan faktor siswa sebagai pengguna metode. Siswa memerlukan motivasi dalam pembelajaran menulis. Motivasi dari sekeliling menjadi bahan untuk diproses oleh pikiran dan perasaan yang selanjutnya melahirkan pengetahuan serta pengalaman. Hal ini didukung oleh hasil penelitian berupa skripsi (Retna Wulandari, 2008: 66) tentang penerapan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition dalam pembelajaran menulis sajak (pada pelajaran bahasa Sunda). Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran menulis sajak dengan menggunakan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition tersebut, maka dapat diperoleh hasil bahwa teknik Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis sajak. Sebagai alternatif pemecahan masalah-masalah di atas, peneliti tertarik untuk mencoba menggunakan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition dalam pembelajaran menulis wacana argumentasi. Teknik Cooperative Integrated Reading and Composition merupakan teknik

7 pembelajaran yang lengkap dan luas untuk pembelajaran membaca dan menulis jenjang SMA. Selain itu, teknik ini juga melibatkan siswa dalam rangkaian kegiatan bersama dan saling memberi tanggapan terhadap hasil tulisan mereka. Dengan begitu, semangat mereka akan tumbuh dalam mengerjakan tugas. Cara tersebut dimaksudkan agar semua siswa dapat memberikan tanggapannya secara bebas dan dilatih untuk dapat bekerja sama serta menghargai pendapat orang lain. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pembelajaran Menulis Wacana Argumentasi dengan Menggunakan Teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (Penelitian Kuasieksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, banyak permasalahan yang timbul dalam pembelajaran menulis wacana argumentasi adalah sebagai berikut. 1) Banyak siswa yang menganggap kegiatan menulis itu sebagai kegiatan yang sulit dan membosankan. 2) Pelajaran mengarang dirasakan beban belaka dan kurang menarik. 3) Latihan mengarang sangat kurang dilakukan oleh siswa. 4) Pengajaran mengarang belum terlaksana dengan baik di sekolah. 5) Mereka masih sulit dalam membedakan karangan argumentasi dengan persuasi sehingga mereka pun malas, tidak bergairah, dan jenuh ketika diberi tugas untuk menulis karangan.

8 6) Siswa sulit menuangkan ide-ide ke dalam tulisan secara teratur dan sistematis sehingga menulisnya secara asal-asalan. 7) Ketika mengungkapkan argumen pada karangan argumentasinya, siswa tidak mencantumkan sumbernya sehingga argumen yang mereka ajukan bisa dipatahkan dengan mudah. 8) Ketika siswa merasa paling memahami sebuah informasi, mereka kerap terpancing untuk mengungkapkan semua informasi tersebut sehingga terkadang hal yang tidak berhubungan pun diungkapkan. 9) Siswa kesulitan mencari ide, menuangkan ide ke dalam tulisan, mengembangkan kalimat dan paragraf, serta menentukan karangan argumentasi. 10) Siswa kurang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama untuk karangan argumentasi. 11) Metode dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi kurang bervariasi sehingga hasilnya pun kurang optimal. 1.3 Pembatasan Masalah Untuk lebih memfokuskan permasalahan, maka peneliti membatasi masalah penelitian pada beberapa hal berikut. 1) Kompetensi yang diteliti yaitu pembelajaran menulis wacana argumentasi. 2) Teknik yang diterapkannya yaitu teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

9 3) Siswa yang diteliti yaitu siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung. 1.4 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan tiga buah rumusan masalah seperti berikut. 1) Bagaimana kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung dalam menulis wacana argumentasi sebelum menggunakan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)? 2) Bagaimana kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung dalam menulis wacana argumentasi sesudah menggunakan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)? 3) Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung dalam menulis wacana argumentasi sebelum dan sesudah menggunakan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) mendeskripsikan kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung dalam menulis wacana argumentasi sebelum menggunakan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC);

10 2) mendeskripsikan kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung dalam menulis wacana argumentasi sesudah menggunakan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); 3) menemukan ada tidaknya perbedaan signifikansi antara kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung dalam menulis wacana argumentasi sebelum dan sesudah menggunakan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara praktis maupun teoretis. Manfaat teoretis yang diharapkan yaitu memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam bidang pembelajaran menulis dan teknik pembelajaran. Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) bagi guru khususnya dapat menambah pengetahuan tentang menulis wacana argumentasi dan teknik pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); 2) bagi siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis; 3) bagi pembaca dapat menambah pemahaman tentang keterampilan menulis; 4) bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi awal dalam penelitian lain khususnya bidang kebahasaan.

11 1.7 Definisi Operasional Definisi operasional penting ada dalam setiap penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran terhadap istilah-istilah yang ada dalam sebuah penelitian. Adapun definisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini yang berjudul Pembelajaran Menulis Wacana Argumentasi dengan Menggunakan Teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (Penelitian Kuasieksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009), adalah sebagai berikut. 1) Pembelajaran menulis wacana argumentasi adalah suatu pembelajaran menulis sebuah wacana yang mengemukakan alasan, contoh, bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan sehingga orang akan membenarkan pendapat, sikap, gagasan, dan keyakinan penulis. 2) Teknik Cooperative Integrated Reading and Composition adalah teknik kooperatif yang komprehensif atau luas dan lengkap untuk pembelajaran membaca dan menulis jenjang SMA. 1.8 Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Pembelajaran menulis wacana argumentasi merupakan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum di SMA kelas X semester 2. 2) Teknik pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.

12 3) Teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan salah satu teknik Cooperative Learning yang memiliki dasar teori yang kuat sehingga dapat diterapkan dalam penelitian. 1.9 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentasi sebelum dan sesudah menggunakan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).