BAB III PERATURAN PENANAMAN MODAL ASING DI NTB DAN STRATEGI PEMERINTAH DAERAH NTB DALAM PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG PARIWISATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA ARAT NOMOR 30 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

DEFINISI- DEFINISI A-1

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

WALIKOTA BUKITTINGGI

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

KERJASAMA INTERNASIONAL PEMERINTAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB) DALAM MENDATANGKAN INVESTASI ASING DI BIDANG PARIWISATA

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

STUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 8 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang telah dibahas oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencari nafkah atau menetap (Muljadi dan Warman, 2009). Wisatawan

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016

Cara Pemesanan: Spesifikasi: Customer Support: Harga : Rp

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Peluang dan Tantangan Dalam Pengembangan Pariwisata Halal Provinsi Nusa Tenggara Barat 2017/2018 DASAR/PEDOMAN

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG LISENSI PRAMUWISATA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH PROVINSI GORONTALO

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Tujuan

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

Transkripsi:

BAB III PERATURAN PENANAMAN MODAL ASING DI NTB DAN STRATEGI PEMERINTAH DAERAH NTB DALAM PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG PARIWISATA Dalam bab ini penulis membahas tentang peraturan-peraturan daerah yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berkaitan dengan Penanaman modal serta peraturan yang ada di bidang Pariwisata. Di bab ini juga penulis akan membahas strategi atau kebijakan serta langkah-langkah yang di ambil oleh pemerintah daerah untuk menarik dan meningkatkan minat berinvestasi di provinsi Nusa Tenggara Barat khusunya di bidang Pariwisata. A. Peraturan-peraturan di Bidang Pariwisata Pembangunan kepariwisataan perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkompeten dalam rangka memberikan pelayanan prima bagi wisatawan. Undangundang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan mengamanatkan bahwa tenaga kerja di bidang kepariwisataan wajib memiliki standar kompetensi melalui sertifikasi. Sertifikasi sangat di perlukan dalam menghadapi persaingan tenaga kerja tingkat nasional maupun internasional. Untuk menjawab tantangan kedepan, perlu di tetapkan peraturan dalam bidang pariwisata, berikut peraturan-peraturan di bidang pariwisata. Peraturan Daerah Prov NTB nomor 7 tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah 2013-2028 Ketentuan Umum 50

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1 1. Daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 5. Dinas adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat. 6. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 7. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. 8. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. 9. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multi-dimensi serta multi-disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat 1 Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah, Perda Disbudpar NTB 51

setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. 10. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah yang selanjutnya disingkat dengan RIPPARDA adalah dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan daerah untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2028. 11. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. 12. Pewilayahan Pembangunan Kepariwisataan Daerah adalah hasil pewilayahan pembangunan kepariwisataan yang diwujudkan dalam bentuk Kawasan Pariwisata Daerah, Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah, dan Kawasan Strategis Pariwisata Daerah. 13. Destinasi Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat DPD adalah Destinasi Pariwisata yang berskala daerah. 14. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat KSPD adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. 52

15. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 16. Infrastruktur pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan semua proses dan kegiatan kepariwisataan dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan wisatawan memenuhi kebutuhannya. 17. Aksesibilitas pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah destinasi pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata. 18. Prasarana umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya. 19. Fasilitas umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian. 20. Fasilitas pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata. 21. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan melalui 53

kegiatan kepariwisataan. 22. Pemasaran pariwisata daerah adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingannya. 23. Industri pariwisata daerah adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. 24. Kelembagaan kepariwisataan daerah adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan. 25. Organisasi kepariwisataan adalah institusi baik di lingkungan pemerintah maupun swasta yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan. 26. Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya disingkat SDM pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaannya terkait secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatan kepariwisataan. 27. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. 28. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang 54

harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk mengembangkan profesionalitas kerja. 29. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan kepariwisataan. 30. Standardisasi kepariwisataan adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan, dan merevisi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak guna menjamin kualitas dan kredibilitas usaha dibidang kepariwisataan. B. Peraturan-peraturan Penanaman Modal di Nusa Tenggara Barat Pembinaan penanaman modal adalah kegiatan bimbingan kepada penanaman modal untuk merealisasikan investasinya dan fasilitas penyelesaian masalah/hambatan atas pelaksanaan kegiatan investasi. Pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui apakah perusahaan penanaman modal memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksudkan oleh undangundang nomor 25 tahun 2007. Pengawasan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai suatu upaya yang diperlukan agar rencana investasi yang di setujui oleh pemerintah bagi para investor melalui pemberian persetujuan dapat direalisasikan dengan baik tanpa melakukan suatu pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam decade terakhir ini, para pengusaha pada umumnya menngalami banyak kesulitan dalam 55

merealisasikan rencana investasi, dimulai dari kurangnya factor keamanan, kepastian hokum, peraturan daerah yang tumpang tindih, birokrasi, adanya pungutan liar, masalah-masalah ketenaga kerjaan, infrastruktur yang kurang memadai, yang kesemuanya dapat mengakibatkan dilakukannya penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku didalam merealisasikan persetujuan yang pada akhirnya akan mennimbulkan kerugian bagi masyarakat dan Negara. Dengan adanya Undang-undang nomor 25 tahun 2007 dan peraturan-peraturan pelaksanaanya menimbulkan nuansa baru bagi pelayanan penanaman modal. System pelayanan tidak lagi sentralistik yang juga membawa pengaruh bagi system pengawasan penanaman modal. Peraturan Daerah Provinsi NTB Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Penanaman Modal Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksudkan dengan : 2 1. Pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonesia 2. Daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat 3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat 5. Badan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang bertanggungg jawab dibidang penanaman modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 2 Penanaman Modal, Peraturan Daerah Prov Nusa Tenggara Barat Tahun 2015, hal 3 56

6. Modal adalah asset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. 7. Modal Dalam Negeri adalah modal yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, perseorangan warga Negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hokum atau tidah berbadan hokum 8. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh Negara asing, perseorangan warga Negara asing, badan usaha asing, badan hokum asing dan/atau badan hokum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. 9. Penanam Modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing. 10. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah daerah. 11. Penanam Modal Dalam Negeri adalah perseorangan warga Negara Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Daerah. 12. Penanam Modal Asing adalah perseorangan warna Negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Daerah. 13. Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah atau Peraturan perundang-undangan lainnya yang merupakan 57

bukti legalitas menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. 14. Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah dan atau Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan baik berupa Izin Penanaman Modal, Izin Pelaksanaan dan Izin Sektoral. 15. Non Perizinan adalah segala bentuk dokumen yang menganjurkan suatu bentuk perintah (rekomendasi), fasilitas fiskal dan informasi mengenai penanaman modal, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 16. Laporan kegiatan penanaman modal yang selanjutnya disingkat LKPM adalah laporan berkala yang berkaitan dengan perkembangan perusahaan penanaman modal. 17. Pelayaan terpadu satu pintu yang selanjutnya disingkat PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. 18. Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik yang selanjutnya disingkat SPIPISE adalah sistem pelayanan perizinan dan non perizinan yang terintegrasi anatara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. C. Langah-langkah Pemerintah Dalam Menarik dan Peningkatan Investasi 58

Asing Daerah tujuan wisata adalah daerah dengan objek wisata yang khas dan di tunjang oleh sarana dan prsarana pariwisata yang lengkap maupun oleh keramahtamahan masyarakat, dan terutama memiliki daya tarik dan daya pikat sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. 3 Objek wisata adalah tempat atau keadaan yang memiliki sumber daya wisata yang sudah ada secara terus menerus ataupun yang dibangun serta dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan daya minat pada orang lain untuk mendekati, melihat, mengetahui serta memahami dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan. 4 Unsur-unsur yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata ke daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan dan pengembangan meliputi lima unsur, yaitu: 5 1. Objek dan daya tarik wisata 2. Sarana Wisata 3. Tata laksana dan infrastruktur 4. Masyarakat dan lingkungan International Tourism (Kepariwisataan Internasional) adalah segala sesuatu kegiatan lalu lintas wisata antar negara atau kegiatan wisata yang diselenggarakan oleh 3 H. Kodyat dan Ramaani, Kamus Pariwisata dan Perhotelan, Grasindi, Jakarta, 1992, hal 130 4 Richard Shihite, Glossary (istilah-istilah), Surabaya, SIC, 2000, hal.130 5 Gamal suartono, Dasar dasar Pariwisata, Yogyakarta, Andi, 2000 59

wisatawan diluar negara asalnya. Pariwisata ini mwmpunyai beberapa objek wisata yang menarik sehingga diminati oleh beberapa wisatawan asing dari berbagai negara. Wisatawan Australia merupakan yang terbanyak berkunjung ke NTB dan berikut ini 10 (sepuluh) negara asal wisatawan mancanegara (big ten) terbesar yang berkunjung ke NTB tahun 2014 yaitu: 6 Tabel 3.1 Sepuluh Besar Negara Asal Wisatawan Mancanegara No Asal Negara Jumlah Kunjungan 1 Australia 101.881 2 Perancis 98.882 3 Jerman 82.427 4 Belanda 81.830 5 Inggris 66.789 6 Italia 38.847 7 Swiss 30.985 8 USA 30.871 9 Canada 25.376 10 Swedia 23.859 11 Negara lainnya 170.559 Jumlah 752.350 Sumber: Buku Statistik Kebudayaan dan Pariwisata Prov.NTB th 2014 Selain sepuluh negara yang tertera dalam table tersebut, ada negara-negara yang berpotensi seperti Malaysia, singapura, Jepang, New Zealand, China dan Korea. 6 Buku Analisa Pasar Kunjungan Wisatawan Disbudpar NTB tahun 2015 60

Daerah wisata internasional adalah suatu wilayah yang menawarkan keseluruhan keaslian suasana alam maupun panorama serta mempunyai potensi yang dapat dikembangkan serta sarana dan prasarana untuk meendukung kepariwisataan internasional. Setiap daerah wisata membutuhkan sarana dan prasarana pendukung agar dapat memenuhi standar pelayanan bagi para wisatawan. Kebutuhan akan sarana dan prasarana setiap daeraah wisata itu tidak sama baik dalam jumlah maupun jenisnya. Dalam daerah wisata internasional ada unsur-unsur pendukungnya seperti fasilitas hotel, shopping centre, transportasi, biro perjalanan serta fasilitas penunjang lainnya. Adapun usaha-usaha yang dilakukan pemerintah daeran Nusa Tenggara Barat, untuk meningkatkan investasi asing atau penanaman modal asing (PMA) adalah sebagai berikut: 1. Promosi Pariwisata Promosi dan pemasaran pariwisata baik dalam dan luar negeri serta dalam daerah yang berdasarkan analisa pasar yang lebih tajam dan akurat mendapat perhatian yang serius sehingga promosi dan pemasaran wisata dapat difokuskan. Hal ini mengingat bahwa pariwisata merupakan sektor rentan terhadap gejolak yang terjadi secara global, nasional, dan lokal. Kegiatan promosi dan pemasaran wisata luar negeri difokuskan kepada negara asal wisatawan yang potensial seperti Australia dan Eropa. Untuk promosi dalam negeri dengan: a. Membuat souvenir atau cinderamata berupa stiker, gantungan kunci, kaos dan souvenir lainnya yang bercirikan khas daerah Lombok. 61

b. Membuat brosur dan peta objek-objek wisata yang ada di Pulau Lombok c. Ikut dalam event-event serta festival yang diadakan didaerah lain seperti festival nusa dua di bali. Dalam event tersebut sekaligus untuk mempromosikan objek wisata yang ada di Pulau Lombok. d. Bekerjasama dengan media cetak elektronik seperti bekerja sama dengan tv-tv swasta, apalagi dengan adanya acara-acara tv yang mengexplore suatu daerah itu sangat berpengaruh bagi promosi pariwisata daerah, sehingga objek wisata yang ada di Lombok lebih dikenal luas ke seluruh dunia e. Sejak tahun 1997, dinas Pariwisata NTB telah memperluas informasi dan promosi pariwisataa melalui media internet dengan alamat home page http://www.lombok.sumbawa.com. Dengan adanya situs web ini diharapkan pariwisata Lombok lebih dikenal dan menambah peningkatan investor asing di Pulau Lombok f. Mangadakan promosi saat pengadaan event-event nasional yang diselenggarakan di pulau Lombok khususnya dan NTB umumnya. g. Melakukan kerjasama dengan media cetak seperti Koran info pariwisata Lombok, harian Lombok Post dan sebagainya, untuk promosi dan lain-lain. Hal ini dilakukan mengingat bahwa promosi dan pemaasaran wisata di dalam negeri cukup potensial di dalam meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke Pulau Lombok. Promosi dan pemasaran wisata di dalam daerah juga dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti: melaksanakan festival dan event-event pariwisata (festival 62

gendang beleq, festival bau nyale, pemilihan puta putri Lombok, perang topat, festival senggigi dan lain-lainnya). 2. Pembangunan akomodasi Membangun akomodasi yang diperlukan dan difungsikan oleh para wisatawan. Pembangunan akomodasi salah satunya dengan memberikan sarana dan prasarana kepada para wisatawan yang ingin menikmati kawasan-kawasan wisata yang ada di Pulau Lombok. Pada awal-awal dibukanya daerah-daerah tujuan wisata Pulau Lombok, masih banyak di Antara kawasan strategis itu belum memiliki hotel dan fasilitas lainnya, sehingga wisatawan yang datang harus menumpang di rumah kepala dusun. Karena banyaknya wisatawan yang datang 5 tahun terakhir ini pemerintah daerah, swasta, instansi terkait mulai membangun sarana pariwisata. Sarana tersebut antara lain berupa penginapan, transportasi yang mudah, rumah makan, tempat penukaran uang, sarana telekomunikasi, dan lain-lain. 3. Pengembangan daerah wisata Pengembangan daerah wisata di arahkan pada peningkatan potensi yang ada tanpa merusak lingkungan sekitar, seperti pengembangan Mandalika resort yang sedang dilakukan proyek infrastruktur jalan menuju kawasan Mandalika resort serta infrastruktur lainnya yang akan menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di Pulau Lombok. 4. Perpanjangan waktu tinggal wisatawan Pada waktunya nanti diharapkan pariwisata di Pulau Lombok dapat dijadikan wisata unggulan nasional dan untuk itu perlu dilakukan pengemasan paket wisata ke 63

pulau ini melalui berbagai jalur sehingga berbagai jalur sehingga wisatawan yang berkunjung tidak merasa bosan sehingga berkeinginan untuk tinggal lebih lama di Pulau Lombok. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan atraksi wisata di samping itu juga sarana dan prasarana di tempat wisata harus memadai agar kebutuhan wisatawan terpenuhi, dan tinggal lebih lama. 5. Mempertinggi tingkat profesionalisme pelayanan pariwisata Melalui peningkatan kualitas kelembagaan, managemen dan sumber daya manusia. Dimana para wisatawan yang datang berkunjung ke suatu daerah wisata mendapatkan pelayanan yang memuaskan tentu saja akan merasa terkesan dengan apa yang diterimanya. Hal ini tidak lepas dari manajemen kelembagaan suatu produk industri ariwisata dimana orang-orang yang terlibat didalamnya benar-benar professional dan menguasai bidang pekerjaan terutama dalam pelayanan terhadap wisatawan. Dengan adanya langkah-langkah tersebut diatas baik dalam perubahan citra maupun menuju daerah wisata internasional diharapkan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan melaksanakan pembangunan pariwisata di Pulau Lombok, dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan pengembangannya yaitu untuk meningkatkan pendapatan daerah dan menarik serta meningkatkan minat investor asing yang berinvestasi di Pulau Lombok. 64