SIMULASI MULTIPLE ACCESS PADA SISTEM PERSONAL HANDYPHONE SYSTEM (PHS)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG

Modul 10. Konsep Kanal Fisik dan Logik pada Sistem Selluler

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

Bluetooth. Pertemuan III

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access

Apa perbedaan antara teknik multiplex dan teknik multiple access??

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENGGUNAAN TEKNIK FREQUENCY HOPPING UNTUK MENGATASI MULTIPATH FADING PADA GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION ( GSM ) INTISARI

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

ANALISIS MEKANISME REHOMING DAN REPARENTING PADA JARINGAN KOMUNIKASI SELULER GSM

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

BAB II SISTEM KOMUNIASI BERGERAK. internasional roaming.. Dengan GSM satelit roaming, pelayanan juga dapat

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT.

Multiple Akses : FDMA, TDMA

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI BERGERAK. AMPS (Advance Mobile Phone System) sampai ke GSM (Global System. bahkan 1900 MHz khusus di Amerika Utara.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Cell boundaries (seven cell repeating pattern)

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)

BAB II LANDASAN TEORI. Dunia telekomunikasi sekarang ini diramaikan oleh berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL

Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS. Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

Code Division multiple Access (CDMA)

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II PENGENALAN SISTEM GSM. tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile

Teknik Modulasi dan Frekuensi GSM

BERITA NEGARA. No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur.

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV

BAB II ADAPTIVE MULTI-RATE (AMR)

Medium Access Sublayer

Sistem Komunikasi Modern Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta

UNJUK KERJA NOISE RISE BASED CALL ADMISSION CONTROL (NB-CAC) PADA SISTEM WCDMA. Devi Oktaviana

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

ANALISIS UNJUK KERJA MULTI BAND CELL PADA GSM DUAL BAND

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS. Nama : Ahmad Hermantiyo NIM :

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless

CALL SETUP FAILURE PADA JARINGAN CDMA X INTISARI

Kegagalan Panggil (Fail Connection) pada Sistem Jaringan Telepon Selular (GSM)

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB II DASAR TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM

BAB II LANDASAN TEORI. standarisasi yang dibentuk di Eropa tahun 1982 untuk menciptakan sebuah

TEKNOLOGI VSAT. Rizky Yugho Saputra. Abstrak. ::

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA CALL SUCCES RATE PADA JARINGAN CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS ( CDMA )

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

DASAR SISTEM KOMUNIKASI (DSK) TE 1206

EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD

ANALISIS KEGAGALAN SOFT HANDOFF PADA JARINGAN CDMA2000 1xRTT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

MULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI

Cellular Interference and Celular Planning S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2016

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Makalah Seminar Kerja Praktek UPGRADE POWER TRANSMISSION 3G KEADAAN CONGESTION

Pertemuan 2 DASAR-DASAR SISTEM KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :

BAB II TEKNOLOGI DVB-H

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN

TUGAS AKHIR ANALISIS PENERAPAN BASEBAND HOPPING PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PANGGILAN

LOGO. Alfin Hikmaturokhman.,ST.,MT

BAB III PROSES HANDOVER DAN PENYEBAB TERJADINYA HANDOVER FAILURE

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK. i ABSTRACT.. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR GAMBAR...

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

Frequency Division Multiplexing

Transkripsi:

SMULAS MULTPLE ACCESS PADA SSTEM PERSONAL HANDYPHONE SYSTEM (PHS) Dwi Antoro (T101 94 0520) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak Personal Handyphone System (PHS) adalah teknologi komunikasi seluler yang merupakan gabungan antara teknologi radio (cordless) dengan jaringan intelligent, yang memberikan layanan komunikasi bergerak maupun komunikasi data. Dengan berbasis teknologi FDMA/TDMA, menjadikan sistem ini sangat baik diterapkan di daerah bertrafik padat. Sedangkan teknologi DCA (Dynamic Channel Allocation), menjadikan sistem ini tidak memerlukan perencanaan kanal seperti pada teknologi seluler umumnya. Proses pengaksesan jamak (multiple access) pada sistem PHS ini menggunakan frekuensi carrier 1895-1918,1 MHz yang dibagi menjadi 77 buah dengan. 4 time slot tiap carrier. Dalam simulasi ini dapat diketahui bagaimana proses penempatan sumber panggilan ke dalam kanal berlangsung dan susunan kanal-kanal dalam tiap carrier PHS sesuai dengan karakteristik sistem.. Pada bagian lain simulasi digambarkan pula bentuk kanal-kanal kontrol yang digunakan dalam system PHS.. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan Kemajuan pada era informasi sekarang ini, kebutuhan akan layanan komunikasi yang handal semakin meningkat. Peningkatan bukan hanya pada jumlah pelanggan, namun dalam hal jasa yang ditawarkan semakin beragam. Para pelanggan jasa telekomunikasi cenderung menginginkan suatu sistem layanan komunikasi yang secara fleksibel dapat melayani siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Sasaran dikembangkannya teknologi PHS adalah untuk digunakan sebagai komunikasi personal secara utuh dan bukan piranti spesifik komunikasi. Sistem ini lebih efisien digunakan pada area-area yang mempunyai kepadatan trafik tinggi, karena sistem ini menggunakan teknologi DCA (Dynamic Channel Allocation) sehingga tidak memerlukan perencanaan frekuensi sebagaimana halnya pada jaringan seluler. Pada teknologi DCA, apabila cell station (CS) terinterferensi sinyal yang lebih kuat, maka frekuensi yang diduduki oleh CS secara otomatis akan berganti dengan kanal frekuensi baru. 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari pembuatan perangkat lunak simulasi proses pengaksesan pada sistem PHS adalah : 1. Mensimulasikan proses pengaksesan kanal pada sistem PHS. 2. Memahami proses pengalokasian kanal pada sistem PHS. 3. Memahami proses transmisi kanal-kanal pada sistem PHS. 1.3 Pembatasan Masalah Batasan-batasan masalah yang diberikan dalam tugas akhir ini meliputi : 1. Sinyal yang disimulasikan sudah dalam bentuk digital. 2. Parameter-parameter yang digunakan pada simulasi proses pengaksesan kanal disesuaikan dengan parameter pada sistem PHS. 3. Masukan sumber bit adalah 240 bit, dengan 5 buah masukan tetap dan satu masukan variabel. 4. Proses pengaksesan kanal diasumsikan tanpa gangguan. 5. Transmisi sinyal berjalan searah, sehingga dalam simulasi, frame yang dipancarkan hanya satu arah saja.. TEKNOLOG AKSES PADA SSTEM PHS 2.1 Pendahuluan Proses akses dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan lebar pita (bandwidth) komunikasi yang tersedia oleh suatu panggilan (call). Namun ketika banyak panggilan yang hendak menggunakan lebar pita frekuensi ini, maka diperlukan suatu teknik, agar seluruh panggilan terlayani dan penggunaan lebar pita yang terbatas ini menjadi efisien. Pemanfaatan lebar pita frekuensi yang efisien dan metode akses yang tepat pada sistem PHS tercermin pada spesifikasi sistem PHS pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Spesifikasi umum sistem PHS Parameter Nilai Frekuensi 1895 1918,5 MHz Metode akses FDMA/TDMA/TDD Panjang Frame 5 ms Spasi frekuensi pembawa 300 KHz Metode modulasi 4 DQPSK Jumlah frekuensi pembawa 77 Jumlah kanal/frekuensi pembawa 4 Pengkode suara ADPCM 32kbps Kecepatan transmisi 384 Kbps Radius sel 100 500 m 2.2 Metode Akses Sistem PHS menggunakan metode akses FDMA/TDMA yang terdiri dari 4 time slot dengan jumlah frekuensi pembawa (carrier) sebanyak 77. Susunan kanal yang tersebar dalam tiap frekuensi pembawa ditunjukkan pada gambar 2.1. Dalam satu bingkai mempunyai lebar sepanjang 5 ms, karena terdapat 8 kanal di dalamnya, sedangkan tiap kanalnya memiliki lebar 625 s. 2.3. Pengalokasian Kanal Untuk menempatkan panggilan pada kanal akses, sistem PHS menggunakan teknik pengalokasian kanal dinamis atau DCA (Dynamic Channel Allocation). Algoritma DCA bekerja ketika ada panggilan masuk, CS akan melakukan pencarian (scanning) terhadap semua kanal yang tersedia dan memberikan prioritas kepada kanal yang mempunyai tingkat interferensi paling rendah untuk digunakan PS. Di samping saat setup panggilan, algoritma DCA juga bekerja jika kualitas kanal yang digunakan PS menurun baik akibat interferensi maupun ketika PS akan pindah area sel (handoff). Berarti ketika terjadi percakapan PS secara aktif melakukan pengawasan terhadap kualitas kanal yang digunakan. K ana l C a rrie r1 1 C a rr ie r 1 0 C a r rie r9 C a r rie r8 C a rrie r7 C a r rie r6 C a r rie r5 C a r rie r4 C a r rie r3 C a r rie r2 C a r rie r1 C a rr ie r 1 3 C a rr ie r 1 2 C a rrie r7 7 C a r rie r7 6 C a r rie r7 5 C a rr ie r 7 4 Gambar 2.1 Susunan kanal-kanal pada tiap frekuensi pembawa (carrier). Dari gambar 2.1 terlihat bahwa tiap-tiap frekuensi pembawa membawa sebuah bingkai (frame) yang berisi 4 pasang time slot, sehingga sistem PHS mempunyai kapasitas sebanyak 308 buah kanal. Sedangkan metode dupleksi yang digunakan adalah TDD (Time Division Duplexing) sehingga pengiriman sinyal kirim (uplink) maupun terima (downlink) dilakukan dalam satu gelombang pembawa namun beda time slot, sehingga tiap slot dalam satu bingkai terdiri dari pasangan kanal kirim dan terima seperti ditunjukkan pada gambar 2.2 dengan T adalah kanal pengirim, R adalah kanal penerima dan adalah kanal kosong (idle). CS ke PS PS1 ke CS PS2 ke CS T2 T2 T4 T4 5 ms Gambar 2.2 Contoh alokasi kanal dalam satu bingkai R2 R2 R4 R4 2.4 Struktur Kanal Secara umum dalam sebuah slot kanal akan terdiri dari kanal logic yang dilengkapi dengan fungsi sinkronisasi, pengidentifikasi kanal, kode D, pengecekan kesalahan (error check) dan pemandu (guard). Kanal logic merupakan kanal yang menjalankan fungsi kontrol terhadap panggilan yang masuk ke sistem. Dalam sistem PHS kanal logic ini terdiri dari : 1. BCCH (Broadcast Control Channel). Sinyal ini dipancarkan oleh CS terus menerus untuk memberitahukan keberadaannya kepada seluruh PS yang berada dalam jangkauan. Selain informasi BCCH, bingkai BCCH juga menyertakan kode D CS yang terdiri kode D operator, nomor area paging dan kode D tambahan. 2. CCCH (Common Control Channel). Kanal ini mengirimkan informasi kontrol untuk suatu hubungan panggilan. Jenis kanal ini lebih rinci dibedakan menjadi : a. PCH (Paging Channel). Kanal PCH merupakan sinyal yang ditansmisikan oleh kanal kontrol. Kanal ini digunakan CS untuk memberitahukan PS bahwa ada panggilan yang masuk. Seperti halnya bingkai BCCH, bingkai PCH juga menyertakan kode D CS yang berisi kode D operator, nomor area paging dan kode D tambahan. Sedangkan yang membedakan tentunya bahwa bingkai PCH membawa informasi PCH itu sendiri dan kombinasi bit C untuk identifikasi.

b. SCCH (Signaling Control Channel). Jenis kanal ini digunakan oleh PS untuk meminta kanal trafik kepada CS dan digunakan oleh CS untuk memberikan sebuah nomor kanal trafik yang bisa digunakan kepada PS, dengan demikian SCCH digunakan baik uplink maupun downlink. 3. ACCH (Associated Control Channel). Kanal kontrol ini bekerja sama dengan kanal trafik atau kanal kontrol lainnya yang bertugas mengontrol transmisi dan pemakaian data paket yang diperlukan untuk penyambungan panggilan. Tipe kanal ini dibagi menjadi dua macam, yaitu : a. SACCH (Slow Associated Control Channel). Sesuai dengan namanya, bahwa SACCH merupakan tipe kanal ACCH yang selalu berhubungan dengan TCH yang melakukan transmisi data dengan kecepatan rendah. Sedangkan kanal TCH sendiri bukan merupakan kanal kontrol, melainkan kanal yang membawa sinyal suara (voice). Kanal SACCH berisi beragam kontrol dan pengawasan terhadap informasi yang dibawa TCH terutama informasi mengenai kualitas kanal dan permintaan handoff. b. FACCH (Fast Associated Control Channel). Kanal ini digunakan untuk membawa sinyal kontrol atau data khusus yang pada penerapannya menggantikan letak TCH ketika komunikasi tidak aktif. Kanal FACCH mendukung perintah pembebasan panggilan (call release), perintah flash hook, membawa nomor PS tujuan dan perintah handoff. 2.5 Proses akses Saat hendak menggunakan kanal untuk pembicaraan PS terlebih dahulu mendeteksi keberadaan sinyal BCCH, setelah itu sinyal BCCH ditemukan PS mengirimkan kanal SCCH yang digunakan untuk meminta kanal trafik pada CS. Setelah proses autentikasi dan registrasi CS merespon dengan menjalankan prosedur DCA dan mengirimkan kembali kanal SCCH yang berisi informasi nomor kanal yang dapat digunakan. Selanjutnya baru PS bisa mengirimkan nomor PS yang dituju melalui kanal FACCH. Kanal FACCH ini diterima CS dan kemudian seluruh CS melakukan paging dengan memancarkan sinyal PCH ke PS yang dituju. Jika pemberitahuan yang datang ditanggapi oleh pemilik PS tersebut, terjadilah percakapan atau pendudukan kanal. Untuk lebih jelasnya proses akses pada sistem PHS dapat dilihat melalui diagram alir pada gambar 2.3. Mulai PS menerima Sinyal BCCH dari CS terdekat PS mengirim sinyal SCCH ke CS untuk meminta kanal trafik Proses Autentikasi dan Registrasi Proses Alokasi kanal CS mengirim kembali sinyal SCCH ke PS PS mengirim kanal FACCH yang berisi nomor PS yang hendak dituju CS melakukan paging dengan memancarkan kanal PCH secara periodik PS tujuan menjawab panggilan? Percakapan antar PS berlangsung dengan menggunakan kanal TCH yang ditentukan Selesai Y T PS yang dituju sedang tidak aktif atau sibuk Gambar 2.3 Diagram alir proses akses pada sistem PHS. HASL SMULAS Dalam simulasi, proses akses pada sistem PHS perjalanan sinyal informasi dimulai dari blok Sumber, kemudian blok Alokasi Kanal, setelah itu diteruskan ke blok Transmisi dan terakhir sinyal informasi tiba pada blok Tujuan. Penggambaran proses akses ini ditunjukkan pada gambar 3.1. Sumber Alokasi Kanal Transmisi Tujuan Gambar 3.1 Diagram Proses akses

Pada blok sumber digunakan 6 buah masukkan (diasumsikan sebagai pesawat Handphone yang memulai panggilan) yang masing-masing terdiri dari 160 bit sinyal informasi. Setelah masukkan sumber diberikan, proses berikutnya ialah alokasi kanal. Pada blok ini masing masing sinyal informasi yang berasal dari blok sumber ditempatkan pada kanal kosong yang tersedia dalam sistem. Sedangkan keadaan kanal-kanal dalam sistem diasumsikan terdapat sinyal-sinyal informasi yang menempati secara acak. Setiap hendak menempati kanal dalam sistem, dilakukan proses scanning untuk memilih kanal kosong yang ada. Kedudukan sinyal informasi pada kanal sistem PHS tidak tetap, seperti ditunjukkan pada tabel 3.1 yang memuat posisi sinyal informasi yang berasal dari blok sumber. Tabel 3.1 Alokasi kanal pada sumber Sumber 1 Sumber 2 Sumber 3 Sumber 4 Sumber 5 Sumber 6 Kondisi 1 Kanal 1 Kanal 8 Kanal 9 Kanal 10 Kanal 12 Kanal 13 Kondisi 2 Kanal 21 Kanal 24 Kanal 33 Kanal 35 Kanal 43 Kanal 44 Kondisi 3 Kanal 51 Kanal 53 Kanal 59 Kanal 60 Kanal 62 Kanal 65 Kondisi 4 Kanal 62 Kanal 65 Kanal 73 Kanal 76 Kanal 77 Kanal 78 Kondisi 5 Kanal 81 Kanal 82 Kanal 83 Kanal 84 Kanal 85 Kanal 86 Kondisi 6 Kanal 101 Kanal 104 Kanal 105 Kanal 107 Kanal 109 Kanal 110 Kondisi 7 Kanal 121 Kanal 124 Kanal 126 Kanal 129 Kanal 131 Kanal 133 Kondisi 8 Kanal 141 Kanal 146 Kanal 148 Kanal 150 Kanal 152 Kanal 153 Setelah proses alokasi kemudian proses diteruskan pada blok Transmisi. Dalam blok transmisi ini kanal-kanal dipancarkan dalam bentuk frame yang tiap frame berisi 4 kanal duplex. Teknik TDMA (Time Division Multiple Access) yang digunakan memungkinkan tiap gelombang carrier membawa 4 kanal sekaligus, sehingga boleh jadi sinyal informasi yang berasal dari sumber berbeda terdapat dalam satu gelombang carrier, namun pada time slot yang berbeda seperti yang terlihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Kedudukan sumber saat tranmisi Sumber 1 Sumber 2 Sumber 3 Sumber 4 Sumber 5 Sumber 6 Kondisi 1 C1,S1 C2,S4 C3,S1 C3,S2 C3,S3 C4,S1 Kondisi 2 C6,S1 C6,S4 C9,S1 C9,S3 C11,S3 C11,S4 Kondisi 3 C13,S3 C14,S1 C15,S3 C15,S4 C16,S1 C17,S1 Kondisi 4 C16,S2 C17,S1 C19,S1 C19,S4 C20,S1 C20,S2 Kondisi 5 C21,S1 C21,S2 C21,S3 C21,S4 C22,S1 C22,S2 Kondisi 6 C26,S1 C26,S4 C27,S1 C27,S3 C28,S1 C28,S2 Kondisi 7 C31,S1 C31,S4 C32,S2 C33,S1 C33,S3 C34,S1 Kondisi 8 C36,S1 C37,S2 C37,S4 C38,S2 C38,S4 C39,S1 Keterangan : C = Carrier S = Slot /time slot Akhir dari perjalanan proses ialah pada blok tujuan dimana sinyal informasi dari sumber 1 akan tiba di tujuan 1 yang di asumsikan sebagai pesawat HP (Handphone) tujuan, sumber 2 akan tiba di tujuan 2 dan seterusnya. V. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Sistem akan melakukan proses alokasi kanal ketika hendak menempatkan suatu sinyal informasi yang masuk. 2. Pada proses alokasi kanal dilakukan mekanisme scanning untuk memilih kanal kosong yang ada pada sistem. 3. Pendudukan kanal oleh sinyal informasi berjalan secara dinamis yaitu selalu berubah-ubah. 4. Saat transmisi tiap-tiap carrier membawa 4 pasang kanal uplink dan downlink yang disebut sebagai frame. 5. Panjang frame dalam sistem PHS ialah 5 ms dengan panjang tiap kanal di dalamnya 625 s. 6. Kanal kontrol dalam sistem PHS terdiri dari BCCH, PCH, SCCH, SACCH dan FACCH. 3.2 Saran Untuk menyempurnaan simulasi ini di masa yang akan datang maka perlu dilakukan perbaikan yang meliputi: 1. Simulasi ini dapat dibuat dengan bahasa pemograman visual lainnya seperti Delphi atau C++ untuk memperbaiki tampilan antarmuka untuk pemakai maupun pembuatan program algoritma alokasi kanalnya. 2. Algoritma DCA dibuat berdasarkan perbandingan S/N (signal to noise) pada tiap kanal. 3. Dalam simulasi dapat ditambahkan proses setup panggilan dan proses handoff dengan menggunakan kanal kontrol. DAFTAR PUSTAKA 1. Guide book, Personal Handyphone System, Ministry Post and Telecommunication Japan (MPT) and MoU Group, Japan, 1998. 2. Gardiner John & Barry West Editors, Personal Communication System and Technologies, Artech House nc. Boston, London, 1995.

3. Lee William C. Y, Mobile Cellular Telecommunications, McGraw-Hill. nc, Singapura, 1995. 4. Dayem Rifaat A, PCS and Digital Cellular Technologies, Prentice Hall. nc, New Jersey, 1997. 5. Asha, Mehrotra, Cellular Radio Performance Engineering, Artech House nc, London, 1994. 6. Anoname, Sixth nternational Conference on Mobile Radio and Personal Communication, Number 351, The nstution of Electrical Engineering, UK, 1991. 7. Anoname, Mathlab High Performance Numeric Computation and Visualization Software Building A Graphical User nterface, The Mathwork. nc, USA, 1993. 8. Hanselman, Duane and Littlefield, Bruce., The Student Edition of Matlab, Prentice Hall, USA, 1995. 9. Hanselman, Duane and Littlefield, Bruce., Matlab Bahasa Komputasi Teknis, Penerbit AND, Yogyakarta, 2000. 10. Leon W. Couch, Digital and Analog Communication System, Mac millan Publishing Company, 1993. 11. J.E. Flood, Telecommunication Switching, Traffic and Network, Prentice Hall. nc, New Jersey, 1994. 12. Majalah Gematel, PHS Saat ni dan Masa Depan, No 1/XXV, PT Telkom, Bandung. 13. Majalah Gematel, Menyongsong Era komunikasi Personal, No 1/XXV, PT Telkom, Bandung. 14. Kumpulan Makalah Presentasi PHS oleh NTT Personal Jepang. 15. Chuang, Justin and R. Sollenberger, Nelson., Performance of Autonomous Dynamic Channel Assignment and Power Control for TDMA/FDMA Wireless Access,no. 8, vol. 12, EEE, Oktober, 1994. 16. Duet, Douglas and R. Wolter, David., An Assessment of Alternatif Wireless Access Technologies for PCS Applications, no. 6, vol. 11, EEE, Agustus, 1993. 17. Otsuka, Kiyokazu and Fujita, Kazuhisa., Wireless PBX System Based on Personal Handy Phone Concept, no. 2, vol. 35, NEC Resource & Development, April, 1994. 18. Chuang, Justin., Performance ssues and Algorithms for Dynamic Channel Assignment, no. 6, vol. 11, EEE, Agustus, 1993. 19. Rappaport, Theodore S., Wireless Communications Principles and Practice, McGraw-Hill. nc, Singapore, 1983. 20. Macario, Raymond C. V., Cellular Radio Principles and Design, McGraw-Hill. nc, USA, 1993.