BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perolehan gelar sarjana merupakan salah satu tujuan mahasiswa melakukan studi di universitas. Pada saat menjalani studi, mahasiswa diharapkan menjadi manusia dengan mempunyai kualitas diri yang semakin meningkat, pengetahuan yang semakin luas dan membuka wawasan dalam dirinya. Seseorang yang memiliki gelar sarjana akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan seseorang yang hanya tamatan sekolah menengah atas. Pencapaian indeks prestasi kumulatif (IPK) tinggi dan kelulusan cepat menjadi tolak ukur bagi perusahaan untuk merekrut tenaga kerja yang berkualitas. Mahasiswa yang telah mendapatkan gelar sarjana akan dihadapkan pada pilihan, apakah akan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, bekerja, berwirausaha, atau menganggur. Di dunia kerja kualifikasi, kompetensi dan persyaratan yang ditentukan perusahaan semakin meningkat membuat lulusan Strata 1 (S1) akan kesulitan mencari pekerjaan bila tidak mempunyai standar yang sudah ditetapkan perusahaan tersebut. Berbeda halnya dengan lulusan S1 yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai, akan dapat diterima di dunia kerja atau lebih mudah dan cepat memperoleh kerja. Sumihardjo dalam Masrum (2011) menyebutkan bahwa daya saing meliputi: (1) kemampuan memperkokoh posisi pasarnya, (2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan meningkatkan kinerja 1
tanpa henti, dan (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan. Daya saing tinggi yang dimiliki para alumni dari universitas akan memberikannya poin dalam mendapatkan kerja ataupun berwirausaha. Goelman dalam Rahayu (2008) menyatakan bahwa kemampuan teknik bukan satu-satunya faktor penilaian pemberi kerja, melainkan terdapat faktor lain yang dipertimbangkan dalam penerimaan kerja. Faktor lain tersebut yakni, kemampuan mendengarkan, berkomunikasi lisan, adaptasi, kreativitas, ketahanan mental terhadap kegagalan, kepercayaan diri, motivasi, kerjasama tim dan keinginan untuk memberikan kontribusi terhadap perusahaan. Hal tersebut sebagai hal lain yang dipertimbangkan, karena dengan hanya bermodalkan kemampuan teknik saja tidak akan memastikan seseorang itu akan dapat bekerja dengan baik. Motivasi kerja, adaptasi, komunikasi dan faktor lainnya tersebut dapat menunjang prestasi kerja, hubungan dengan karyawan, manajer, dan elemen-elemen lain di perusahaan sehingga dapat memberikan suatu timbal-balik yang menguntungkan bagi karyawan itu sendiri. Muttaqiyathun (2009) mengungkapkan, dalam kehidupan organisasi pun mesti mengikutsertakan emosi di dalamnya. Emosi adalah pengorganisasian yang hebat di dalam bidang pemikiran yang hebat dalam bidang pikiran dan perbuatan. Pengelolaan emosi ini yang akan membawa kesuksesan nantinya, agar termotivasi untuk terus maju. Juhdi et al. (2007) menyatakan sebuah studi lulusan perguruan tinggi salah satunya Universitas di Malaysia bahwa masalah yang dihadapi pengguna lulusan adalah bukan technical skill melainkan soft skill. Para lulusan ini sangat menguasai bidang teknis yang baik. Sebaliknya para lulusan tersebut mempunyai 2
kemampuan yang rendah dalam kemampuan komunikasi, kepemimpinan, kemampuan adaptasi terhadap perkerjaan dan lingkungan, kemampuan kerjasama dalam tim dan kemampuan dalam pemecahan masalah. Kinerja alumni merupakan proyeksi dari apa yang dia dapatkan dalam kegiatan belajar mengajar dan lingkungan. Kemampuan soft skill kadang disepelekan dalam kehidupan kampus, padahal disamping kemampuan hard skill yang berkompeten, kemampuan soft skill yang akan menunjang karir alumni ke depan. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dari alumni Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, lingkungan belajar, kondisi keuangan keluarga, niat dan kemauan dari alumni itu sendiri serta masih banyak faktor lainnya, namun dalam penelitian ini dipilih tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja alumni yakni kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan umum yang akan membedakan kualitas individu dengan individu yang lain (Joseph dalam Bulan, 2012). Kecerdasan intelektual hanya menyumbang 20 persen dalam peningkatan kinerja, sedangkan 80 persen dipengaruhi oleh bentuk-bentuk kecerdasan lain seperti kecerdasan emosional (Goleman, 2007:44). Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional mampu untuk mengatur perasaan dengan baik, mampu memotivasi diri sendiri, berempati ketika menghadapi gejolak emosi diri maupun dari orang lain, fleksibel dalam situasi dan kondisi yang tidak menentu sehingga dengan akal sehat mampu berpikir positif. 3
Purnawanti (2009) mengungkapkan untuk sukses di masa mendatang tidak hanya mengunakan kecerdasan intelektual (IQ) saja, tetapi juga harus mampu memanfaatkan peluang yang ada. Tidak hanya IQ yang baik saja yang dapat sukses di masa mendatang, akan tetapi kecerdasan emosional juga penting. Keterampilan mengontrol dan mengelola emosi akan membuat seseorang dapat berpikir positif dan tenang dalam menghadapi masalah, dari pada hanya memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi. Lisda dan Prayudiawan (2009) menyatakan seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi akan lebih etis (sesuai dengan norma dan aturan) karena mempunyai rasa moral dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan sesuai dengan apa kata hatinya. Begitu pula dengan kecerdasan emosional, seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi berarti dia dapat menekan dan mengendalikan dirinya untuk tidak melanggar norma dan aturan. Penelitian yang dilakukan Tikollah dkk (2006) menyatakan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual merupakan trio kecerdasan yang tak terpisahkan dalam kehidupan seseorang, oleh karena itu dalam upaya pembentukan dan pengembangan sikap maka ketiga kecerdasasn tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling terikat. Kecerdasan tidak dapat dipisahkan dari ilmu karena orang yang cerdas biasanya adalah orang yang berilmu, demikian juga orang yang berilmu akan menjadi orang yang cerdas. Ilmu tanpa agama adalah buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh (Einstein dalam Qomar, 2006:148), artinya ilmu yang dikembangkan tanpa agama akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap suatu yang dibaratkan seperti 4
orang buta dan agama tanpa bantuan ilmu tidak bisa dijelaskan secara logis, rasional dan memuaskan bagaikan orang lumpuh. Orang yang mempunyai kecerdasan, baik itu kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosional akan kurang sempurna bila tidak mempunyai kecedasan spiritual. Wujud kecerdasan spiritual yang paling nyata adalah di dalam hati nurani. Hati nurani akan berbicara bila kita melakukan perbuatan baik dan buruk. Kecerdasan spiritual seseorang akan melakukan perbuatan yang baik. Seorang alumni, apabila mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi maka dia diharapkan dapat berbuat baik untuk dirinya maupun kepada orang lain. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh pada kinerja alumni Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Studi empiris MAKSI dan PPAk)? 1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dipaparkan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual pada kinerja alumni Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Studi empiris MAKSI dan PPAk). 5
1.2.2 Kegunaan Penelitian Setelah melaksanakan penelitian ini, hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1) Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan dan gambaran tentang pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja alumni Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Studi empiris MAKSI dan PPAk). 2) Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran dan bahan pertimbangan, serta masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan analisis untuk mencari pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja alumni Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Studi empiris MAKSI dan PPAk). 1.3 Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran mengenai isi dari skripsi ini maka pembahasan disusun dalam beberapa bab secara terperinci sehingga antara bab yang satu dengan bab yang lainnya saling berhubungan. Uraian masing-masing bab adalah sebagai berikut. 6
Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk mengembangkan hipotesis dan menjelaskan fenomena penelitian, serta pembahasan hasil penelitian sebelumnya. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan gambaran umum Magister Akuntansi (MAKSI) dan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), deskripsi hasil penelitian, hasil pengujian dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan teknik analisis data yang digunakan. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini memuat simpulan yang mencakup seluruh isi skripsi, dan saransaran yang dianggap perlu atas simpulan yang dikemukakan. 7