BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar.

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang diajarkan. Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif, dan. pada prestasi belajar siswa yang rendah.

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya menyelenggarakan pendidikan saja, tapi juga turut serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masyarakat. Dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia, maka kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Becker dan Shimada (1997: 1) mengungkapkan bahwa we propose to call problem

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan segala macam tingkah laku dan kebutuhannya. Ilmu Pengetahuan

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi

Kemampuan berpikir kreatif mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. yang paling digemari dan menjadi suatu kesenangan. Namun, bagi sebagian

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran yang diberikan di sekolah meliputi beberapa cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran Matematika sangat perlu ditingkatkan. Salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik dalam hal pengetahuan maupun sikap. Salah satu pembelajaran yang

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Permendikbud, Standar Penilaian Pendidikan ( Jakarta: Permendikbud No66, 2013), hal 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. dasar akan sangat membantu siswa dalam menghadapi pembelajaran. khususnya pada mata pelajaran matematika.

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN TEKNIK PROBING PROMPTING

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kepribadian seseorang akan dibangun. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan yang dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. paling digemari dan menjadi suatu kesenangan. Namun bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) kita mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di bidang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh : RISMAWATI RATNA ESTRI A

BAB I PENDAHULUAN. yang akan disampaikan oleh guru. Jika materi yang disampaikan oleh guru

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

PENERAPAN MODEL PROBING PROMPTING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP. Agni Danaryanti, Dara Tanaffasa

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh pernyataan Spears (dalam Suprijono 2010: 2), Learning is to

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan yang sangat pesat. Para ahli psikologi pendidikan. yang telah melalui bermacam penelitiannya. Para ahli pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. dari diajarkannya matematika di setiap jenjang pendidikan. Selain itu, untuk

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah suatu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Manusia memerlukan pendidikan agar memiliki kemampuan untuk menunjang kelangsungan kehidupan mereka. Menurut sudut pandang yang luas, pendidikan adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu (Suhartono, 2009:43). Dengan memiliki pendidikan manusia dapat mengetahui,menjadi, dan melakukan banyak hal. Sejalan dengan itu, UNESCO (Danim, 2011:131 ) mengemukakan, Empat pilar utama pendidikan, yaitu: Learning to know (belajar untuk mengetahui); learning to do (belajar untuk bekerja,); learning to be (belajar untuk menjadi); learning to life together (belajar untuk hidup bersama). Dimulai dari manusia lahir hingga tua nanti pendidikan tetap menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Pendidikan berlaku sepanjang zaman tidak pernah berhenti dalam kehidupan seseorang, pendidikan akan terus berlangsung seumur hidup manusia. Pendidikan belangsung sepanjang zaman... artinya, dari sejak kelahiran sampai pada hari kematian, seluruh kegiatan kehidupan manusia adalah kegiatan pendidikan (Suhartono, 2009:45). Pendidikan dapat diperoleh di manapun dan kapanpun, tidak hanya diperoleh dari lembaga pendidikan formal. Pendidikan yang diperoleh manusia

2 pertama kali dan utama adalah pedidikan dari keluarga, karena manusia akan berada dalam lingkungan keluarga sepanjang hidupnya. Melalui keluarga manusia belajar banyak hal untuk pertama kalinya. Selain keluarga, pendidikan dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. Saat bersosialisasi di lingkungan sekitar manusia akan belajar banyak hal baru yang tidak ia dapat di lingkungan keluarga. Selanjutnya pendidikan dapat diperoleh dari lembaga pendidikan formal, seperti sekolah. Sekolah memberikan pendidikan ilmu pengetahuan yang meluas, ilmu pengetahuan tersebut selanjutnya diaplikasikan di kehidupan keluarga dan kehidupan bermasyarakat. Secara sempit pendidikan diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang terencana dan dilaksanakan secara teratur dan terarah di sekolah. Kegiatan pendidikan berlangsung dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses belajar siswa. Saat belajar siswa akan mengalami banyak hal, proses belajar akan memberikan pengaruh yang besar pada diri siswa. Salah satu pengaruh yang akan dialami siswa adalah perubahan pada diri siswa. Manusia tanpa adanya perubahan dan perkembangan tidak akan bisa melangsungkan kehidupannya. Perubahan sebagai bentuk dari adanya pendidikan dalam diri manusia tersebut tentu akan menunjang untuk melangsungkan kehidupan. Jadi, manusia yang tidak melakukan kegiatan pendidikan tentu tidak akan bisa melangsungkan kehidupannya. Salah satu bentuk perubahan akibat dari adanya proses belajar adalah perubahan tingkah laku. Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan

3 belajar ialah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya tersebut masih lemah atau kurang (Hamalik, 2013:38). Perubahan tingkah laku siswa tergantung dari bagaimana guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran tersebut. Disini guru berperan penting dalam membawa perubahan tingkah laku pada diri siswa. Cara guru mengajar dalam kegiatan pembelajaran akan mempengaruhi tingkah laku siswa. Melalui belajar siswa dapat memperoleh banyak ilmu pengetahuan yang dapat mendukung kehidupannya. Tetapi justru belajar bagi sebagian siswa menjadi hal yang malas dan sulit untuk dilakukan meskipun banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan belajar. Bagi sebagian siswa kegiatan belajar tidak selamanya berjalan dengan baik. Terkadang mudah dan menyenangkan untuk dijalani terkadang juga sulit dan membosankan untuk dilakukan. Karena keadaan belajar yang sulit untuk dilakukan tersebut sering kali siswa tidak dapat belajar dengan sebagai mestinya dalam kegiatan pembelajaran. Keadaan di mana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar (Dalyono, 2010:229). Salah satu bentuk kesulitan belajar adalah siswa sulit untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru atau dengan kata lain tingkat pemahaman siswa rendah, khususnya pemahaman siswa dalam matematika. Persoalan ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Abdi (dalam Fitriyaningsih, 2012:3) bahwa sebagian besar siswa merasa sangat sulit untuk bisa secara cepat menyerap dan memahami pelajaran matematika. Ruseffendi (2006:156)

4 mengatakan bahwa terdapat banyak siswa yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana pun banyak yag tidak difahaminya, banyak konsep yang difahammi secara keliru, matematika dianggap sebagai ilmu yanng sukar, ruwet dan banyak memperdayakan. Dalam pembelajaran matematika, tidak cukup hanya dengan mengetahui isi dari bahan pembelajaran, lebih dari itu siswa dituntut untuk memahami isi dari bahan pembelajaran matematika tersebut. Matematika juga bukanlah pelajaran hafalan, matematika haruslah dipahami tidak cukup hanya dengan hafal rumus dan pandai mengerjakan soal dengan rumus tersebut. Pada kenyataanya pemahaman saat belajar matematika adalah sesuatu hal yang sangat penting, karena banyak manfaat yang dapat diperoleh. Seperti, saat siswa memahami suatu materi pelajaran, materi tersebut akan menjadi pengetahuan yang bermakna bagi siswa karena mereka menemukannya berdasarkan ide-ide dan pengetahuan dasar yang dimilikinya yang dikaitkan dengan pengetahuan barunya sehingga nantinya memiliki arti bagi siswa yang lebih lama dalam ingatannya. Berbeda jika suatu materi pelajaran hanya dihapal, tentu pengetahuan tersebut akan diingat sementara dan setelah itu dilupakan. Manfaat lainnya, yaitu lebih mudah mengaplikasikan suatu materi pelajaran pada hal lain saat materi pelajaran tersebut sudah dipahami betul. Rendahnya pemahaman siswa terhadap matematika disebabkan oleh banyak faktor. Dari dalam diri siswa sendiri, kurangnya minat dan motivasi siswa untuk belajar matematika menjadi salah satu penyebab rendahnya

5 pemahaman matematik siswa. Kurangnya minat dan motivasi siswa bisa disebabkan oleh suasana belajar yang tidak menarik perhatian siswa. Siswa yang tidak tertarik dalam mengikuti pembelajaran cenderung akan bersikap tak acuh terhadap setiap kegiatan pembelajaran dan tidak memfokuskan dirinya pada materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Siswa tersebut akan menyibukkan dirinya sendiri dengan kegiatan yang dia anggap menarik di luar proses belajar di dalam kelas. Sehingga menyebabkan siswa tersebut lepas konsentrasinya dari pembelajaran. Akibatnya siswa tersebut tidak akan memahami apa yang disampaikan dalam pembelajaran. Cara guru menyampaikan bahan belajar kepada siswa mempengaruhi kondisi siswa. Misalkan bila dalam kegiatan pembelajaran guru sibuk menyampaikan materi yang telah dipersiapkan agar seluruh materi tersebut tersampaikan pada siswa tanpa guru memperdulikan kondisi siswa apakah memperhatikan atau tidak, apakah mengerti atau tidak. Kegiatan pembelajaran yang hanya terjadi komunikasi satu arah, yaitu dari guru kepada murid, cenderung membuat murid kaku didalam kelas. Guru sebaiknya dapat mengaktifkan seluruh siswa dalam kelas, salah satu caranya adalah dengan melontarkan pertanyaan ditengah-tengah pembelajaran kepada siswa. Pertanyaan tersebut dilontarkan kepada siswa secara acak dan secara tiba-tiba yang tujuannya selain untuk mengaktifkan siswa juga untuk menuntun siswa agar memahami dan untuk menggali pengetahuan siswa tentang pelajaran yang sedang berlangsung. Pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa yang ditunjuk secara acak tersebut membuat

6 siswa mau tidak mau harus ikut berpartisipasi dalam pembelajaran, karena sewaktu-waktu guru dapat menunjuk siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Hasilnya siswa akan lebih fokus, berkonsentrasi, dan senantiasa mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga pada akhirnya siswa dapat memahami isi dari pelajaran yang disampaikan guru. Kegiatan pembelajaran dengan melontarkan pertanyaan kepada siswa yang tujuannya untuk menuntun dan menggali pengetahuan siswa tersebut adalah kegiatan pada model pembelajaran Probing Prompting. Hal lain yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap matematika adalah cara penyampaian materi yang berlangsung membosankan. Suherman dan Winataputra (dalam Fitriyaningsih, 2012:3) mengemukanan bahwa tidak jarang murid yang asalnya menyenangi pelajaran matematika beberapa bulan kemudian menjadi acuh terhadap matematika, salah satu penyebabnya adalah cara mengajar guru yang kurang cocok penyajiannya dan praktek pembelajaran guru sehari-hari yang tidak menguntungkan siswa. Sejalan dengan itu, Abdi (dalam Fitriyaningsih, 2012:3) mengemukakan sulitnya siswa memahami pelajaran matematika yang diajarkan itu diperkirakan berkaitan dengan cara mengajar guru di kelas yang tidak membuat siswa merasa senang dan simpatik terhadap matematika. Pembelajaran matematika yang menyenangkan akan membuat siswa lebih berminat untuk belajar matematika yang pada akhirnya akan meningkatkan pemahaman matematik siswa.

7 Selain itu, minat siswa yang tinggi terhadap matematika akan membuat siswa menunjukan sikap dan tindakan yang positif terhadap matematika, misalnya senang belajar matematika, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap matematika, tekun dan teliti dalam menyelesaikan permasalahan matematika, percaya diri dalam menggunakan konsep matematika, dan sebagainya. Sikap dan tindakan siswa yang menunjukan apresiasi siswa dalam matematika dan menunjukan dedikasi yang kuat untuk belajar matematika disebut dengan disposisi matematika. Siswa yang memiliki disposisi matematika tinggi akan bertindak dan berfikir secara positif terhadap matematika. Disposisi matematika haruslah ditanam dan ditumbuhkembangkan dalam diri siswa, karena melihat peranan disposisi matematika dalam pembelajaran matematika sangatlah penting. Agar siswa dapat memiliki kemampuan pemahaman dan disposisi matematika yang tinggi, guru haruslah menyiapkan model pembelajaran yang mampu membuat matematika menjadi pelajaran yang mudah dipahami dan mampu meningkatkan semangat siswa dalam pembelajaraan matematika. Salah satu alternatif kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan pemahaman dan disposisi matematika siswa adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Probing Prompting. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Probing Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Disposisi Matematika Siswa SMK.

8 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Probing Prompting lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional? 2. Apakah peningkatan disposisi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Probing Prompting lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional? 3. Apakah terdapat korelasi antara kemampuan pemahaman matematika dan disposisi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Probing Prompting dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional? C. BATASAN MASALAH Untuk memfokuskan dan agar tidak terjadi perbedaan pemahaman mengenai masalah yang diteliti, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan pemahaman matematika pada penelitian ini adalah kemampuan pemahaman matematika yang dapat dilihat dan diukur melalui tujuh indikator berikut : (1) Menyatakan ulang sebuah konsep; (2) Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan

9 konsepnya; (3) Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep; (4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; (5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep; (6) Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu; (7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. 2. Disposisi matematika pada penelitian ini adalah disposisi matematika yang dilihat dan diukur melalui tujuh indikator berikut : (1) Percaya diri menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah, menyampaikan ide dan pendapat; (2) Fleksibel dalam bermatematika dan mencoba menggunakan berbagai metode lain dalam memecahkan masalah; (3) Gigih dan tekun dalam mengerjakan tugas matematika; (4) Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan yang baik terhadap matematika; (5) Melakukan refleksi atas cara berpikir dan tugas yang telah diselesaikan; (6) Menghargai aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari dan disiplin ilmu yang lain; (7) Mengapresiasi matematika sebagai alat dan bahasa. D. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Probing Prompting. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

10 1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Probing Prompting lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 2. Untuk mengetahui apakah peningkatan disposisi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Probing Prompting lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara kemampuan pemahaman matematika dan disposisi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Probing Prompting dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penerapan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Probing Prompting adalah sebagai berikut: 1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan alternatif pembelajaran matematika dalam upaya peningkatan kemampuan pemahaman dan disposisi matematika siswa. 2. Bagi peserta didik khususnya siswa SMK, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi model pembelajaran yang dapat mendorong siswa ikut terlibat aktif di dalam kegiatan pembelajaran.

11 3. Bagi peneliti, hasilnya dapat bermanfaat sebagai referensi dan alternatif pembelajaran matematika dalam upaya peningkatan kemampuan pemahaman dan disposisi matematika siswa. 4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber untuk mengembangkan penelitian-penelitian lain. F. DEFINISI OPERASIONAL Agar pembaca tidak timbul pendapat yang berbeda-beda dalam menafsirkan pengertian judul yang penulis kemukakan, maka perlu penegasan istilah-istilah pada judul. Adapun pengertian istilah-istilah pada judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Probing Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Disposisi matematika Siswa SMK adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan Pemahaman Matematika Kemampuan pemahaman matematika adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami matematika setelah matematika itu diketahui dan diingat. Pemahaman matematika berarti menguasai matematika secara makna dan filosofinya. 2. Disposisi Matematika Disposisi matematika adalah apresiasi positif siswa terhadap matematika, seperti: rasa ingin tahu yang tinggi terhadap matematika, senang belajar matematika, percaya diri dalam menggunakan matematika, teliti dan tekun mengerjakan matematika.

12 3. Model Pembelajaran Probing Prompting Model pembelajaran Probing Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. G. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pembuka, bagian inti, dan bagian akhir, yang masing-masing diuraikan sebagai berikut. 1. Bagian Pembuka Skripsi Bagian ini terdiri dari: a. Halaman sampul b. Halaman pengesahan c. Halaman motto dan persembahan d. Halaman pernyataan keaslian skripsi e. Kata pengantar f. Ucapan terimakasih g. Abstrak h. Daftar isi i. Daftar tabel j. Daftar gambar

13 k. Daftar lampiran 2. Bagian Inti Skripsi Bagian inti merupakan bagian pokok skripsi yang terdiri dari 5 bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN a. Latar belakang masalah b. Rumusan masalah c. Batasan masalah d. Tujuan penelitian e. Manfaat penelitian f. Definisi operasional g. Struktur organisasi skripsi BAB II KAJIAN TEORITIS a. Kajian teori b. Analisis dan pengembangan materi pelajaran yang diteliti c. Penelitian yang relevan d. Kerangka Pemikiran e. Asumsi dan hipotesis BAB III METODE PENELITIAN a. Metode penelitian b. Desain penelitian c. Populasi dan sampel d. Intrumen penelitian e. Prosedur penelitian

14 f. Rancangan analisis data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Data hasil penelitian b. Analisis data hasil penelitian c. Pembahasan penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan b. Saran 3. Bagian Akhir Skripsi a. Daftar pustaka b. Lampiran c. Daftar riwayat hidup