ANALISA KAPASITAS GEDUNG MARI MAKASSAR. Kata kunci: non destructive test, destructive test, hammer test, core drill, kekuatan sisa,

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

TINJAUAN BALOK DAN KOLOM TERHADAP TEKANAN STRUKTUR ASRAMA DUA LANTAI HAISAL¹, SYAHRONI. ST², ARIE SYAHRUDDIN S, ST³ ABSTRAK

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENILAIAN KELAYAKAN FISIK BANGUNAN PASAR DI PASAR GIANYAR KABUPATEN GIANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

TINJAUAN PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG THE 18 OFFICE PARK JAKARTA

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Balok

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG HOTEL 8 LANTAI DI JALAN AHMAD YANI 2 KUBU RAYA

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA

KOMPARASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BEDASARKAN SNI 1726:2002 DENGAN SNI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Jl. Banyumas Wonosobo

KAJIAN STRUKTUR KUBAH MASJID DI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Desain struktur merupakan salali satu bagian dari proses perencanan

1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara vertikal yaitu Pembangunan gedung bertingkat. bangunan gedung yang tepat sangat diperlukan.

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB 3 METODE PENELITIAN

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA MAHASIWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh : CAN JULIANTO NPM. :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

PENERAPAN METODE SCHMIDT HAMMER TEST DAN CORE DRILLED TEST UNTUK EVALUASI KUAT TEKAN BETON PADA RUANG IGD RSGM UNSRAT GUNA ALIH FUNGSI BANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

METODE RETROFIT DENGAN WIRE MESH DAN SCC UNTUK PENINGKATAN KEKUATAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. dua dari banyak faktor yang dapat memancing orang dari luar daerah untuk datang

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERHITUNGAN SIMPANGAN STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT (STUDI KOMPARASI MODEL PEMBALOKAN ARAH RADIAL DAN GRID)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN

Reza Murby Hermawan Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statik Ekivalen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

ANALISA KERUSAKAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG A SMAN 10 PADANG AKIBAT GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 ABSTRAK

TINJAUAN PERENCANAAN SUPERSTRUKTUR HOTEL BERLANTAI 8 PANAKKUKANG BLOK F 5/9 MAKASSAR

Perencanaan Gempa untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Pustaka. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data. Pengembangan Alternatif Lokasi

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG HOTEL DAN MALL DI WILAYAH GEMPA 3

BAB III KONSEP PEMBEBANAN

menggunakan ketebalan 300 mm.

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR FLAT SLAB DENGAN SISTEM STRUKTUR SRPMM DAN SHEAR WALL PADA GEDUNG RSUD KEPANJEN MALANG

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

III - 1 BAB III METODOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Spektrum respons percepatan RSNI X untuk Kota Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan (function hall / banquet hall). Ruang pertemuan yang luas dan tidak

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN SAHID JAKARTA. Oleh : PRIA ROSE ADI NPM. :

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB III METODOLOGI. Berikut adalah bagan flowchart metodologi yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. . Gambar 3.1. Flowchart Metodologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MODIFIKASI STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG GEDUNG TECHNO PARK UPN VETERAN JAWA TIMUR MENGGUNAKAN BALOK PRESTRESS TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Transkripsi:

ANALISA KAPASITAS GEDUNG MARI MAKASSAR Herman Parung, Andi Arwin Amiruddin, Hasmanullah Abstrak Mal Ratu Indah (MaRI) merupakan mal pertama di Makassar yang dibangun pada tahun 1997 dan diresmikan pada tahun 1999. Dalam usaha memenuhi kebutuhan infrastruktur bangunan gedung menjadi yang lebih baik, keamanan dan kenyamanan pengunjung menjadi prioritas utama. Seiring dengan beroperasinya MaRI, pada beberapa area terasa getaran yang berlebihan dan cukup mengganggu pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekuatan sisa gedung MaRI melalui pengujian Core Drill (Destructive Test) dan Hammer Test (Non-Destructive Test. Berdasarkan hasil pengujian Core Drill diperoleh penurunan mutu beton MaRI hingga 62% sedangkan untuk hasil pengujian Hammer Test diperoleh penurunan mutu beton MaRI hingga 46%. Selanjutnya data-data tersebut dilakukan analisa kapasitas gedung MaRI dengan menggunakan aplikasi SAP 2000. Analisis yang dilakukan mengacu pada SNI 1727 2013 (Beban Minimum Untuk Perancangan Struktur Bangunan Gedung dan Struktur Lain ) dan SNI- 1726-2012 (Tata Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung). Dari hasil analisis menunjukkan 54 frame mengalami overstress, dengan rincian 4 frame yang mengalami overstress pada lentur, 6 frame yang mengalami overstress pada gaya geser dan 43 frame yang mengalami overstress pada torsi dan gaya geser. Kata kunci: non destructive test, destructive test, hammer test, core drill, kekuatan sisa, kapasitas gedung 1. Pendahuluan Dalam usaha memenuhi kebutuhan infrastruktur gedung menjadi yang lebih baik, keamanan dan kenyamanan pengunjung menjadi prioritas utama, khususnya keselamatan pengguna gedung terhadap bahaya keruntuhan gedung. Peningkatan mutu pelayanan dari infrastruktur dilakukan dengan mengganti infrastruktur yang telah menurun mutu pelayanannya dengan infrastruktur yang baru atau meningkatkan kemampuan infrastruktur yang sudah menurun akibat adanya kerusakan-kerusakan yang terjadi selama penggunaan infrastruktur tersebut tanpa harus membongkar infrastruktur yang ada. Mall Ratu Indah (MaRI) merupakan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Makassar. Mall ini didirikan pada tahun 1997, dengan lokasi strategis di dekat Hotel Sahid, Jl. Dr. Sam. Ratulangi No. 35, Makassar. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun membuat MaRI berorientasi menjadi pusat perbelanjaan terpadu dan bertaraf internasional dengan target pasar menengah ke atas. Dikelola dengan konsep one stop shopping, MaRI menjadi pusat perbelanjaan pertama yang menyediakan fasilitas belanja, hiburan, rekreasi dan pujasera (Pusat Perbelanjaan Serba Ada) bagi masyarakat di kota Makassar. Kondisi struktur MaRI saat ini secara keseluruhan cukup aman dan stabil. Namun pada beberapa area terasa getaran yang

berlebihan dan cukup mengganggu kenyamanan pengunjung. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan evaluasi terhadap struktur bangunan untuk mengetahui tingkat kelayakannya, yang kemudian disusun dalam tugas akhir yang berjudul Analisa Kapasitas Gedung MARI Makassar. 2. Perhitungan Struktur Adapun peraturan-peraturan p erhitungan kekuatan struktur yang di gunakan adalah sebagai berikut: a. Beban Minimum Untuk Perancangan Struktur Bangunan Gedung dan Struktur Lain SNI 1727 2013 b. Tata Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI- 1726-2012 c. Metode Pengujian Elemen Strukutr Beton dengan Alat Palu Pantul tipe N dan NR SNI 03 4430 1997 d. Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti SNI 03-2492-2002 e. Adapun program/software yang digunakan adalah SAP 2000 v.18.1.0, Computer and structure Inc. Untuk beban-beban yang bekerja dirincikan sebagai berikut: a. Beban Mati Beban mati (Dead Load) adalah berat dari semua bagian gedung yang bersisfat tetap. Beban mati terdiri dari dua jenis, yaitu berat struktur itu sendiri dan beban mati tambahan. Beban mati tambahan dapat berupa lantai (ubin/keramik), peralatan mekanik elektrikal, langitlangit, dan sebagainya. Perhitungan besarnya beban mati suatu elemen dilakukan dengan meninjau berat suatu material tersebut berdasarkan volume elemen. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah standar atau peraturan pembebanan. b. Beban Hidup Beban hidup (Live Load) adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal daari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup gedung tersebut, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan pada lantai dan atap. Beban hidup dapat menimbulkan lendutan pada struktur, sehingga harus dipertimbangkan menurut peraturan yang berlaku agar struktur tetap aman. c. Beban Gempa Beban Gempa direncanakan mengacu pada peraturan SNI 1726:2012 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung. Dalam menentukan parameter respon spektra percepatan batuan dasar periode pendek 0,2 detik (Ss) maupun pada periode 1 detik (S1) perlu berpatokan pada SNI Gempa 1726:2012. Selain dengan menggunakan peta respon spektra yang ada, percepatan batuan dasar juga dapat ditentukan dengan mengunjungi situs www.puskim.pu.go.id dimana di dalamnya terdapat aplikasi yang isinya berupa peta gempa yang lebih detail, dan nilai Ss maupun S1 diperoleh dengan menginput koordinat dari lokasi dimana bangunan tersebut didirikan. Data Ss dan S1 tersebut akan dapat diunduh lengkap dengan

parameter-parameter turunan dari Ss dan S1 juga dengan grafik percepatan batuan desain (Sa) yang dapat dipakai pada analisa dinamik seperti terlihat pada gambar berikut: - 1.2 D + 1.6 L + (Lr atau S atau R) - 1.2 D + 1.6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0.5 W) - 1.2 D + 1.0 W + L + 0.5 (Lr atau S atau R) - 1.2 D + 1.0 E + L + 0.2 S - 0.9 D + 1.0 W - 0.9 D + 1.0 E Gambar 1. Penentuan Nilai Ss dan S1 Menggunakan Aplikasi Desain Spektra Indonesia Dimana : - D = Beban Mati - L = Beban Hidup - Lr = Beban Hidup Atap - S = Beban Salju - R = Beban Hujan - E = Beban Gempa - W = Beban Angin Gambar 2. Data Ss dan S1 serta parameterparameter turunannya dan Grafik Percepatan Batuan Desain (Sa) 3. Metode Penelitian d. Beban Angin : Beban angin pada struktur terjadi karena adanya gesekan udara dengan permukaan struktur dan perbedaan tekanan depan dan belakang struktur dibandingkan dengan yang lainnya. Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m 2 untuk kondisi umum. Sedangkan untuk daerah tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil sebesar 40 kg/m 2. Kombinasi beban : Kombinasi beban berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia. Kombinasi beban tetap yaitu : - 1.4 D Gambar 3. Diagram Alir Penelitian

4. Dasar-dasar Metode Penaksiran Kekuatan Beton a. Evaluasi Secara Visual Pertama-tama pengamatan dilakukan dengan metode visual dengan meninjau beberapa titik di Mall Ratu Indah yang mengalami defleksi paling besar. Yakni dengan berada di suatu titik dengan merasakan daerah pada titik tersebut dilalui beban dinamis (beban hidup). Pengamatan visual terdiri dari pengamatan : - Penentuan titik titik rawan pada Mall Ratu Indah - Merasakan defleksi dari beberapa titik dengan memberikan beban dinamis pada pelat. - Menandai titik-titik yang menerima defleksi paling besar berdasarkan pengamatan awal. Lokasi yang telah ditentukan kemudian dijadikan sebagai titik pengambilan data dengan menggunakan Schmidt Hammer Test dengan meninjau balok dan kolom pada lokasi tersebut. Sehingga dapat diprediksikan kekuatan dari masing-masing komponen struktur tersebut. b. Pengujian Non Destructive Acuan yang digunakan adalah SNI 03-4430- 1997. Metode pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton dengan menggunakan alat uji Hammer Test Type N dan NR. Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dalam melaksanakan uji kekerasan permukaan beton di lapangan tanpa merusak struktur. Adapun tujuan dari pengujian agar dapat memprediksikan nilai kuat tekan beton pada suatu elemen struktur untuk keperluan pengendalian mutu beton di lapangan bagi perencana dan atau pengawas pelaksana pekerjaan. Pengujian ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1. Tebal elemen struktur pelat dan dinding minimal 100 mm dan kolom minimal 125 mm 2. permukaan beton yang akan diuji harus merupakan permukaan yang padat, halus, dan tidak dilapisi oleh plesteran atau bahan pelapis lainnya 3. bidang uji yang dipilih harus kering dan halus, bebas dari tonjolantonjolan atau lubang-lubang 4. lokasi-lokasi bidang uji harus ditentukan sesuai dengan dimensi elemen struktur dan jumlah nilai uji yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan kekuatan beton. 5. permukaan bidang uji diberi tanda batas lokasi untuk titik-titik uji dengan minimum berukuran seluas 100 x 100 mm 2 6. permukaan bidang uji yang kasar harus digerinda halus sebelum diuji 7. bidang uji pada struktur yang berumur lebih dari enam bulan harus digerinda rata sampai kedalaman 5 mm sebelum diuji, jika hasil ujinya akan dibandingkan dengan hasil uji beton yang berumur lebih muda. c. Pengujian Destructive Acuan yang digunakan adalah SNI 03-3403-1994 dan Metode Pengujian Beton Inti Pemboran dan SNI 03-2492-2002, Metode Pengambilan Benda Uji Beton Inti. Metode ini dimaksudkan untuk dipakai sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian kuat tekan benda uji beton inti. Adapun tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan nilai estimasi

kuat tekan beton pada struktur yang telah dilaksanakan. Berbeda dengan pengujian non destructive, metode ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil sampel dilapangan. Ada beberapa jenis metode pengujian Destructive, yakni dengan menggunakan metode Pengujian Beton Inti, yaitu pengambilan sampel dengan Core Drill (berdiameter 7 cm) 5. Analisis Kekuatan Struktur Beton Tahap awal analisa adalah mempelajari sistem struktur yang dipakai dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh Arsitek berdasarkan As-Built Drawing. Analisis dalam perhitungan bangunan gedung Mall Ratu Indah ini disesuaikan dengan aturan terbaru yang ada di Indonesia. Adapun peraturan-peraturan yang menjadi acuan dalam perhitungan struktur adalah sebagai berikut : a. Beban Minimum Untuk Perancangan Struktur Bangunan Gedung dan Struktur Lain SNI 1727 2013 b. Tata Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI-1726-2012 6. Hasil dan Pembahasan a. Pengamatan Visual Berdasarkan hasil pengamatan visual yang dilakukan, ditemukan beberapa titik lokasi yang dinilai memiliki tingkat getaran yang cukup besar, yakni pada daerah Kassa 8 Matahari, Time Zone, KFC, SAO Food Court, Pelat Atap Lantai 4. Yang kemudian dijadikan sebagai titik pengambilan data hammer test dan pengambilan sampel beton inti. b. Pengujian Hammer Test (Non- Destructive Test) Berdasarkan hasil pengujian Hammer Test yang dilakukan, diperoleh : Tabel 1. Kuat Tekan Beton menggunakan Hammer Test Lokasi Kassa 8 Matahari Time Zone KFC Lt. 2 SAO Food Court Pelat atap Lt. 4 Kuat tekan permukaan beton (kg/cm 2 ) Kuat Tekan Koreksi (0.74) (kg/cm2) Penurunan Mutu Beton (%) 216.83 160.4542 46.51 240.64 178.0736 40.64 259.85 192.289 35.90 280.28 207.4072 30.86 254.51 188.3374 37.22 c. Pengujian Core Drill (Destructive Test) Kekuatan sisa beton diukur secara langsung dengan menggunakan metode core drill. Sampel pengujian hasil core drill memiliki diameter rata-rata 70 mm. Hasil pengujian beton inti diperlihatkan pada Tabel 2. Menunjukkan bahwa terdapat tiga lokasi dari empat lokasi rencana pengambilan sampel core drill yakni, pada Kassa 8 Matahari, Depan Eskalator Timezone Lt 4, dan Pelat Atap lantai 4. Dari keseluruhan hasil pengujian diketahui bahwa Pelat depan Eskalator Timezone lantai 4 memiliki nilai terkecil yakni sebesar 7.66 Mpa.

Tabel 2. Hasil pemeriksaan core drill test pada pelat menandakan bahwa balok tersebut tidak aman dalam menahan gaya geser. d. Analisa Struktur Gedung dengan SAP 2000 Dari pengujian beberapa sampel yang dilakukan di laboratorium, dan juga beberapa data sekunder (asbuild drawing) yang diperoleh dari pengelola Mall Ratu Indah Makassar, analisa struktur gedung MaRI Makassar dapat dihitung dengan menggunakan Aplikasi SAP 2000. Hasil analisanya dapat dilihat pada tabel 3. Dari total 2232 frame yang ada terdapat 54 frame yang mengalami overstress dengan rincian sebagai berikut : - Overstress akibat lentur : 4 Frame - Overstress pada gaya geser : 6 Frame - Overstress pada torsi dan gaya geser : 43 Frame Berdasarkan data tersebut, maka pada beberapa frame struktur tidak mampu memikul beban yang direncanakan. Untuk itu perlu dipertimbangkan untuk melakukan perbaikan terhadap kondisi eksisting. Gambar 3. Pengecekan struktur Salah satu batang yang mengalami kegagalan adalah batang 1946 seperti terlihat pada Gambar 4, tampak bahwa pada tulangan geser terjadi overstress (O/S) yang Gambar 4 Balok Overstress 7. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Hammer Test, menunjukkan adanya penurunan mutu beton dari yang terkecil sebesar 30.86% pada area SAO Food Court dan yang terbesar sebesar 46.51% pada area Kassa 8 Matahari. 2. Hasil pengujian dengan menggunakan Core Drill, menunjukkan adanya presentase penurunan mutu beton dari yang terkecil sebesar 33.8% pada area Pekat Atap Lantai 4 dan yang terbesar pada area Eskalator Lantai 4 sebesar 62.42%. Hasil analisa dengan menggunakan SAP 2000, terdapat 54 frame yang mengalami overstress dengan rincian 4 frame yang mengalami overstress pada lentur, 6 frame yang mengalami overstress pada gaya geser dan 43 frame yang mengalami overstress pada torsi dan gaya geser.

Tabel 3. Gaya Gaya yang Terjadi Area Rencana Eksisting Presentasi Satuan Gaya yang bekerja Lokasi 1628 51.291 355.541 693.2 Gaya Geser G6-H6 KN 2033-77.673-336.041 432.6 Frame B10-C10 655 103.1564 706.2173 684.6 Momen G11 KN-m 1628-149.016-1051.54 705.7 Frame G6-H6 400 1.43 99.85 6982.5 Gaya Pelat G6-H6 KN/m 366-40.19-73.38 182.6 Sumbu 1-1 G13-H13 395 36.7 63.43 172.8 Gaya Pelat H-14 KN/m 583-36.68-67.96 185.3 Sumbu 2-2 E-11 395 3.47 66.78 1924.5 Gaya Pelat G13-H13 KN/m 323-12.66-64.51 509.6 Sumbu 1-2 B13-C13 358 4.9095 204.2134 4159.6 KNm/m Momen E12-F12 401-4.9147-169.094 3440.6 Pelat Pelat H-14 400 1.59 259.11 16296.2 Gaya Geser G6-H6 515-70.03-412.82 589.5 KN/m Pelat Sumbu 1-3 F-16 91 468.45 889.79 189.9 Gaya Geser G-1 344-387.48-753.51 194.5 KN/m Pelat Sumbu 2-3 E10-F10 Daftar Pustaka Asroni, Ali. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Graha Ilmu. Yogyakarta. Nawy, Edward G. 2010. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. PT. Refika Aditama. Bandung. Satyarno, Iman, dkk. 2012. Belajar SAP2000 Seri 1. Zamil Publishing. Yogyakarta. Satyarno, Iman, dkk. 2012. Belajar SAP2000 Seri 2 Analisis Gempa. Zamil Publishing. Yogyakarta. Suriady, Suardy, & Yasser, Muhammad. 2007. Analisa Kekuatan Struktur Asrama Mahasiswa Balikpapan di Makassar. Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar. Tarukallo, Novia. 2014. Tinjauan Perencanaan Superstruuktur Hotel Berlantai 8 Panakkukang Blok F 5/9

Makassar. Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar. Nasruddin., Sampebulu,Victor., Sirajuddin, M.Yahya., dan Sampurno, Sapto.B., 2015. Analisis Perbandingan Kuat Tekan Beton antara Destructive Test dan Non- Destructive Test Dalam Perawatan Basah dan Kering. Temu Ilmiah IPLBI. Lubis, Marwadi. 2003. Pengujian Struktur Beton Dengan Metode Hammer Test dan Metode Uji Pembebanan (Load Test). Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.