Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

dokumen-dokumen yang mirip
SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

PENGARUH PEMAKANAN (FEED) TERHADAP GEOMETRI DAN KEKERASAN GERAM PADA HIGH SPEED MACHINING PROCESSES

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

DISTRIBUSI TEMPERATUR AREA PEMOTONGAN PADA PROSES DRAY MACHINING BAJA AISI 1045

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Proses Frais. Metal Cutting Process. Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

PENGARUH SUDUT ORIENTASI ANTARA PAHAT DAN BENDA KERJA TERHADAP BATAS STABILITAS CHATTER PADA PROSES BUBUT ARAH PUTARAN COUNTER CLOCKWISE

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

PENGARUH SUDUT POTONG (RAKE ANGLE) PADA PROSES TURNING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN RINGKASAN

KAJIAN PEMBENTUKAN GERAM AISI 4140 PADA PROSES PEMESINAN KERAS, KERING DAN LAJU TINGGI SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED, FEED RATE, DAN DEPTH OF CUT TERHADAP GAYA POTONG PADA PROSES BUBUT DENGAN SIMULASI METODE ELEMEN HINGGA

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

STUDY PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP GEOMETRI GERAM PADA PEMESINAN LAJU TINGGI, KERAS DAN KERING

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT BEBERAPA MATERIAL DENGAN PAHAT HSS

PENGARUH KECEPATAN MAKAN PADA GERAKAN INTERPOLASI LINIER DALAM PROSES PEMESINAN MILLING CNC

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebenarnya sudah ada sejak zaman panjajahan Belanda ke

BAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan

Studi Pengaruh Sudut Potong (Kr) Dengan Pahat Karbida Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Oblique Terhadap Kekasaran Permukaan

TEORY PENGERJAAN LOGAM MILLING SEMESTER GENAP ATMI SOLO

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

UNIVERSITAS DIPONEGORO PROSES PERMESINAN BUBUT PADA KACA TUGAS AKHIR DIKA FAJAR PRATAMA SETIADI L2E FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES BUBUT

Analisis Umur dan Keausan Pahat Karbida untuk Membubut Baja Paduan (ASSAB 760) dengan Metoda Variable Speed Machining Test

Analisa Perhitungan Waktu dan Biaya Produksi pada Proses Drilling

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENGARUH CAIRAN PENDINGIN BERTEKANAN TINGGI TERHADAP GAYA POTONG, KEAUSAN TEPI PAHAT, DAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT MATERIAL AISI 4340

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

Dosen Pembimbing Bambang Pramujati, S.T., M.Sc.Eng, Ph.D.

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

ANALISA KEAUSAN PERKAKAS POTONG PADA PROSES HOT MACHINING BAJA BOHLER K110 DENGAN 3 VARIASI SPEED MACHINING

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA GAYA, DAN SUHU PEMOTONGAN TERHADAP GEOMETRI GERAM PADA PROSES PEMESINAN TINGGI, KERAS DAN KERING (BAHAN AISI PAHAT CBN) SKRIPSI

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK SERBUK KAYU DENGAN RESIN POLIMER MENGGUNAKAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

Gatot Setyono 1. 1Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Kecepatan potong Kecepatan makan Kedalaman potong. Kekasaran Permukaan

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1.

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses yang digunakan untuk membuatnya. Bagi suatu tingkatan proses, ukuran

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

KARAKTERISASI PAHAT BUBUT HIGH SPEED STEEL (HSS) BOEHLER TIPE MOLIBDENUM (M2) DAN TIPE COLD WORK TOOL STEEL (A8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA)

BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN

PENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN PADA PROSES EXTERNAL TURNING

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

PENGARUH KEMIRINGAN SPINDEL DAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GETARAN MESIN FRAIS UNIVERSAL KNUTH UFM 2

PERANCANGAN MESIN PENEKUK PLAT MINI. Dalmasius Ganjar Subagio*)

Pemodelan Temperatur Pahat Potong HSS dan Pencekam Pahat pada Proses Bubut dengan Metode Tool Termokopel Tipe K dengan Material St41

PENGARUH PUTARAN SPINDEL UTAMA MESIN BOR TERHADAP KEAUSAN PAHAT BOR DAN PARAMETER PENGEBORAN PADA PROSES PENGEBORAN DENGAN BAHAN BAJA

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

MATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN

Pengaruh jenis proses pemotongan pada mesin milling terhadap getaran dan kekasaran permukaan dengan material aluminium 6061

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

PROSES PERMESINAN BUBUT PADA KACA

PENGARUH VARIASI PARAMETER PROSES PEMESINAN TERHADAP GAYA POTONG PADA MESIN BUBUT KNUTH DM-1000A

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

PENGARUH KONDISI PEMOTONGAN TERHADAP PEMBUANGAN GERAM PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA KARBON SEDANG

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

PENGARUH VARIASI SUDUT UJUNG MATA POTONG KARBIDA TERHADAP KEKASARAN DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM Al 6061 PADA PROSES PEMBUBUTAN

Transkripsi:

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin, SNTTM-VI, 2007 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris Muhammad Rizal, T. Edisah Putra Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Jl. Syech Abdul Rauf No.7-Darussalam-Banda Aceh (23111) e-mail : muh.rizal@hotmail.com Abstrak Pada proses pemotongan logam dengan mesin bubut, besarnya daya potong yang dibutuhkan dipengaruhi oleh beberapa parameter pemotongan. Beberapa parameter pemotongan diantaranya adalah: kedalaman potong (depth of cut), pemakanan (feed), sudut potong utama (principal cutting edge angle), dan putaran spindel mesin. Sudut potong utama dan putaran mesin merupakan parameter awal yang utama yang harus ditentukan sebelum proses bubut. Untuk menentukan sudut potong utama dan putaran spindel, perlu dihitung dan dianalisa pengaruhnya terhadap kebutuhan daya mesin bubut.sehingga pemanfaatan bahasa pemograman merupakan salah satu alat bantu untuk perhitungan yang panjang dan berulang secara cepat, akurat dan efesien. Tujuan penelitian ini untuk membuat software dengan bahasa pemograman Visual Basic 6 dan juga melakukan percobaan bubut dengan parameter yang sama antara simulasi dengan percobaan, sehingga hasil pengukuran dari percobaan dapat dibandingkan dengan hasil hitungan dari program simulasi. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa program simulasi yang dibuat dapat diterapkan untuk memprediksi dan menganalisa daya pada proses bubut dan kondisi pemotongan logam yang lain. Namun, terdapat selisih pengukuran dengan perhitungan maksimum sebesar 18 %. Kata kunci: daya potong, sudut potong utama, putaran spindel, simulasi visual basic. 1. PENDAHULUAN Proses pemotongan logam khususnya pembubutan sangat banyak dipakai oleh industri besar maupun kecil, dan mesin juga berbeda. Produk yang akan dibuatpun bervariasi sesuai dengan permintaan (order) dari pengguna produk, sehingga perlu dianalisa sebelum proses pemotongan logam dilakukan. Salah satu parameter yang penting adalah daya. Daya mesin bubut di pengaruhi oleh sudut potong utama (major cutting edge angle), putaran spindel mesin (machine rotation), kedalaman potong (depth of cut), dan kecepatan pemakanan (feed)[2]. Untuk menetapkan sudut potong utama dan putaran spindel mesin agar sesuai dengan mesin bubut yang tersedia, maka perlu perhitungan dan analisa perencanaan kondisi pemotongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat suatu software yang dapat menganalisa dan memprediksi kondisi pemotongan dan daya yang dibutuhkan dalam proses pembubutan silindris. Selain itu, penelitian ini juga untuk melihat pengaruh parameter sudut potong dan putaran spindel mesin bubut terhadap perubahan daya yang dibutuhkan dalam merencanakan pekerjaan bubut. Dengan software dan simulasi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pemanfaatan komputer sebagai alat bantu untuk menganalisa, merencanakan, memprediksi hasil suatu pekerjaan (pembubutan silindris) agar lebih ekonomis dan efesien. 2. METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembuatan software simulasi untuk memprediksi daya yang dibutuhkan pada proses bubut silindris dan serangakaian pengujian proses bubut silindris. 2.1 Pembuatan Software Program yang akan dibuat dengan menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6, dengan membuat beberapa tampilan, seperti tampilan input, tampilan data material, tampilan hasil dan tampilan hasil kondisi pemotongan secara keseluruhan. Diagram alir program komputer yang dibuat adalah sebagai berikut. 545

Muhammad Rizal, T. Edisah Putra Gambar 1. Diagram alir program Dalam perencanaan pembuatan software yang menggunakan bahasa program, maka setiap proses yang akan rencanakan harus dibuat dalam bentuk model matematis. Pemodelan proses bubut sinlindris secara umum seperti gambar dibawah ini. Gambar 2. Proses Pembubutan Silindris. 546

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris Arah n merupakan arah gerakan utama mesin bubut yang berupa gerakan berputar yang dihasilkan oleh benda kerja yang dicekam pada spindel mesin bubut. Arah v f merupakan arah kecepatan gerakan pemakanan pahat terhadap benda kerja. a adalah kedalaman potong (depth of cut), κ r adalah sudut potong utama (major cutting edge angle), d 0 adalah diameter awal benda kerja, d m adalah diameter akhir setelah pemotongan, f adalah gerakan pemakanan (feed), h adalah tebal geram sebelum terpotong (undeformed chip thickness), h c adalah tebal geram setelah terpotong, b adalah lebar pemotongan dan γ 0 adalah sudut geram [1]. Model matematis yang dapat diturunkan dari gambar (2) adalah ( d 1. Kedalaman potong : 0 d m ) a = ; mm (1) 2 π. d. n 2. Kecepatan potong : v = ; m/min (2) 1000 3. Kecepatan makan : v f = f.n ; mm/min (3) lt 4. Waktu pemotongan : t c = ; min (4) v f 3 5. Kecepatan penghasilan geram : Z = f. a. v ; cm / min (5) 6. Tebal geram sebelum terpotong : h = f sin κ r ; mm (6) a 7. Lebar pemotongan : b = ; mm (7) sinκ r Hubungan daya terhadap elemen-elemen dasar proses bubut adalah[1] : F.v N = v c ; kw.000 (8) Dimana, N c adalah daya yang dibutuhkan (kw), F v adalah gaya potong (N) dan v adalah kecepatan potong (m/min) Gaya potong sangat dipengaruhi oleh gaya potong spesifik (specific cutting force). Rumus gaya potong spesifik telah ditentukan oleh suatu percobaan proses pemotongan dengan menggunakan dinamometer[1]. Dengan menetapkan dan mengubah beberapa variabel proses pemotongan (geometri pahat, v, a dan f) maka dapat dicari suatu korelasi antara gaya pemotongan dengan variabel proses pemotongan. Fv = k s. A (9) Dimana k s adalah gaya potong spesifik N/mm 2 dan A adalah penampang geram sebelum terpotong = b.h = a.f satuan dalam mm 2. Hubungan antara gaya potong spesifik dengan variabel permesinan adalah: z k s = k s 1.1. f. Cκ. Cγ. CVB. Cv, (10) Dimana k s 1.1 adalah gaya potong spesifik referensi, yaitu harga a.f = 1.1 = 1 mm 2 dan berlaku untuk sudut potong utama κ r = 90 o. h adalah tebal geram sebelum terpotong (mm) dan z adalah pangkat tebal geram yang harganya rata-rata 0,2. Sedangakan hubungan hubungan gaya potong spesifik referensi terhadap material benda kerja adalah: 0,37 k s 1.1 = 144. σ u ; N/mm 2. (11) Dimana σ u adalah kekuatan tarik benda kerja (UTS) satuannya N/mm 2. sedangkan C κ, adalah faktor koreksi akibat pengaruh sudut potong utama, C γ, adalah faktor koreksi pengaruh sudut geram, C VB adalah faktor koreksi panjang keausan tepi dan C v adalah faktor koreksi pengaruh kecepatan potong. 547

Muhammad Rizal, T. Edisah Putra Tabel 1. Faktor koreksi C κ, pengaruh sudut potong utama, κ r Jenis pahat κ r 90 o 80 o o 55 o 50 o 45 o Karbida 1 1.014 1.041 1.057 1.077 1.102 Keramik 1 1.016 1.059 1.083 1.110 1.149 Tabel 2. Faktor koreksi C γ, pengaruh sudut geram, γ o γ o C γ γ o C γ 15 o 0.91 0 o 1.06 10 o 0.96-6 o 1.12 6 o 1.0 Tabel 3. Faktor koreksi C VB, pengaruh panjang keausan tepi VB VB C VB VB C VB 0.1 1.04 0.3 1.12 0.2 1.08 0.4 1.16 VB C VB VB C VB 0.5 1.20 0.7 1.28 0.6 1.24 0.8 1.32 Tabel 4. Faktor koreksi C v, pengaruh kecepatan potong v v ; m/min C v Jenis Pahat 30 s.d. 50 1.11 Bagi pahat HSS 50 s.d. 100 1.06 100 s.d. 200 1.0 Bagi pahat karbida Diatas 200 0.94 Bagi pahat keramik 2.2 Pengujian Pembubutan Pengujian pembubutan dilakukan untuk mengukur amper mesin bubut pada setiap kondisi pemotongan, lalu dikonversikan ke dalam daya listrik dengan persamaan[6]: kw = 3. V. I.cosφ. (12) Langkah-langkah percobaan: (1) Mempersipakan benda kerja yang berbentuk poros dengan diameter 25,4 mm, panjang 150 mm. Material berupa Baja S30C dengan pahat bubut karbida (carbide). (2) Merpersiapkan alat Multitester (Ampere Meter) yang digunakan untuk mengukur amper mesin bubut pada saat proses pemotongan logam berlangsung. (3) Menetapkan kondisi pemesinan : Sudut potong : κ r (1) = 20 o, κ r (2) = 30 o, κ r (3) = 45 o, κ r (4) = o, Putaran spindel : n (1) = 166 rpm, n (2) = 425 rpm, n (3) = 840 rpm, n (4) = 1500 rpm, Gerak makan : f = 0,25 mm/rev (konstan) dan Kedalaman potong: a = 2 mm (konstan). (4) Melakukan proses pemesinan sebanyak 18 kali dengan variasi sudut potong dan putaran spindel. (5) Mengukur ampere mesin bubut dengan alat multitester, dan hasilnya dicatat ke dalam tabel. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari program simulasi seperti pada gambar dibawah ini. 548

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris Gambar 3. Tampilan input parameter Gambar 4. Tampilan ringkasan hasil Gambar 5. Tampilan detail hasil simulasi Dari hasil pengujian pembubutan silindris dan pengukuran terhadap amper mesin pada setiap kondisi pemotongan, maka hasilnya dapat ditampilkan sebagai berikut. Tabel 5. Data hasil pengukuran ampere (I ;ampere) Sudut potong, κ r Putaran mesin, n (rpm) ( o ) 166 425 840 1500 20 0.9 2,1 4.2 7,2 30 0,9 2,0 4,0 7,1 45 0,7 1,9 3,6 6,8 0,6 1,7 3,4 6,5 Setelah data ampere pada tabel 5 diatas dikonversikan kedalam daya (kw) dengan persamaan (12), maka hasil simulasi dan percobaan dapat ditampilkan seperti tabel 6. 549

Muhammad Rizal, T. Edisah Putra Tabel 6. Persentase selisih data percobaan terhadap simulasi Sudut potong, Putaran mesin, κ r ( o ) n (rpm) Percobaan Simulasi Selisih % 20 0.323 0.307 5.21 30 0.323 0.296 9.12 166 45 0.251 0.279-10.04 0.215 0.264-18.56 20 0.753 0.740 1.76 30 0.717 0.712 0.70 425 45 0.681 0.672 1.34 0.610 0.634-3.79 20 1.506 1.462 3.01 30 1.434 1.408 1.85 840 45 1.291 1.327-2.71 1.219 1.254-2.79 20 2.581 2.611-1.15 30 2.546 2.514 1.27 1500 45 2.438 2.370 2.87 2.330 2.239 4.06 Hasil simulasi berkaitan dengan daya pemotongan dan sudut potong utama pahat sebagaimana tercantum pada tabel 6 di atas, bisa dijelaskan sebagai berikut: semakin kecil sudut potong utama pahat, maka luas bidang geser akan semakin besar[4]. Karena bidang geser semakin besar, maka gaya geser yang dibutuhkan untuk menghasilkan geram juga semakin besar. Peningkatan gaya geser akan meningkatkan gaya pemotongan, yang berarti juga akan meningkatkan daya pemotongan. Hasil simulasi sebagaimana tabel 2 tersebut, berlaku untuk semua kondisi operasi yang disimulasi (semakin kecil harga sudut potong utama pahat, semakin besar daya pemotongan yang diperlukan). Sedangkan hubungan daya pemotongan dan putaran spindel adalah seiring dengan meningkatnya putaran, maka daya yang dibutuhkan akan meningkat, karena peningkatan putaran akan meningkatkan laju penghasilan geram (metal removal rate). Sehingga daya pemotongan berbanding langsung dengan laju penghasilan geram. Dari tabel 6 diatas, dapat ditampilkan dalam bentuk grafik seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Hubungan pada putaran n=166rpm Hubungan daya dan susut potong utama pada putaran n=425rpm 0.35 0.8 0.3 0.25 0.2 0.15 Data simulasi 0.75 0.7 0.65 0.6 0.55 0.5 Data simulasi 0.1 0.05 0.45 0.4 0.35 0 0.3 Sudut potong utama (derajat) Sudut potong utama (derajat) Gambar 6. Grafik hasil analisa hubungan pada putaran 166 rpm Gambar 7. Grafik hasil analisa hubungan pada putaran 425 rpm 550

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris Hubungan pada putaran n=840rpm Hubungan pada putaran n=1500rpm 1.6 2.7 1.5 1.4 2.5 1.3 1.2 1.1 1 Data simulasi 2.3 2.1 1.9 Data Simulasi 0.9 0.8 Sudut potong utama (derajat) 1.7 1.5 Sudut potong utama (derajat) Gambar 8. Grafik hasil analisa hubungan pada putaran 840 rpm Gambar 9. Grafik hasil analisa hubungan pada putaran 840 rpm 4. KESIMPULAN Pemakaian bahasa pemograman Visual Basic merupakan salah satu alat bantu untuk menghitung, menganalisa, dan memprediksi proses permesinan dengan cepat dan akurat. Dengan simulasi ini, memprediksi daya yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses pembubutan silindris merupakan langkah awal untuk merencanakan kondisi pemotongan yang sebenarnya. Sehingga kita mengetahui apakah kondisi pemotongan yang kita rencanakan sesuai dengan kemampuan mesin bubut yang ada. Parameter utama yang sangat berpengaruh pada kebutuhan daya adalah putaran spindel mesin dan sudut potong utama. Semakin besar putaran spindel semakin besar pula daya yang dibutuhkan. Sebaliknya, sudut potong utama semakin mendekati sudut 90 o maka daya yang dibutuhkan semakin kecil. Selisih data antara pengukuran dan simulasi maksimum sebesar 18%, ini dipengaruhi oleh ketelitian alat, ketepatan pengukuran dan kondisi mesin. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Rochim, T., 1993, Teori dan Teknologi Proses Pemesinan., Higher Education Development Support Project, Jakarta. 2. DeGarmo, P., 1979, Materials and Processes in Manufacturing., Collier Macmillan International Edition, New York. 3. Boothroyd, G., 1983, Fundamentals of Metal Machining and Machine Tools., MacGraw-Hill International Book Company, 7 th printing, New York. 4. Kalpakjian S., 1985, Manufacturing Processes for Engineering Material, Addison-Wesley Publising Company, California.. 5. Pramono Dj., 1999, Mudah Menguasai Visual Basic 6, Elex Media Komputindo, Bandung 6. Hartono, 2006, Teknik Tenaga Listrik, Jilid 2, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta. 551