BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rahim. Tidak ada metode kontrasepsi yang efektif secara menyeluruh, namun ada

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Copper-Bearing Intrauterine Devices (IUDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memaparkan tentang ASI eksklusif dan berbagai pilihan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) dengan kelahiran per tahun. Peningkatan jumlah

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

KUESIONER PENELITIAN

INTISARI. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Produksi ASI, 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, 3 Puskesmas Perawatan Kelua Kabupaten Tabalong

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konferensi kependudukan dan pembangunan atau International Conference on

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

M etode P engendalian K elahiran

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

itu bersifat sementara, dapat pula Pendahuluan Tingginya angka kelahiran di bersifat permanen. Penggunaan Indonesia menggelisahkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

keselamatan ibu dan bayi. Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) perlu didukung upaya untuk mencapai universal coverage pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan paling ideal baik secara fisiologis maupun biologis untuk diberikan bayi di awal kehidupannya (Almatsier, 2004). Keuntungan ASI diantaranya ialah lebih bergizi, bersih, memberi kekebalan bayi terhadap penyakit-penyakit umum dan mengurangi resiko kanker payudara dan ovarium bagi ibu. Pemberian ASI langsung setelah bayi dilahirkan (60 menit pertama) dan dilanjutkan setiap bayi lapar, kemungkinan bayi menerima antibodi dalam ASI, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi (Roesli, 2002). Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI (2010) bahwa pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentase bayi menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Oleh karena kesadaran masyarakat dalam peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Hal ini sering ditemukan pada ibu bekerja, sering mengabaikan pemberian ASI dengan alasan kesibukan kerja. Padahal tidak ada yang bisa menandingi kualitas ASI, bahkan susu formula sekalipun. Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia fluktuasi selama 3 tahun terakhir. Cakupan pemberian ASI eksklusif bayi sampai 6 bulan tahun 2007 sebesar 28,6% menurun menjadi 24,3% tahun 2008, dan meningkat menjadi 34,3% tahun 2009 (Depkes RI, 2009). Pemberian ASI eksklusif yang masih jauh dari target (80%) tersebut akan berpengaruh pada lamanya amenorrhea selama laktasi sehingga kembalinya ovulasi pasca melahirkan semakin cepat (Kapp et al., 2010b). Permasalahan ini semakin bertambah berat karena penggunaan kontrasepsi pasca melahirkan masih relatif rendah akibat kesadaran dan pilihan teknologi kontrasepsi pasca melahirkan belum disosialisasikan dengan baik. Setiap tahun lebih dari 4 juta wanita melahirkan anak, akan tetapi hanya 14% pengguna kontrasepsi dalam kurun waktu 6 bulan pasca melahirkan (Faculty of Sexual and Reproductive 1

2 Healthcare Clinical Effectiveness Unit, 2009a) Ibu melahirkan yang memberikan ASI secara eksklusif tidak lebih dari 40% sehingga metode amenore laktase tidak dapat lagi diandalkan sebagai cara kontrasepsi alamiah yang relatif murah dan aman (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2010). Ibu yang masih menyusui mengalami ovulasi tanpa ada perlindungan dari kontrasepsi modern. Sekitar 50% wanita kembali beraktivitas seksual pada 6 minggu pasca melahirkan dan bervariasi antar suku bangsa. Terdapat 3 fakta yang terjadi, yaitu: 1) wanita menyusui tidak dapat segera berovulasi paling awal 25 hari setelah melahirkan; 2) dua pertiga wanita pasca melahirkan, ovulasi tampak sudah terjadi sebelum perdarahan vaginal pertama kembali; dan 3) laktasi salah satu cara kontrasepsi wanita sedang menyusui, namun hanya efektif jika wanita tersebut menyusui bayinya secara penuh dan belum mendapatkan menstruasi kembali. Dengan demikian tindakan penggunaan kontrasepsi 6 minggu setelah melahirkan memiliki landasan yang cukup kuat, terutama bagi wanita yang tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif dan belum mengalami menstruasi kembali (Kapp et al., 2010b, Dunson et al., 1993). Idealnya, selama menyusui wanita menggunakan pil kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron saja (progestogen only pill atau POP). Pil KB yang mengandung hormon progestin saja dengan dosis rendah ( minipill ) tidak mempunyai dampak pada kualitas maupun kuantitas ASI sehingga menjadi pilihan tepat bagi wanita sedang menyusui (Kapp et al., 2010b). Beberapa penelitian menemukan bahwa Pil KB yang mengandung estrogen menimbulkan dampak kurang baik terhadap proses menyusui sehingga akan mengganggu pertumbuhan bayi. Disamping itu tercemarnya ASI dengan estrogen diduga akan meningkatkan risiko kanker vagina bagi bayinya, meskipun belum didukung bukti-bukti kuat (Kapp et al., 2010a). Pemakaian kontrasepsi setelah melahirkan di Indonesia masih dianggap belum optimal, padahal kontrasepsi postpartum meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan memperpanjang jarak kelahiran (BKKBN, 2005). Kehamilan dengan interval 24 bulan lebih sering dilaporkan sebagai kehamilan tidak diinginkan

3 sehingga pencegahan kehamilan tidak diinginkan ini dapat mengurangi stres fisik dan psikososial pada ibu. Selain itu, memperpanjang interval kehamilan memberikan kesempatan bagi bayi untuk menyusu secara lengkap dan lebih lama, serta memberinya manfaat nutrisi ASI optimal. Berbagai bukti menunjukkan interval antar kelahiran selama 3 tahun akan menurunkan risiko kematian neonatal, postneonatal, dan kematian anak (Conde-Agudelo et al., 2005, Conde- Agudelo et al., 2007). Oleh karena itu, kontrasepsi postpartum yang efektif, tidak mengganggu kualitas ASI dan pertumbuhan bayi serta terjangkau masyarakat sangat diperlukan untuk pengembangan program secara nasional. Salah satunya dengan pengadaan kontrasepsi minipills (POP) generik yang dapat diproduksi di Indonesia dengan harga cukup terjangkau program. Di Indonesia terdapat 4 jenis POP yang beredar di pasaran, yaitu: 1) Exluton mengandung 0,5 mg lynestrenol per tablet; 2) Microlut mengandung 0,03 mg levonorgestrel per tablet; 3) Cerazette mengandung desogestrel 75 mcg per tablet; dan 4) Postinor mengandung levonorgestrel (LNG) 0,75 mg. Dari ke 4 jenis POP, hanya POP yang mengandung 0,5 mg lynestrenol dan 0,03 mg levonorgestrel per tablet yang tepat digunakan wanita menyusui di Indonesia. Dengan melihat latar belakang diatas maka peneliti akan mengkaji lebih mendalam pengaruh pil KB mengandung lynestrenol dan LNG yang digunakan selama menyusui terhadap pertumbuhan bayi periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang diambil adalah: Apakah ada pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) terhadap pertumbuhan bayi pada periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan)? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) terhadap pertumbuhan bayi pada periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan).

4 2. Tujuan Khusus a. Membedakan pola pertumbuhan bayi periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan) antara penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) dan kontrasepsi non-hormonal pada ibu menyusui. b. Menganalisis pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) terhadap pola pertumbuhan bayi periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan). D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Penulis Sebagai wahana pembelajaran dalam menyusun, melaksanakan dan menulis hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah. 2. Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) terhadap pertumbuhan bayi pada periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan). 3. Pelayanan kesehatan Sebagai masukan bagi pengambil kebijakan dalam memantau dan mengevaluasi penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) terhadap pertumbuhan bayi pada periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan). 4. Ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dan bahan referensi untuk peneliti selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian telah dilaksanakan untuk mengkaji pertumbuhan bayi periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan) pada ibu menyusui pengguna kontrasepsi hormonal (pil) dan non-hormonal yang dilaksanakan di luar Indonesia. Beberapa penelitian yang hampir serupa dengan penelitian ini adalah: 1. Tankeyoon et al. (1984) melakukan penelitian mengenai Effects of hormonal contraceptives on milk volume and infant growth. Hasil

5 penelitiannya wanita pengguna kontrasepsi oral kombinasi mengalami penurunan volume ASI dalam waktu 6 minggu pertama dan tidak ada penurunan signifikan kelompok perlakuan lainnya. Setelah 18 minggu penggunaan kontrasepsi oral kombinasi mengalami penurunan volume ASI 41,9% dibandingkan progestin minipills 12,0% dan kontrol non-hormonal 6,1%. Tidak ada perbedaan signifikan pertumbuhan bayi antara kelompok perlakuan. Kesimpulannya 30 mikrogram estrogen mengandung kontrasepsi oral kombinasi mengganggu sekresi ASI dan tidak mempengaruhi pertunbuhan. Persamaan dengan penelitian ini pada tujuan dan subjek penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini pada desain, variabel dan lokasi penelitian. 2. McCann et al. (1989) melakukan penelitian tentang The effects of a progestin-only oral contraceptive (levonorgestrel 0.03 mg) on breastfeeding. Penelitian ini merupakan uji non-klinis acak membandingkan pengalaman menyusui 250 wanita Argentina menggunakan levonorgestrel 0.03 mg harian dan 250 wanita menggunakan kontrasepsi non-hormonal. Hasil penelitiannya tidak ada perbedaan dalam pertumbuhan bayi, pola penghentian kontrasepsi, persepsi ibu akan kecukupan ASI. Persamaan dengan penelitian ini pada desain, tujuan, variabel dan subjek penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian. 3. Moggia et al. (1991) melakukan penelitian mengenai A comparative study of a progestin-only oral contraceptive versus non-hormonal methods in lactating women in Buenos Aires, Argentina. Tujuan penelitian ini untuk menilai pola menyusui wanita pengguna kontrasepsi oral progestin dan metode kontrasepsi non-hormonal, dan mempelajari hubungan antara menyusui dan mekanisme kerja klinis POP. Waktu penelitian selama 6 bulan. Follow up setiap bulan dan dilakukan pengukuran berat badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan dalam pertumbuhan bayi. Pengguna kontrasepsi non-hormonal menunjukkan penurunan signifikan dalam produksi ASI bulan ke-5 dan 6.

6 Persamaan dengan penelitian ini pada tujuan, subjek dan variabel penelitian. Perbedaannya dengan penelitian ini pada desain dan lokasi penelitian. 4. Fraser (1991) melakukan penelitian berjudul A review of the use of progestogen-only minipills for contraception during lactation. Penelitian dilakukan di India. Hasil penelitian ini tidak menemukan perbedaan signifikan antara wanita pengguna levonorgestrel dan kontrol dalam volume ASI, total nitrogen, non-protein nitrogen, dan laktosa. Tidak ada bukti mengenai efek samping progestin pada pertumbuhan fisik dan mental remaja, bahkan beberapa studi telah mencatat peningkatan berat badan bayi dari wanita pengguna kontrasepsi progestogen oral. Persamaan dengan penelitian ini pada subjek, tujuan dan variabel penelitian. Perbedaannya dengan penelitian ini pada desain dan lokasi penelitian. 5. Espey et al. (2012) melakukan penelitian tentang Effect of progestin compared with combined oral contraceptive pills on lactation: a randomized controlled trial. Metode penelitian ini adalah double-blind randomized trial. Tujuan penelitian adalah memperkirakan efek pil progestin dibandingkan dengan pil kombinasi terhadap keberlangsungan menyusui pada wanita setelah melahirkan. Hal lain yang diteliti adalah pertumbuhan bayi, keberlangsungan penggunaan kontrasepsi, dan kepuasan menyusui dan kontrasepsi. Responden adalah wanita usia 15-45 tahun, 2 dan 8 minggu setelah melahirkan, menyusui dan ingin menggunakan pil kontrasepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keberlangsungan menyusui pada minggu ke-8 dan parameter pertumbuhan bayi tidak berbeda antara kedua kelompok perlakuan. Kesimpulannya adalah bahwa penggunaan pil kombinasi maupun pil progestin pada minggu ke-2 setelah melahirkan tidak menimbulkan efek yang merugikan terhadap keberlangsungan menyusui. Persamaan dengan penelitian ini pada subjek dan tujuan penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini pada variabel, desain dan lokasi penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (BKKBN, 2005). Prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma). Terdapat 3 cara untuk mencapai tujuan ini, baik bekerja sendiri maupun bersamaan. Pertama adalah menekan keluarnya sel telur (ovulasi), kedua menahan masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita sampai mencaapai ovum dan ketiga ialah menghadang nidasi. 2. Metode Modern a. Kontrasepsi hormonal (pil) Kontrasepsi hormonal (pil) adalah alat atau obat kontrasepsi bertujuan mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron. Kontrasepsi hormonal meliputi: pil oral kombinasi, mini pil, injeksi (suntikan), dan implant (alat kontrasepsi bawah kulit). Kontrasepsi hormonal (pil) salah satu metode kontrasepsi paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. 1) Kontrasepsi progesteron Kontrasepsi progesteron tersedia dalam sediaan pil, implant, suntik dan Intra Uterine Device (IUD). Kontrasepsi progesteron aman digunakan perempuan menyusui karena mereka tidak mengganggu produksi ASI tetapi meningkatkan produksinya. Disamping itu tidak memiliki efek pada pertumbuhan atau kesehatan bayi dan tidak meningkatkan risiko Venous Thrombo Emboli (VTE) (Glasier and Gebbie, 2000). Rekomendasi waktu memulai 7