BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sekolah, yang turut andil dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Sebagaimana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait sehingga dapat membuahkan hasil belajar yang optimal. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan siswa tidak menyukai belajar matematika, karena mereka

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB II. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan. pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sudjana (Gunawan, 2012:1), Pendidikan merupaka bagian dari kelengkapan

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

matematika dikarenakan terlalu banyak deretan rumus-rumus yang abstrak dan membosankan. Sebagian besar peserta didik di sekolah menganggap bahwa mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang, baik dalam ilmu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Darsono (2000:32) belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu Slameto (2003:2) juga mengungkapkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar tersebut berarti bahwa: (1) perubahan tersebut terjadi secara sadar, (2) perubahan tersebut bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan tersebut bersifat positif dan aktif, (4) perubahan tersebut bukan bersifat sementara, (5) perubahan tersebut bertujuan dan terarah, dan (6) perubahan tersebut mencakup seluruh aspek tingkah laku. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang dilakukan baik secara sadar atau tidak yang melibatkan seseorang tersebut secara keseluruhan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. B. Strategi PQRST Secara umum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa definisi strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk 9

10 mencapai sasaran. Selanjutnya jika dikaitkan dalam kegiatan belajar mengajar menurut Ahmadi dan Prasetya (2005:15) strategi adalah pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang di ambil untuk mencapai tujuan secara efektif. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu rencana yang sudah disusun untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan. Trianto (2007:164) mengatakan bahwa strategi PQRST diperkenalkan oleh Thomas F. Staton,. Strategi ini digunakan untuk meningkatkan kinerja memori dalam memahami substansi atau isi teks yang dapat mendorong pembaca melakukan pengolahan materi secara lebih mendalam dan luas. Selanjutnya strategi PQRST digunakan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dengan meminta siswa untuk melakukan langkah-langkah Preview (Pendahuluan), Question (pertanyaan), Rewrite (menulis), Solve (penyelesaian), dan Test (menguji). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa strategi PQRST dalam penelitian ini adalah sebuah strategi yang berisi langkah-langkah untuk menyelesaikan soal cerita yang meliputi: Preview (Pendahuluan), Question (pertanyaan), Rewrite (menulis), Solve (penyelesaian), dan Test (menguji) sebagai kerangka berfikir siswa untuk bisa meningkatkan daya pikir siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal cerita matematika matematika.

11 C. Soal Cerita Matematika Menurut Haji (dalam Nizbah, 2013:1) mengemukakan bahwa soal cerita yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang studi matematika dapat berbentuk soal cerita matematika dan bukan soal cerita matematika atau soal hitungan. Menurut Abidin (dalam Nizbah, 2013:1) mengemukakan bahwa soal cerita matematika adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan atau masalah lainnya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa soal cerita matematika adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek atau rangkaian kata-kata yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari serta mengandung masalah yang membutuhkan penyelesaian yang berkaitan dengan ilmu matematika. Menurut Winarno (dalam Rudy, 2014:3) pemaknaan soal cerita matematika yang berupa kalimat sehari-hari ke dalam model matematika terkait dengan simbol, operasi dan relasi. Mengutip dari artikel ilmiah Hermawan (2014:3) agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami simbol, operasi dan relasi yang sesuai untuk menyelesaikan soal cerita matematika maka guru perlu mendiskusikan kata-kata kunci dalam soal cerita matematika yang sesuai sewaktu proses penanaman konsep-konsep matematika. Relasi biasanya menyangkut hubungan sama dengan (=), lebih dari (<) dan kurang dari (>).

12 Tabel 2.1 Simbol-Simbol Operasi Hitung Matematika No Operasi Simbol Kata kunci 1. Penjumlahan Ditambah, digabung, diberi, dikumpulkan, jumlah dari 2. Pengurangan Dikurangi, diambil, diberikan, hilang, rusak 3. Perkalian Kelipatan, digandakan, diperbesar, diperbanyak 4. Pembagian Dibagikan, dikelompokkan, dipisahkan Siswa diharuskan untuk mampu memahami setiap kata yang ada dalam soal cerita matematika tersebut dan bisa memodelkan dalam simbolsimbol matematika, sehingga siswa dapat menyelesaikan permasalahan dalam soal tersebut dengan baik dan benar. D. Penerapan Srategi PQRST dalam Menyelesaikan Soal cerita Matematika Siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika harus benar-benar memahami masalah yang ada dalam soal cerita matematika tersebut. Menurut Hermawan (2014: 3) berikut ini langkah-langkah penyelesaian soal cerita matematika dengan menggunakan strategi PQRST. P Preview Langkah ini merupakan langkah pendahuluan, yaitu memaknai secara utuh sehingga tergambar secara keseluruhan dari persoalan yang ditampilkan. Membaca persoalan matematika berbeda dengan membaca sejarah atau novel. Ide-ide matematika biasanya ditulis lebih terkonsentrasi pada suatu persoalan sehingga setiap kata dan simbol selalu mempunyai makna yang penting. Oleh karena itu bacalah persoalan dengan hati-hati. Jika sekali membaca soal belum dapat ditangkap maknanya, coba ulangi lagi. Setelah siswa memahami soal dilangkah ini siswa harus mampu mengutarakan kembali konsep, hal apa saja

13 yang diketahui serta permasalahan yang ada pada soal dengan kata-kata siswa sendiri. Q Question Pada langkah ini identifikasi persoalan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan: Apakah yang ditanyakan? Langkah selanjutnya menentukan perkiraan jawaban apa yang sesuai dengan pertanyaannya. R Rewrite Langkah ketiga yakni setelah siswa mengetahui persoalan dan apa yang ditanyakan dalam soal cerita, siswa harus mengetahui rumus apa yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal cerita. Rumus ditulis dengan model matematika yang sesuai. S Solve Langkah keempat adalah penyelesaian. Gunakan skill atau prosedur matematika yang benar untuk menyelesaikan model matematika dari persoalan dengan menggunakan rumus yang telah dituliskan pada langkah rewrite. T Test Langkah terakhir test atau check, adalah pemeriksaan kembali hasil penyelesaian untuk meyakinkan kebenaran jawaban dari suatu persoalan. Pada langkah ini siswa tak perlu menuliskan apapun hanya saja pada langkah ini siswa harus teliti dalam mengecek dan mengoreksi setiap langkah yang telah dilakukan terutama pada hal perhitungan. Menurut Hermawan (2014:4) Strategi pembelajaran PQRST tersebut hanyalah strategi kerangka berfikir penyelesaian soal cerita matematika.

14 Strategi PQRST ini baik sekali untuk melatih kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Aplikasi dari strategi ini dapat diterapkan dengan soal-soal cerita matematika matematika pada materi lain bahkan dalam penyelesaian permasalahan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi PQRST adalah sebuah kerangka berfikir siswa, dengan menggunakan 5 langkah dari strategi PQRST siswa dituntun dan dilatih untuk bisa berfikir kritis, logis, analitis, sistematis dan kreatif agar mampu menyelesaikan soal cerita matematika. E. MATERI Lingkaran adalah kurva tertutup sederhana yang merupakan tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu dalam lengkungan. Titik tertentu dalam lengkungan disebut pusat lingkaran dan jarak tersebut disebut jari-jari lingkaran. Keliling Lingkaran Panjang lintasan dari sebuah lingkaran disebut keliling lingkaran. Nilai dari (keliling : diameter) adalah sama untuk semua lingkaran. Nilai tersebut tidak akan pasti dan nilainya merupakan nilai pendekatan dan ditulis dengan lambang (dibaca : pi). Keliling : diameter =, dengan = 3,14 atau. Hubungan di atas dapat ditulis. K = atau K = 2

15 Keterangan: K = keliling lingkaran = pi = diameter = jari-jari Luas Lingkaran Luas lingkaran adalah luas daerah yang dibatasi oleh lengkungan lingkaran. Luas lingkaran sama dengan kali kuadrat jari-jarinya. Jika jari-jari lingkaran adalah maka luasnya adalah Keterangan: = luas = jari-jari Nurharini(2008:140-142) Contoh 1 : Lapangan yang berbentuk lingkaran memiliki keliling 88 m, tentukanlah luas lapangan tersebut. Penyelesaian : Preview : lapangan berbentuk lingkaran denagn keliling 88 m. Question :Yang ditanyakan adalah luas lingkaran. Rewrite : Menulisnya dalam model matematika, Lʘ= ʘ Solve: Karena jari-jari belum diketahui maka kita mencari jari-jari dengan yang sudah diketahui di soal, yaitu keliling ʘ 88 = 2 x r

16 = r 14 = r Maka Lʘ = = x = x = 616 m 2 Test : Langkah terakhir yakni mengecek ulang apa yang sudah dikerjakan, meneliti mulai dengan rumus yang digunakan hingga perhitungannya. ʘ ʘ = 88 = 2 r = = r = 14 = r = 616 m 2 Contoh 2 Ada lingkaran tepat berada ditengah-tengah persegi, apabila panjang persegi tersebut adalah 35 cm, coba tentukan luas persegi, keliling lingkaran, serta luas dari lingkaran tersebut! Penyelesaian : Preview : Inti dari permasalahan soal tersebut adalah sebuah lingkaran tepat berada ditengah-tengah sebuah persegi, dengan panjang persegi 35 cm.

17 Question : Yang ditanyakan adalah luas lingkaran, keliling lingkaran dan luas persegi Rewrite : Menulisnya dalam model matematika, L = Kʘ= Lʘ= Solve: L = = 35 2 = 1225 cm 2 Untuk mencari keliling karena posisi lingkaran tepat ditengah-tengah persegi maka diameternya sama dengan panjang sisi persegi yaitu 35 cm. maka jari-jari lingkaran adalah 35 : 2 = 17,5 cm Kʘ= Lʘ= = 3,14 17,5 = 3,14 17,5 2 = 54,95 cm = 961,625 cm 2 Test : Langkah terakhir yakni mengecek ulang apa yang sudah dikerjakan, meneliti mulai dengan rumus yang digunakan hingga perhitungannya. Kʘ= Lʘ= = 3,14 17,5 = 3,14 17,5 2 = 54,95 cm = 961,625 cm 2

18 F. Hasil Belajar Siswa 1. Pengertian Hasil Belajar siswa Sudjana (2009:3) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Berdasarkan pengetian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sebuah proses perubahan sebagai respon atas pengalaman belajar yang telah dilakukan baik dalam bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang di nyatakan dalam bentuk simbol baik itu angka, huruf atau yang lainnya. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Hasil belajar sebagai indikator untuk mengukur kemampuan siswa yang melibatkan dirinya sendiri dan orang lain, menurut Sudjana (2010:39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang dating dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

19 Sejalan dengan Sudjana, Shalahuddin (1990:57) juga menunjukkan tabel tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Tabel 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa 1. Faktor Luar a. Lingkungan 1) Alam 2) Sosial b. Instrumental 3) Kurikulum 4) Guru/pengajar 5) Sarana dan Fasilitas 6) Administrasi/ managemen 2. Faktor Dalam a. Fisiologi 1) Kondisi fisik 2) Kondisi panca indra b. Psikologi 1) Bakat 2) Minat 3) Kecerdasan 4) Motivasi 5) Kemampuan kognitif Menurut Caroll (dalam Sudjana, 2010:40) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu : bakat belajar, waktu yang tersedia untuk belajar, waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, kualitas pengajaran dan kemampuan individu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat dipengaruhi dari faktor siswa pribadi dan faktor dari lingkungan luar yang keduanya mempunyai hubungan berbanding lurus dan saling mempengaruhi. G. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut Huda (2013:201) Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang

20 didalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Mengutip dari Agus (2011:55) bahwa keterlibatan peserta didik dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis. Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin (1995) dan rekan-rekannya di Hopkins University. Mengutip dari Muslimin, dkk (2005:10) Berikut ini tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD: Kegiatan awal siswa diminta untuk membentuk kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing terdiri dari 4-5 anggota. Setelah pengelompokkan maka dilakukan tahap-tahapan pembelajaran. Fase 1: Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2: Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3: Mengorganisasikan Siswa Kedalam Kelompok-Kelompok Belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien.

21 Fase 4: Membimbing Kelompok Bekerja Dan Belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase 5: Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Memberikan Penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Berdasarkan tahap-tahap model kooperatif tipe STAD di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif yang menggunakan pendekatan STAD guru harus melaksanakan langkah-langkah: penyajian materi, kegiatan kelompok, tes individu, perhitungan skor setiap individu dan penghargaan kelompok. H. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Penerapan Strategi PQRST dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Setelah dijelaskan sintaks-sintaks model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan strategi PQRST dalam menyelesaikan soal cerita matematika maka pemodelan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan strategi PQRST dalam menyelesaikan soal cerita matematika sebagai berikut:

22 Fase 1: Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai yakni menyelesaikan soal cerita matematika dengan strategi PQRST dan memotivasi siswa belajar. Fase 2: Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa tentang langkah-langkah penyelesaian soal cerita matematika dengan strategi PQRST pada materi keliling dan luas lingkaran. Fase 3: Mengorganisasikan Siswa Kedalam Kelompok-Kelompok Belajar Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok heterogen. Guru memberikan beberapa soal kepada setiap kelompok untuk didiskusikan dengan anggota kelompoknya. Soal-soal tersebut harus diselesaikan dengan menggunakan strategi PQRST. Fase 4: Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan soal. Fase 5: Evaluasi Setelah proses diskusi selesai guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk menjelaskan hasil diskusinya ke depan kelas. Fase 6: Memberikan Penghargaan Guru memberikan reward kepada siswa dan kelompok yang aktif dalam diskusi.

23 I. Kerangka Berfikir Landasan pemikiran strategi PQRST untuk menyelesaikan soal cerita matematika dimulai dari banyaknya penelitian yang berkaitan dengan kesulitan dan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dan didukung juga dari wawancara dengan salah satu siswa yang mengatakan bahwa kebanyakan mereka masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Soal cerita matematika merupakan salah satu bagian dari pemecahan masalah. Proses pemecahan masalah membutuhkan proses berfikir yang cukup tinggi dan membutuhkan tahapan-tahapan yang jelas. Kendala utama siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika adalah lemahnya kemampuan mereka dalam memahami maksud soal dan kurangnya keterampilan menyusun rencana penyelesaiannya Depdiknas (dalam Susanto 2013:3). Sudah menjadi kebijakan dari pemerintah bahwa bentuk soal yang disajikan baik ulangan akhir semester maupun ujian nasional berbentuk pilihan ganda. Sehingga hal ini mengakibatkan siswa kurang berlatih dalam menghadapi soal cerita. Bentuk soal pilihan ganda ini kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, juga kurang efektif mengukur kemampuan mengorganisir dan mengekspresikan ide. Berdasarkan permasalahan tersebut solusi yang diberikan adalah penyelesaian soal cerita matematika dengan menggunakan strategi PQRST. Rangkaian dari langkah-langkah dalam strategi ini hampir sama dengan langkah-langkah Polya dalam menyelesaikan soal cerita. Namun terdapat perbedaan antara strategi PQRST dengan metode Polya

24 langkah-langkah dari strategi PQRST lebih urut, rinci mudah dipahami dan mudah dihafalkan. Uraian di atas sudah tampak jelas bahwa strategi PQRST dapat digunakan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Karena tiap langkah-langkah stategi PQRST jelas dan mudah dipahami. Diharapkan siswa tidak merasa kebingungan lagi untuk menyusun perencanaan penyelesaian soal cerita matematika. J. Hipotesis Penelitian Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H o : Tidak ada pengaruh Strategi PQRST dalam menyelesaikan soal cerita matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa kelas VIII H a : Ada pengaruh Strategi PQRST dalam menyelesaikan soal cerita matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa kelas VIII. Uji hipotesis regresi linier sederhana dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan = 5%. Jika hasil pengolahan data menunjukkan p-value (signifikansi) 0,05, ini berarti bahwa H 0 ditolak atau terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel, sedangkan jika p-value (signifikansi) 0,05, ini berarti bahwa H 0 diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variabel.