BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usia 56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

BAB I PENDAHULUAN. Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang

BAB III PROSES FISIOTERAPI

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. A. Pengkajian Fisioterapi. fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR 1/3 PROXIMAL RADIUS ULNA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW DEXTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG

LAPORAN STATUS KLINIK D III FISIOTERAPI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL. Program Studi Fisioterapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. Cita cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal ini mengakibatkan dampak yang positif tetapi juga bisa

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER DEXTRA AKIBAT CAPSULITIS ADHESIVE DI RSUD KARANGANYAR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA. DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS (OA) GENU BILATERAL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PROTOKOL STUDI KASUS. : RSUP Dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. : Tn. Biran Kusdomo. : Delanggu RT 03, RW 11,klaten

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. tata urutan tindakan fisioterapi (assasment) yang meliputi, anamnesis,

BAB I PENDAHULUAN. subyektif, setiap orang memiliki arti sehat masing-masing. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia, manusia sebagai makhluk yang mempunyai aktifitas

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN. DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aktifitas manusia dalam hidupnya dilakukan dengan bergerak.

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT BILATERAL DI RSUD SUKOHARJO

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA DROP HAND DEXTRA DI RSUD SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR FEMUR 1/3 PROXIMAL DEXTRA DI PUSKESMAS KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI TOTAL KNEE REPLACEMENT ET CAUSA OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI DR. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN BRACHIAL PLEXUS INJURY SINISTRA DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat. Nyeri punggung bawah sering dijumpai dalam

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MODALITAS SHORT WAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

SPASME OTOT (M62.83) Lusia Pujianita, dr. Pembimbing : Marina Moeliono, dr, Sp.KFR Penguji :Tertianto Prabowo, dr, Sp.KFR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

J SURAKARTA

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. penelitian, ditemukan bahwa nyeri punggung bawah mengenai kira-kira %


PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD SALATIGA. Naskah Publikasi

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modern ini banyak masyarakat menggunakan alat transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. NPB lebih kurang 15% - 20% dari populasi, yang sebagian besar merupakan NPB

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keluhan dan gangguan. Hal ini terjadi karena kurangnya

DEXTRA e.c LESI ILMIAH PUBLIKASI J

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSO. PROF. DR. R SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

ECCENTRIC EXERCISE LEBIH BAIK MENURUNKAN RASA NYERI PADA TENNIS ELBOW DIBANDINGKAN DENGAN TERAPI ULTRASOUND (US) DAN STRETCHING ABSTRAK

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR 1/3 PROXIMAL RADIUS ULNA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyusun menggunakan VDS, goniometer, dan interview. untukmenentukanhasil data yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DROP HAND DEXTRA e.c LESI SARAF RADIALIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST FRAKTUR COLLES DEXTRA DI R.S PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah dilakukan proses assessment pada pasien Ny. DA usia 44 tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa nyeri tekan dan gerak pada pergelangan tangan kanan, penurunan LGS pergelangan tangan kanan, penurunan kekuatan otot dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari. Setelah dilakukan penatalaksanaan fisioterapi selama enam kali, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Pemeriksaan nyeri Grafik 4.1 Evaluasi nyeri diam, tekan, dan gerak 6 5 4 3 2 nyeri diam nyeri tekan nyeri gerak 1 T1 T2 T3 T4 T5 T6 38

39 Evaluasi pemeriksaan nyeri menggunakan skala VDS untuk mengetahui perubahan nyeri diam, tekan dan gerak selama enam kali terapi. Hasil evaluasi nyeri diam yang diperoleh tidak ada perubahan, T1 tidak ada nyeri dan T6 tidak ada nyeri juga. Sedangkan pemeriksaan nyeri tekan dan gerak mengalami perubahan yang menunjukkan hasil membaik. Nyeri tekan TI tidak begitu berat menjadi T6 ringan dan pada nyeri gerak hasil yang diperoleh dari pemeriksaan T1 cukup berat menjadi T6 tidak begitu berat. 2. Pemeriksaan lingkup gerak sendi Grafik 4.2 Evaluasi lingkup gerak sendi wrist dextra aktif 8 7 6 5 4 6 6 45 72 47 48 68 45 72 72 48 5 dorsal normal 3 palmar 2 1 Terapi 1 Terapi 2 Terapi 3 Terapi 4 Terapi 5 Terapi 6

4 Grafik 4.3 Evaluasi lingkup gerak sendi wrist dextra pasif 8 7 6 5 4 3 65 45 6 5 75 72 75 75 55 55 55 57 dorsal normal palmar 2 1 Terapi 1 Terapi 2 Terapi 3 Terapi 4 Terapi 5 Terapi 6 Setelah dilakukan terapi sebanyak enam kali telah terjadi perubahan lingkup gerak sendi wrist joint. Perubahan terjadi pada gerak aktif dan pasif bidang sagital yaitu palmar dan dorsal fleksi wrist. Pada pemeriksaan gerak aktif T1 diperoleh hasil S= 6 - -45 dan T6 sebanyak S= 72 - -6, sehingga peningkatan LGS dorsal fleksi wrist sebesar 12 dan 15 pada gerak palmar fleksi wrist. Sedangkan pada gerak pasif juga mengalami peningkatan LGS dari T1 sebesar S= 65 - -45 dan T6 menjadi S= 75 - -57. Peningkatan gerak pasif pada dorsal fleksi wrist sebesar 1 dan 12 pada palmar fleksi wrist.

41 3. Pemeriksaan kekuatan otot Grafik 4.4 Evaluasi pemeriksaan kekuatan otot flexor dan ekstensor wrist dextra 6 5 4 3 2 1 T1 T2 T3 T4 T5 T6 fleksor ekstensor Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT dievaluasi setiap kali terapi yaitu enam kali. Saat terapi pertama hasil pemeriksaan kekuatan otot diperoleh hasil 4- untuk fleksor dan ekstensor wrist dextra. Sedangkan pada terapi terakhir pada fleksor dan ekstensor wrist diperoleh hasil 5-. 4. Pemeriksaan kemampuan aktivitas fungsional Grafik 4.5 Evaluasi kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1,5 Terapi 1 Terapi 2 Terapi 3 Terapi 4 Terapi 5 Terapi 6

42 Berdasarkan grafik perkembangan kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari menggunakan WHDI selama enak kali terapi diperoleh hasil TI sebanyak 3 dan T6 memperoleh nilai 21 dengan klasifikasi kedua terapi tersebut kategori sedang. Meskipun berada dalam klasifikasi yang sama selama enam kali terapi tapi terjadi peningkatan kemampuan aktivitas kemampuan fungsional. Peningkatan yang terjadi dengan selisih nilai sebanyak 9 poin. Sehingga menunjukkan perbaikan kondisi selama terapi yang telah dilakukan. B. Pembahasan Berdasarkan pelaksanaan terapi selama enam kali diperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu penurunan nyeri, peningkatan lingkup gerak sendi, peningkatan kekuatan otot dan kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari. Selama terapi, perkembangan pasien fluktuatif yaitu terjadi peningkatan dan penurunan. Hal ini bisa terjadi karena aktivitas pasien yang terlalu berlebihan, kondisi kesehatan pasien dan intensitas latihan selama di rumah. Sebagian besar waktu pasien digunakan untuk aktivitas fungsional sehari-hari. Sehingga fisioterapis tidak dapat memantau setiap hari kegiatan pasien. Kerjasama yang baik antara pasien, keluarga dan fisioterapis harus berjalan dengan baik untuk selalu mengingatkan dan memotivasi pasien. Terapi yang diberikan berupa US dapat menstimulasi regenerasi saraf dan konduksi saraf dengan adanya efek anti-inflamatori dari US sehinggga

43 dapat membantu proses penyembuhan saraf yang mengalami kompresi (Bilgici dkk., 21). Penurunan nyeri yang terjadi dihasikan melalui aktivasi threshold pada ujung saraf dengan thermal effect yang juga merangsang saraf bermielin besar melalui mekanisme gerbang kontrol (Drapper dan Prentice, 22). Sedangkan aktivasi mekanoreseptor threshold dan reseptor sensorik pada muscle spindle dapat meningkatkan LGS. Melalui peningkatan ekstensibilitas kulit dan otot termasuk juga viskositas jaringan. Akibat terjadi peningkatan metabolisme lokal sehingga peradangan berkurang melalui setiap peningkatan suhu 1 C. Sedangkan peningkatan LGS dan ekstensibilitas jaringan diperoleh dari setiap 4 C peningkatan suhu. Efek kimia yang timbul menyebabkan efek mikrovibrasi dari US yang mana menyebabkan penurunan nyeri dan perubahan viskoelastisitas otot. Sehingga peningkatan LGS dan penurunan nyeri diperoleh dari thermal dan mechanical effect (Morishita dkk., 214). Pada penggunaan terapi paraffin yang merupakan campuran paraffin dan mineral oil memiliki efek hangat yang lebih baik dibandingkan dengan terapi air dengan suhu yang sama. Efek hangat yang memberikan rasa nyaman akan meningkatkan aliran darah yang berpengaruh terhadap produksi analgetik, nyeri akan berkurang yang berakibat relaksai pada otot yang selanjutnya dapat meningkatkan elastisitas connective tissue (Chang dkk., 214). Peningkatan elastisitas dan penurunan nyeri yang terjadi, akan mempermudah terapi latihan yang dilakukan yaitu stretching exercise dan resisted excersise.

44 Stretching exercise merupakan suatau tindakan yang digunakan untuk meningkatkan ekstensibilitas jaringan melalui proses penguluran jaringan dan meningkatkan fleksibilitas. Manfaat yang diperoleh dari stretching exercise yaitu menjaga dan meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot, meningkatkan kemampuan aktifitas fungsional, dan menjaga fleksibilitas serta ekstensibilitas jaringan (Kisner dan Colby, 27). Pemberian US dan paraffin sebelum tindakan stretching exercise membantu mempermudah dan meningkatkan penguluran jaringan dari efek hangat yang muncul. Rasa hangat tersebut menyebabkan peningkatan suhu lokal saat terjadinya healing process sehingga supply oksigen dan nutrisi pada pembuluh darah meningkat. Akibatnya timbul efek relaksasi otot melalui penurunan muscle spindle dan merangsang serabut saraf sensorik nosiseptor (Prentice, 211). Penurunan nyeri tersebut menyebabkan pergerakan sendi menjadi lebih luas karena relaksasi dari otot-otot penggerak sendi sehingga memudahkan untuk dilakukan stretching exercise akibatnya terjadi peningkatan LGS yang selanjutnya kemampuan aktifitas fungsional sehari-hari dapat meningkat. Pada grafik 4.4 menunjukkan evaluasi peningkatan kekuatan otot fleksor dan ekstensor wrist selama enam kali terapi. Peningkatan kekuatan otot diproleh dari latihan yang dilakukan melaui tahanan yang diberikan baik secara manual maupun mekanik. Adaptasi latihan tahanan yang diberikan pada suatu otot merangsang kemampuan maksimal otot untuk berkontraksi yang mana akan merningkatkan muscle fiber (Kisner dan Colby, 26). Peningkatan muscle fiber disebabkan karena peningkatan volume protein

45 kontraktil myofibrillar aktin dan myosin (Schoenfeld, 21). Saat otot mendapat rangsangan yang melebihi rangsang yang diterima menyebabkan kerja myofibril dan ekstraseluler matriks menjadi kacau. Akibatnya rantai myogenik ikut berubah yang kemudian terjadi peningkatan jumlah dan ukuran protein myofibril kontraktil aktin dan myosin serta jumlah dari sarkomer yang selanjutnya peningkatan kekuatan otot meningkat. Maka peningkatan otot ini berpengaruh terhadap kemampuan fungsional otot dan kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari. Pada penggunaan US dengan frekuensi 1Mhz, intensitas 1, W/cm 2 dan waktu terapi 5 menit selama dua kali seminggu terapi juga meningkatakan kemampuan fungsional dan penurunan keluhan yang diderita pada kondisi CTS (Chang dkk., 214). Jadi, pemberian terapi tersebut dan manfaat yang diperoleh saling berkesinambungan untuk dapat tercapainya tujuan sesuai yang telah ditentukan.